Pendidikan Jarak Jauh dan Peran Guru

Konten dari Pengguna
4 Juli 2020 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Humas SMP Pasundan Rancaekek tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PANDEMI Covid19 merubah banyak hal hampir semua aspek kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan. Kebijakan social distancing¸ bekerja di rumah dan belajar dirumah memaksa untuk dilaksanakan hampir diberbagaiu negara, termasuk di Indonesia. Mendadak “daring” menjadi trend di masa pandemi, semua dipaksa untuk beradaptasi dengan internet dengan aplikasi on line. Keputusan pada sekolah untuk belajar dirumah atau lebih dikenal Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjadi solusi pembelajaran semasa pandemi.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini dinyatakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menggulirkan wacana soal Pendidikan Jarak Jauh. “Mas menteri” menjelaskan bahwa Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) sudah bisa diterapkan secara permanen usai pandemi Covid-19. Namun, ada yang menanggapi hal ini dan berpendapat bahwa PJJ masih diragukan untuk dijadikan skema pendidikan formal. Hingga saat ini Pendidikan Jarak jauh (PJJ) itu masih jauh dari harapan.
Banyak pihak yang menyoroti jika di masa pandemi ini model pendidikan jarak jauh belum disiapkan dengan matang, hal tersebut merupakan penilaian pada PJJ sejak awal diterapkan hingga sekarang. Menjadi sebuah kajian bersama untuk dicarikan solusi tepat jika PJJ belum bisa memenuhi segala aspek dalam struktur kurikulum pendidikan yang diterapkan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana aspek-aspek yang harus dipenuhi tersebut termaktub dalam struktur kurikulum pendidikan yang diterapkan pemerintah yakni aspek spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Struktur kurikulum ini tercantum dalam Peraturan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No.7/D.D5/KK/2018, Pelajaran jarak jauh hanya bisa memenuhi satu aspek yakni pengetahuan saja. Sementara pembalajaran itu harus meliputi aspek spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Aspek-aspek spiritual, sosial dan keterampilan sangat butuh sentuhan langsung dari seorang guru. Senyatanya kehadiran guru di kelas memang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, jika guru yang hadir di ruang kelas ‘membelajarkan’ dan bukan semata ‘mengajar’ siswa maka akan bermuara pada hasil belajar yang memuaskan.
Kehadiran guru tersebut bukan hanya sekadar hadir di dalam kelas untuk mengajar, hadir dalam hal ini dimaknai menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran demikian hanya akan terwujud apabila guru dapat menyajikan pembelajaran yang menyenangkan (enjoy learning) bagi peserta didik. Mengapa suasana pembelajaran menyenangkan itu perlu? Sebab, pembelajaran menyenangkan yang disajikan guru akan berdampak positif pada pengelolaan kelas sehingga meminimalisir perilaku menyimpang siswa selama belajar.
ADVERTISEMENT
Menjadi tuntutan nyata jika kehadiran guru di ruang kelas benar-benar harus siap dengan strategi dan metode pembelajaran yang akan diterapkan, karena KBM menjadi lancar bila guru menguasai materi pelajaran dengan baik dan menghubungkannya dengan pengalaman siswa sehari-hari.
Selanjutnya tatap muka para guru dan peserta didik akan saling berinteraksi, belajar dan mengembangkan potensi yang dimiliki untuk bekal hidup di masa depan. Sosok seorang guru adalah penggerak dalam melakukan pembiasaan-pembiasaan yang sudah diprogramkan di sekolah. Oleh karena itu, guru menjadi pusat teladan yang memberikan contoh kepada siswa. Teladan yang dilakukan guru dapat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter siswa. Maka Setiap kegiatan yang diprogramkan di sekolah selain dilaksanakan oleh siswa, juga harus dicontohkan oleh guru. Dalam hal guru sebagai pusat percontohan untuk melaksanakan pembiasaan yang diprogramkan sekolah, akan berdampak positif bagi perkembangan karakter siswa.
ADVERTISEMENT
Keniscayaannya bahwa pendidik yang baik adalah yang menjadi teladan bagi anak didiknya lalu dapat mengarahkan dan menuntun dengan benar tanpa adanya paksaan potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar mereka menjadi manusia yang merdeka batinnya, pikirannya, serta tenaganya dan dengan pendidikan, mereka dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama, sehingga bisa mengangkat derajat negaranya. Peran guru yang baik atau ideal tercermin dari semboyan-semboyan yang telah ia canangkan, misalnya ing ngarso sung tulodo (apabila di depan memberi contoh), ing madyo mangun karso (apabila di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (apabila di belakang memberi dorongan).
Terakhir adalah momong, among, ngemong yang memiliki arti supaya para guru dapat mendidik anak muridnya dengan cara mengasuh dan memberi nilai-nilai yang positif dalam kehidupan mereka. Bukan mengasuh dengan cara paksaan, melainkan dengan memperhatikan dan menuntun atau mengarahkan agar anak didik bebas untuk mengembangkan diri, supaya semua peserta didik dapat merdeka batinnya, pikirannya, juga tenaganya. Karena pendidikan bertujuan untuk memanusiakan (memerdekakan) manusia, dan pendidikan yang diinginkan adalah pendidikan yang mencerminkan budaya bangsanya sendiri agar menjadi manusia yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain (Ki Hajar Dewantara).
ADVERTISEMENT
Oleh :
Asep Totoh Widjaya-Tim Humas SMP Pasundan Rancaekek