Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Perempuan dan Ekstremisme: Sisi Gelap dari Kekerasan yang Tidak Terlihat
7 Mei 2024 13:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Puput Rusmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peran perempuan dalam jaringan ekstremis sering kali terabaikan atau tidak disadari sepenuhnya, sehingga membuat upaya pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kurang efektif. Dengan memahami kontribusi perempuan dalam ekstremisme kekerasan, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih holistik dan inklusif untuk menghadapi tantangan ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, juga penting untuk menyoroti dampak yang dialami oleh perempuan yang terlibat dalam ekstremisme, baik secara langsung maupun tidak langsung, agar dapat memberikan dukungan dan rehabilitasi yang sesuai bagi mereka. Hal ini menjadi alas an kenapa topik ini perlu untuk kita diskusikan.
Apa itu Ekstremisme Kekerasan?
Dijelaskan oleh Hasna Azmi dalam website Working Group On Women And Preventing/ Countering Violent Extremism, ekstremisme kekerasan merujuk pada keyakinan atau sikap yang mengadopsi dan membenarkan penggunaan kekerasan ekstrem untuk mencapai tujuan politik, agama, atau ideologi tertentu.
Sedangkan dilansir oleh oleh website Yayasan LKIS disebutkan bahwa ekstremisme kekerasan adalah tindakan kekerasan yang didorong atas atau dihubungkan dengan paham atau keyakinan ekstrem, sebuah keyakinan dan/atau tindakan yang menggunakan cara-cara kekerasan atau ancaman kekerasan ekstrem dengan tujuan mendukung atau melakukan aksi terorisme.
ADVERTISEMENT
Dilansir website Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia menjelaskan karakteristik ekstremisme kekerasan termasuk penggunaan kekerasan yang ekstrem, motivasi ideologi kekerasan, krisis kepercayaan, kekuasaan, retaliasi dan organisasi pelaku yang semakin spesifik, seperti yang terlihat dalam kasus-kasus serangan teroris, ideologi kekerasan, krisis kepercayaan terhadap lembaga negara, kekuasaan sebagai motif, retaliasi sebagai pendorong siklus kekerasan dan organisasi pelaku yang beragam seperti yang terlihat dalam ekstremisme agama di Pakistan, ideologi ekstrem di Jerman, dan lainnya.
Perempuan dalam Ekstremisme Kekerasan
Apakah kamu tahu? Untuk pencegahan ekstremisme tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi dalam beberapa kasus ternyata perempuan memiliki potensi besar dalam pencegahan ekstremisme kekerasan loh!, seperti yang dijelaskan pada jurnal (Achmad, et al. 2021).
ADVERTISEMENT
Perempuan memiliki peran penting dalam pencegahan ekstremisme kekerasan yang berhubungan dengan nilai-nilai feminitas yang dimiliki yang nantinya akan digunakan untuk membujuk atau mengajak orang dengan tujuan kebaikan dengan focus pencegahan ekstremisme kekerasan.
Jika berbicara mengenai motivasi dan faktor yang mendorong partisipasi perempuan dalam ekstremisme kekerasan dapat berbeda-beda tergantung pada konteks dan perspektif yang digunakan, dalam beberapa kasus, perempuan dapat dipengaruhi oleh faktor ideologi kekerasan yang dianut, seperti keyakinan bahwa kekerasan adalah cara yang efektif untuk mencapai tujuan atau mempertahankan nilai-nilai yang dianggap penting.
Faktor lain seperti tekanan dan paksaan dari kelompok atau organisasi yang terlibat serta kurangnya akses ke pendidikan dan pemberdayaan yang dapat mempengaruhi kesadaran dan kemampuan perempuan dalam menghadapi kekerasan. Selain itu, ada juga faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan, seperti pencarian identitas, rasa keterasingan, atau trauma yang mungkin mempengaruhi keterlibatan perempuan dalam kelompok-kelompok ekstremis.
ADVERTISEMENT
Dampak Ekstremisme Kekerasan Terhadap Perempuan
Ada beberapa dampak yang akan dialami oleh perempuan yang terlibat dalam ekstremisme kekerasan yaitu;
Dampak Psikologis dan Fisik, meskipun dampak ini dapat berbeda-beda tergantung pada konteks dan perspektif yang digunakan tetapi dalam beberapa kasus perempuan dalam mengalami dampak psikologis dan fisik yang signifikan seperti trauma, depresi, kecemasan, kehilangan harga diri dan lainnya.
Dampak Tidak Langsung, di mana keluarga dan komunitas perempuan yang terlibat secara tidak langsung dalam ekstremisme kekerasan dapat mengalami kehilangan anggota keluarga yang terlibat dalam ekstremisme kekerasan serta mengalami trauma dan stigma dari masyarakat.
Tantangan dalam Menghadapi Perempuan dan Ekstremisme
Ada beberapa tantangan dalam menghadapi ektremisme kekerasan perempuan, Pertama, adanya kesulitan dalam mengidentifikasi dan menangani peran perempuan dalam jaringan ekstremis karena seringkali peran mereka tidak terlihat atau diabaikan. Kedua, kesulitan memberikan bantuan dan rehabilitasi bagi perempuan yang terlibat dalam ekstremisme kekerasan memerlukan pendekatan yang sensitif gender serta akses yang memadai terhadap layanan kesehatan mental, pendidikan dan reintegrasi social.
ADVERTISEMENT
Lalu strategi pencegahan yang efektif juga menantang, mengharuskan pendekatan holistik yang mencakup pendidikan, pembangunan kesadaran komunitas, promosi kesetaraan gender, dan keterlibatan aktif perempuan dalam proses pencegahan dan deradikalisasi.
Jadi, pemahaman yang lebih mendalam tentang peran perempuan dalam konteks ekstremisme kekerasan sangat penting untuk merancang kebijakan yang efektif dalam pencegahan dan penanggulangan ekstremisme. Peran perempuan sering kali terabaikan atau kurang dipahami sepenuhnya dalam diskusi tentang ekstremisme kekerasan, padahal mereka dapat menjadi agen yang signifikan dalam propagasi dan pembiayaan ideologi ekstremis serta dalam memengaruhi rekrutmen, sosialisasi dan legitimasi gerakan tersebut.
Memahami peran dan motivasi perempuan dalam ekstremisme kekerasan, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih holistik dan inklusif untuk mengatasi fenomena ini, serta memberikan dukungan yang lebih efektif bagi korban dan keluarga yang terkena dampak.
ADVERTISEMENT
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 12:00 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini