Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Paradoks Pria Diberdayakan Sekaligus Dibatasi oleh Norma Maskulin
3 Juli 2023 12:35 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Puput Rusmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pentingnya membahas tentang paradoks kekuatan pria adalah untuk membuka diskusi yang lebih inklusif tentang maskulinitas yang dapat mendorong pria untuk menunjukkan keberanian, kekuatan dan kelembutan mereka secara positif dan bermanfaat bagi masyarakat, juga membantu memecah stigma dan stereotip yang tidak sehat tentang pria dan maskulinitas, serta mempromosikan pemahaman yang lebih luas tentang kekuatan dan kelemahan pria.
ADVERTISEMENT
Norma maskulin merujuk pada sekumpulan nilai dan perilaku yang dianggap sebagai standar kekuatan pria. Menurut (Connell, 2005) dalam bukunya "Masculinities" norma maskulin yang dianggap sebagai standar kekuatan pria itu seperti keberanian dan ketangguhan fisik, dominasi, kesuksesan dan prestasi, ketahanan emosional, seksualitas aktif dan kemandirian.
Sedangkan (Martin, 2006) dalam artikelnya "Gender as Social Institution”, norma maskulin yang umumnya dianggap sebagai standar kekuatan pria yaitu kemandirian, dominasi, ketangkasan fisik, keandalan, heteroseksualitas, dan memiliki jiwa kepemimpinan.
Norma-norma maskulin dapat membatasi peran gender, menyebabkan tekanan sosial, kesulitan dalam berkomunikasi, berdampak pada kesehatan mental dan pada hubungan intim pria. Norma-norma ini juga memengaruhi cara pandang pria terhadap diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan orang lain.
Untuk itu, penting bagi masyarakat dan budaya untuk memperluas pandangan mereka tentang maskulinitas dan membiarkan pria mengekspresikan diri mereka dengan bebas, tanpa tekanan untuk memenuhi standar kekuatan yang sempit dan terbatas.
ADVERTISEMENT
Budaya maskulin menghargai kekuatan pria sebagai bagian integral dari maskulinitas yang dapat mendorong pria untuk menunjukkan kekuatan, keberanian dan dominasi dalam berbagai situasi meskipun itu tidak selalu diperlukan.
Namun, pemaknaan yang berlebihan dari kekuatan pria dapat menyebabkan perilaku agresif atau kekerasan dan mengancam pria yang dianggap lebih lemah atau kurang maskulin.
Oleh karena itu, penting untuk memperluas pandangan tentang maskulinitas dan mengakui bahwa kekuatan bukanlah satu-satunya kualitas yang membuat seseorang menjadi pria yang baik atau maskulin.
Pria Diberdayakan oleh Norma Maskulin
Norma maskulin memberdayakan pria dengan memberikan rasa dihormati dan diakui oleh orang lain, serta memiliki peran yang jelas dalam masyarakat.
Pria yang memenuhi standar maskulin seperti keberanian, kekuatan fisik dan kemampuan untuk mengambil inisiatif dapat merasa memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pria juga diberdayakan oleh norma maskulin dengan memberikan keuntungan dalam karier dan hubungan interpersonal, karena pria yang memenuhi standar maskulin seperti keberanian dan kemampuan untuk mengambil inisiatif dapat dihargai dan diakui oleh lingkungan kerja serta dihormati oleh teman-teman dan pasangan mereka.
Pria Dibatasi oleh Norma Maskulin
Norma maskulin yang menekankan kekuatan, keberanian dan ketangkasan dapat membatasi pria dalam beberapa cara Salah satunya adalah dengan menekankan bahwa pria harus selalu tangguh dan kuat, sehingga membuat mereka kesulitan untuk menunjukkan emosi dan kelemahan.
Pria yang dianggap lemah atau sensitif seringkali dicap sebagai tidak maskulin, sehingga membuat banyak pria merasa tertekan untuk menutupi atau menekan emosi mereka. Hal ini dapat menyebabkan pria kesulitan untuk mengungkapkan diri dan berinteraksi secara positif dengan orang lain, terutama dalam hubungan romantis atau persahabatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, norma maskulin yang sempit juga dapat membatasi pria dalam mencapai keseimbangan hidup yang sehat. Misalnya, jika pria terlalu fokus pada citra maskulin mereka, mereka mungkin mengabaikan aspek-aspek lain dari kehidupan mereka, seperti kesehatan mental dan perasaan kesejahteraan. Ini dapat menyebabkan pria mengalami stres, depresi, dan kesulitan dalam menghadapi tantangan kehidupan yang kompleks.
Oleh karena itu, penting untuk memperluas pandangan kita tentang maskulinitas dan mengakui bahwa kekuatan bukanlah satu-satunya kualitas yang dapat membuat seseorang menjadi pria yang baik atau maskulin.
Pria juga harus diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi sisi-sisi lain dari kepribadian mereka, seperti kreativitas, empati, dan kerendahan hati, yang dapat membantu mereka mencapai keseimbangan hidup yang sehat dan memperoleh hubungan yang positif dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Norma maskulin dapat memengaruhi kesehatan mental pria dengan menempatkan tekanan yang berlebihan pada mereka untuk selalu menunjukkan kekuatan dan ketangkasan, yang dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi.
Pandangan yang sempit tentang maskulinitas juga dapat membatasi kemampuan pria untuk mengekspresikan emosi dan kelemahan, menyulitkan mereka untuk membangun hubungan yang intim dan saling mendukung.
Selain itu, norma maskulin dapat membuat pria kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungan sekitar dan mendorong perilaku yang membahayakan kesehatan seperti kecanduan alkohol atau obat-obatan.
Solusi untuk Mengatasi
Solusi untuk mengatasi hal ini dengan mendorong pengakuan kualitas non-kekerasan, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan dukungan sosial, meningkatkan keseimbangan hidup dan mendukung perubahan sosial.
Dengan mengakui bahwa kekuatan bukanlah satu-satunya kualitas yang membuat seseorang menjadi pria yang baik atau maskulin, pria dapat memilih untuk melakukan tindakan yang lebih seimbang dan positif. Selain itu, pria perlu meningkatkan kesadaran diri mereka tentang pengaruh norma maskulin dalam hidup mereka dan mencari dukungan sosial saat mengalami masalah atau kesulitan.
ADVERTISEMENT
Menemukan keseimbangan hidup dan mendukung perubahan sosial yang lebih luas yang mengakui keberagaman dan mendorong kualitas positif dari semua jenis kelamin juga dapat membantu mengatasi paradoks kekuatan pria atau norma maskulin.