Konten dari Pengguna

"Jaran Kepang", Tari Atraktif Bermakna Mendalam

Rusti Dian
Mass and Digital Communication Student, Faculty of Social and Political Science Atma Jaya Yogyakarta University
2 Mei 2018 8:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rusti Dian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hampir sebagian masyarakat Indonesia mengenal kesenian Kuda Lumping. Kesenian yang disebut "Jaran Kepang" oleh masyarakat Jawa ini memang sudah terkenal. Namun, kebanyakan dari mereka yang mengetahuinya adalah karena sajian tarian yang ekstrim. Mengapa demikian? Karena kata orang belum terasa esensi dari tarian ini jika belum ada atraksi kesurupan dari penari maupun penonton.
ADVERTISEMENT
"Jaran Kepang", Tari Atraktif Bermakna Mendalam
zoom-in-whitePerbesar
Kesenian Jaran Kepang, khususnya di Temanggung, sudah banyak diminati baik dari kalangan masyarakat desa maupun kota. Di desa, kesenian ini benar-benar masih dijaga kelestariannya. Hampir di setiap acara pasti menanggap tarian Jaran Kepang. Bahkan, ada banyak kelompok penggiatnya. Salah satunya yang akan disorot di sini adalah dari Komunitas Jaran Kepang "Satrio Gugad".Kesenian Jaran Kepang, khususnya di Temanggung, sudah banyak diminati baik dari kalangan masyarakat desa maupun kota. Di desa, kesenian ini benar-benar masih dijaga kelestariannya. Hampir di setiap acara pasti menanggap tarian Jaran Kepang. Bahkan, ada banyak kelompok penggiatnya. Salah satunya yang akan disorot di sini adalah dari Komunitas Jaran Kepang "Satrio Gugad".
Satrio Gugad ini berasal dari Dusun Jetis, Desa Pagersari, Tlogomulyo, Temanggung. Tak hanya menyajikan seni tari Jaran Kepang, mereka juga sering menari Warokan. Kedua tarian ini sekilas hampir sama, tapi sebenarnya berbeda. Kesenian di desa ini sudah dikolaborasikan dengan budaya Bali. Jadi, kita akan melihat adanya barongan, yang merupakan kesenian asal Bali. Khusus Tari Warokan, ada dua jenis warok yang diadopsi dari Ponorogo, Jawa Timur, dan yang masih asli yang disebut alusan.
ADVERTISEMENT
"Jaran Kepang", Tari Atraktif Bermakna Mendalam (1)
zoom-in-whitePerbesar
Tari Jaran Kepang memiliki makna filosofis yang mendalam. Tarian ini dianggap merupakan bentuk dari peperangan pada zaman kerajaan. Sedangkan penari Jaran Kepang adalah wujud dari prajuritnya. Dilihat dari properti yang digunakan, tidak hanya sekadar memakai. Namun ada filosofinya tersendiri. Kuda, yang dalam Bahasa Jawa disebut jaran, memiliki makna berani, pantang menyerah, dan kuat. Hal inilah yang harus ada dalam diri setiap manusia sebagai bekal hidup. Tari Jaran Kepang memiliki makna filosofis yang mendalam. Tarian ini dianggap merupakan bentuk dari peperangan pada zaman kerajaan. Sedangkan penari Jaran Kepang adalah wujud dari prajuritnya. Dilihat dari properti yang digunakan, tidak hanya sekadar memakai. Namun ada filosofinya tersendiri. Kuda, yang dalam Bahasa Jawa disebut jaran, memiliki makna berani, pantang menyerah, dan kuat. Hal inilah yang harus ada dalam diri setiap manusia sebagai bekal hidup.
ADVERTISEMENT
Bukan sekadar atraksi, sebenarnya kesurupan, yang di masyarakat dikenal dengan istilah ndadi, memiliki makna tersendiri. Peristiwa ini menggambarkan adanya dunia nyata dan dunia gaib. Kita hidup berdampingan. Percaya atau tidak percaya, itu memang benar adanya. Apalagi saat ada sesaji yang disediakan. Lalu tiba-tiba dengan musik yang makin menjadi, ditambah penari yang gerakannya semakin atraktif. Hingga pada akhirnya penari yang dimasuki roh halus akan bergerak di luar kendali. Ada yang menari di atas pecahan kaca (beling), makan ayam hidup-hidup, makan bunga, dan sebagainya. Namun setelah melakukan atraksi tersebut, orang itu baik-baik saja. Seolah tidak terjadi apa-apa.
"Jaran Kepang", Tari Atraktif Bermakna Mendalam (2)
zoom-in-whitePerbesar
Terlepas dari hal mistis atau tarian yang atraktif, tari tradisional merupakan salah satu bagian dari kearifan lokal yang harus kita jaga kelestariannya. Kita memang boleh mengonsumsi tarian modern yang lebih ekspresif. Namun, jangan sampai melupakan tari tradisional. Maka dari itu, tanggal 29 April ditetapkan sebagai Hari Tari Internasional. Bukan tanpa alasan, tapi diharapkan ke depannya kita lebih menghargai segala macam aliran seni tari, baik tradisional maupun modern.Terlepas dari hal mistis atau tarian yang atraktif, tari tradisional merupakan salah satu bagian dari kearifan lokal yang harus kita jaga kelestariannya. Kita memang boleh mengonsumsi tarian modern yang lebih ekspresif. Namun, jangan sampai melupakan tari tradisional. Maka dari itu, tanggal 29 April ditetapkan sebagai Hari Tari Internasional. Bukan tanpa alasan, tapi diharapkan ke depannya kita lebih menghargai segala macam aliran seni tari, baik tradisional maupun modern.
ADVERTISEMENT
Penulis : Rustiningsih Dian Puspitasari