Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Terima Kasih Kak Mat
28 Desember 2017 16:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Ruslan Sangadji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tubuhnya besar namun tidak terlalu tinggi. Kalau bicara, suka meledak-ledak. Kritik-kritik pedas selalu ia sampaikan pada masalah-masalah yang dianggapnya tidak berpihak pada rakyat. Sekilas, ketika bertemu dengannya, pikiran orang akan membayangkan, lelaki itu angkuh. Tetapi jangan salah, pria berkulit putih itu sangat rendah hati, ia selalu bertegur sapa yang ramah kepada orang yang pernah bertemu dengannya dan terlebih lagi sangat ringan tangan. Ia selalu membantu kebutuhan siapa saja tanpa pandang bulu.
ADVERTISEMENT
Adalah Ahmad H. Ali, Wakil Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR-RI itu. Ia tidak hanya terkenal di Provinsi Sulawesi Tengah, tetapi sudah terkenal di seantero Nusantara. Itu karena perannya di DPR-RI sebagai anggota Komisi VII dan Wakil Bendahara Umum DPP Partai Nasdem.
Belum lama ini, Presiden Joko Widodo meluncurkan Program Indonesia Pintar. Ahmad H. Ali memutar otaknya. Dia berpikir, siswa di Sulawesi Tengah yang kurang beruntung secara ekonomi, harus tersentuh oleh program tersebut. Ia kemudian mengajukan usulan kepada DPR-RI dan Pemerintah Pusat, agar mendapatkan alokasi anggaran untuk beasiswa itu.
Alhasil, Pemerintah Pusat kemudian mengalokasikan anggaran kepada lebih kurang 7 ribu siswa SD, SMP, SMA dan sederajat di Sulawesi Tengah, untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Dan akhir pekan lalu, Ahmad H. Ali datang ke Palu dan membagi-bagikan biaya pendidikan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya berharap, bantuan biaya pendidikan ini dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pendidikan anak-anak,” kata Matu, demikian biasanya ia diakrabi.
Matu berharap, biaya pendidikan untuk para siswa itu tidak digunakan untuk keperluan lain, tetapi semata-mata untuk membiayai pendidikan mereka. Oleh karena itu, dia menggandeng pihak bank untuk pencairan dana tersebut.
Ia juga marah besar, jika kemudian ada laporan ada piha-pihak tertentu yang mengambil bagian yang bukan haknya dari biaya pendidikan itu. “Jika ada yang potong dana itu, laporkan kepada saya, atau kepada polisi,” tegas Ahmad Ali.
Bukan hanya memberikan bantuan biaya pendidikan melalui Program Indonesia Pintar, diam-diam ternyata suami dari Nilamsari Lawira itu dengan dana pribadinya telah memberikan bantuan pendidikan kepada sejumlah mahasiswa S2 dan S3 yang sedang menempuh pendidikan di luar Sulawesi Tengah. Bahkan, apartemen dan rumah dinasnya sebagai anggota DPR-RI, dia serahkan kepada mahasiswa yang sedang studi di Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Rezeki itu datang dari Allah. Dalam rezeki itu, ada bagian orang lain yang harus diberikan kepada mereka,” ujarnya.
Ny. Ratna, salah satu orang tua mahasiswa mengaku, anaknya yang sedang kuliah di Malang, juga mendapatkan biaya pendidikan sebesar Rp2 juta per bulan dari Ahmad Ali. Bantuan pendidikan itu ditransfer langsung ke rekening anaknya di Malang. “Terima kasih Kak Mat,” kata Ny. Ratna singkat.
Tidak hanya bantuan pendidikan, Ahmad H. Ali juga baru-baru ini menghibahkan lokasi milik pribadinya seluas 25 hektare, untuk kepentingan membangun kebun raya di Sulawesi Tengah. Pembangunan kebun raya itu, atas kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Sulawesi Tengah belum memiliki kebun raya seperti beberapa daerah lain di Indonesia, karena itu perlu didorong pembangunan Kebun Raya Sulteng,” kata Ahmad Ali.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia terdapat 27 kebun raya, satu di antaranya yakni Kebun Raya Bogor. Provinsi Sulawesi Tengah, belum memiliki kebun raya yang memberikan dampak besar terhadap beberapa aspek.
Daerah-daerah di Indonesia, katanya, akan semakin membutuhkan pembangunan ruang terbuka hijau dalam berbagai bentuk. Kebun raya menjadi salah satu solusi untuk mewujudkan ruang dan akses ramah lingkungan.
“Pembangunan kebun raya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas konservasi dan lingkugan di setiap daerah,” jelas Matu.
Bahkan kebun raya, katanya, sebagai salah satu solusi dan upaya mensinergikan antara ekonomi dan konservasi, pendidikan dan lingkungan, serta pariwisata dan jasa lingkungan.
Selain lokasi seluas 25 hektare itu, Ahmad Ali juga memiliki lahan pertanian di Kecamatan Dolo, yang dia persembahkan untuk perkebunan buah naga seluas kurang lebih 14 hektare, lahan pertanian dan perkebunan di Kecamatan Kulawi seluas kurang lebih 20 hektare dan di Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. ***
ADVERTISEMENT