Konten dari Pengguna

Dominasi Mayoritas

Puput Rusmawati
Penulis dan Alumni Mahasiswa Magister Ilmu Sosial Universitas Andalas
26 April 2023 20:48 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Puput Rusmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mayoritas. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mayoritas. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Pembahasan isu-isu seperti diskriminasi, keadilan sosial, dan kesetaraan cukup penting guna meningkatkan pemahaman bahwa dominasi mayoritas dapat mempengaruhi kelompok minoritas dan menyebabkan ketidakadilan dan diskriminasi. Dominasi mayoritas merujuk pada kondisi sosial ketika kelompok mayoritas dalam sebuah masyarakat atau wilayah memiliki kekuasaan dan kendali yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok minoritas. Dalam situasi ini, kelompok mayoritas cenderung memegang kendali atas sumber daya, akses, dan pengambilan keputusan, sementara kelompok minoritas mungkin mengalami diskriminasi dan ketidakadilan sosial.
ADVERTISEMENT
Contohnya, dalam sektor politik, dominasi mayoritas dapat terlihat dalam kebijakan publik yang lebih menguntungkan kelompok mayoritas, seperti kebijakan pendidikan atau kesehatan. Di sektor ekonomi, kelompok mayoritas mungkin lebih mudah mengakses sumber daya, lapangan pekerjaan, dan peluang bisnis dibandingkan dengan kelompok minoritas.
Menurut Nadkarni, L dalam Social Science Journal tahun 2019 dengan judul "Theorizing Majority–Minority Relations In Contexts Of Immigration", dominasi mayoritas didefinisikan sebagai kondisi ketika kelompok mayoritas di masyarakat memiliki kontrol dan kekuasaan yang lebih besar daripada kelompok minoritas. Hal itu biasanya terlihat dalam bentuk kebijakan publik, aturan sosial, norma-norma budaya dan relasi sosial yang memungkinkan kelompok mayoritas untuk mempertahankan status quo dan mendominasi kelompok minoritas.
Menurut Michael Kimmel dalam bukunya "Angry White Men: American Masculinity at the End of an Era" dominasi mayoritas adalah konsep yang menggambarkan orang-orang dari kelompok mayoritas dalam masyarakat mempertahankan kekuasaan dan kontrol atas sumber daya dan institusi di dalamnya. Kimmel menunjukkan bahwa dominasi mayoritas bukanlah sesuatu yang inheren atau alami tetapi terbentuk melalui proses sejarah dan kekuatan politik dan sosial yang ada di dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dominasi mayoritas biasanya juga terkait ras, etnis, agama, atau kelompok sosial lainnya yang memiliki jumlah lebih besar di suatu wilayah atau negara. Dalam konteks ras dan etnis, dominasi mayoritas dapat menghasilkan diskriminasi terhadap kelompok minoritas dan memperkuat stereotip dan prasangka yang ada.
Dalam konteks agama, dominasi mayoritas dapat menghasilkan tekanan sosial dan politik pada kelompok minoritas yang berbeda agama, serta mengekang kebebasan beragama. Sedangkan dalam konteks kelompok sosial lainnya seperti gender atau orientasi seksual, dominasi mayoritas dapat menghasilkan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.

Manifestasi Dominasi Mayoritas

Politik: Dominasi mayoritas dapat terlihat dalam sistem politik yang menguntungkan kelompok mayoritas dalam hal representasi politik dan kebijakan publik. Misalnya, dalam negara dengan mayoritas penduduk yang beragama sama, kelompok minoritas mungkin tidak memiliki suara yang cukup dalam pengambilan keputusan politik dan dapat dikesampingkan dalam kebijakan publik.
ADVERTISEMENT
Ekonomi: Dominasi mayoritas dapat terlihat dalam sektor ekonomi, di mana kelompok mayoritas memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya dan kesempatan ekonomi. Ini dapat menyebabkan kesenjangan ekonomi antara kelompok mayoritas dan minoritas. Misalnya, di negara dengan mayoritas penduduk yang berkulit putih, kelompok minoritas yang berkulit hitam atau Latin dapat mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan dan memiliki penghasilan yang lebih rendah.
Sosial: Dominasi mayoritas dapat mempengaruhi interaksi sosial antara kelompok mayoritas dan minoritas. Ini dapat menghasilkan diskriminasi, stereotip, dan prasangka terhadap kelompok minoritas. Misalnya, dalam masyarakat yang didominasi oleh pria, perempuan mungkin mengalami tekanan sosial dan stereotip yang menghalangi kemajuan mereka dalam berbagai bidang kehidupan.
Dalam setiap bidang, dominasi mayoritas dapat menghasilkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan bagi kelompok minoritas. Oleh karena itu, penting untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua warga negara tanpa memandang ras, etnis, agama, atau kelompok sosial lainnya.
ADVERTISEMENT

Dampak dan Faktor Dominasi Mayoritas

Dominasi mayoritas terhadap kelompok minoritas dapat memiliki dampak yang signifikan dan merugikan terhadap kelompok minoritas dan masyarakat secara keseluruhan seperti diskriminasi dan ketidakadilan, marginalisasi, konflik dan ketegangan, pengabaian hak asasi manusia dan ketidakseimbangan kekuasaan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menghormati keragaman dan memperjuangkan keadilan sosial untuk menghindari dampak negatif dominasi mayoritas terhadap kelompok minoritas dan masyarakat secara keseluruhan.
Dominasi mayoritas adalah fenomena sosial yang kompleks dan multifaktorial, beberapa faktor dapat mempengaruhi terbentuknya fenomena ini seperti;
a) Faktor Sejarah: Sejarah dapat mempengaruhi dominasi mayoritas karena adanya ketidaksetaraan sosial dan politik yang terjadi di masa lalu. Sejarah dapat mempengaruhi posisi sosial, ekonomi, dan politik suatu kelompok dalam masyarakat. Sebagai contoh, di banyak negara yang dulu dikuasai oleh pemerintahan kolonial, kelompok mayoritas sering kali mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan kelompok minoritas. Kekuasaan politik dan kontrol atas sumber daya alam juga sering kali terkonsentrasi di tangan kelompok mayoritas.
ADVERTISEMENT
b) Faktor Agama: Negara-negara yang didominasi oleh agama tertentu cenderung memberikan keuntungan dan hak istimewa kepada kelompok mayoritas yang menganut agama tersebut. Hal ini dapat terjadi karena kepentingan politik dan budaya yang terkait dengan agama tertentu. Sebagai contoh, di beberapa negara di Asia Tenggara, mayoritas penduduk menganut agama Islam dan kelompok minoritas sering kali merasa diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan.
c) Faktor Budaya: Nilai-nilai budaya yang dianut oleh kelompok mayoritas dapat memengaruhi pandangan mereka terhadap kelompok minoritas. Sebagai contoh, di beberapa negara Barat, kulit putih seringkali dianggap sebagai standar kecantikan dan kesuksesan, sehingga kelompok minoritas seperti orang kulit hitam seringkali merasa diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan.
d) Faktor Politik: Penguasaan kekuasaan politik oleh kelompok mayoritas dapat memungkinkan mereka untuk mengendalikan sumber daya dan membatasi partisipasi kelompok minoritas dalam proses kebijakan publik. Selain itu, kebijakan publik juga dapat didasarkan pada pandangan politik yang sesuai dengan kepentingan kelompok mayoritas, sehingga mengabaikan kepentingan kelompok minoritas.
ADVERTISEMENT
Dalam praktiknya, dominasi mayoritas seringkali disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor di atas dan dapat berdampak negatif terhadap keberagaman dan keadilan sosial. Oleh karena itu, penting untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan dalam masyarakat untuk mencegah dominasi mayoritas.

Wajah Dominasi Mayoritas

Konflik di Timur Tengah juga bisa dikaitkan dengan fenomena dominasi mayoritas, khususnya dalam kasus konflik antara Israel dan Palestina. Di wilayah Israel, Yahudi merupakan kelompok mayoritas dan memiliki keuntungan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti akses ke sumber daya alam, pendidikan, dan pemerintahan. Sementara itu, orang Palestina sering mengalami diskriminasi dan ketidaksetaraan sosial dan politik.
Selain itu, konflik antara Israel dan Palestina juga dipengaruhi oleh faktor agama, yaitu perbedaan keyakinan antara Yahudi dan Islam. Konflik ini terjadi karena klaim kedua belah pihak atas wilayah yang sama, yaitu tanah suci Yerusalem.
ADVERTISEMENT
Konflik ini memicu ketegangan dan kekerasan antara kedua kelompok, serta menghasilkan perpecahan dan polarisasi dalam masyarakat. Namun, penting untuk dicatat bahwa konflik Israel-Palestina tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dominasi mayoritas, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti sejarah, politik, dan ekonomi.
Contoh lain, apartheid di Afrika Selatan. Pada masa apartheid, kelompok kulit putih yang merupakan kelompok mayoritas di Afrika Selatan memperoleh hak-hak istimewa dan mengendalikan pemerintahan, sementara kelompok kulit hitam dan kelompok minoritas lainnya seperti kulit coklat dan Asia, mendapatkan diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil.
Kelompok kulit hitam dan kelompok minoritas lainnya dilarang untuk memiliki hak suara, membeli properti di daerah kulit putih, dan memperoleh pekerjaan yang dianggap khusus untuk kulit putih. Dalam praktiknya, apartheid menciptakan sistem yang tidak adil dan tidak manusiawi bagi kelompok minoritas, sehingga mendapatkan banyak kritik dari masyarakat internasional dan akhirnya dihapuskan pada tahun 1994.
ADVERTISEMENT

Strategi Untuk Mengatasi Dominasi Mayoritas

Dominasi mayoritas terjadi ketika kelompok mayoritas memiliki kekuasaan dan pengaruh yang lebih besar dalam suatu sistem atau masyarakat daripada kelompok minoritas. Untuk mengatasi hal ini, beberapa strategi dapat diterapkan, seperti membangun kesadaran dan pemahaman, mendorong inklusi dan partisipasi, memperkenalkan perspektif yang beragam, menyediakan sumber daya yang setara, dan membangun kemitraan yang kuat antara kelompok minoritas dan mayoritas.
Semua strategi ini harus dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan untuk menciptakan sistem yang lebih inklusif dan adil. Dalam mengatasi dominasi mayoritas, langkah-langkah ini harus dijalankan secara bersamaan dan terus-menerus. Perubahan sosial dan politik yang signifikan memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh masyarakat.
Promosi keadilan sosial dan kesetaraan merupakan kunci dalam mencegah dominasi mayoritas, hal ini dapat dicapai dengan mendukung hak-hak minoritas, mengembangkan kebijakan inklusif, memperkuat partisipasi politik, meningkatkan kesadaran sosial, dan membangun kemitraan yang kuat antara kelompok minoritas dan mayoritas. Negara harus melindungi hak-hak minoritas dan mempertimbangkan perspektif minoritas dalam pengambilan keputusan.
ADVERTISEMENT

Harapan ke Depan

Harapan untuk masa depan adalah melalui pendidikan dan kesadaran sosial yang meningkat tentang pentingnya menghargai dan mempromosikan keadilan sosial dan kesetaraan. Ini harus dimulai dari usia dini melalui program pendidikan yang mempromosikan inklusivitas dan mengajarkan nilai-nilai seperti penghormatan terhadap perbedaan dan penolakan terhadap diskriminasi.
Selain itu, kebijakan publik harus difokuskan pada mengatasi ketidaksetaraan dalam semua aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan akses ke kebijakan dan layanan pemerintah. Hal ini dapat dicapai melalui upaya untuk meningkatkan kesadaran dan mendukung hak-hak minoritas, serta kebijakan yang mempromosikan inklusivitas, seperti penghapusan diskriminasi dan pemberian hak-hak yang sama bagi semua orang.
Selain itu, penting untuk membangun ruang-ruang dialog dan partisipasi masyarakat, serta meningkatkan peran dan partisipasi minoritas dalam keputusan publik dan pengambilan kebijakan. Ini akan membantu memastikan bahwa suara minoritas didengar dan diakui, serta mempromosikan pengambilan keputusan yang lebih inklusif dan adil.
ADVERTISEMENT
Semua upaya ini harus didukung oleh tindakan pemerintah dan masyarakat yang kuat dan konsisten untuk mengatasi diskriminasi dan ketidakadilan, serta mempromosikan keadilan sosial dan kesetaraan sebagai prinsip dasar bagi masyarakat yang inklusif dan adil.