Konten dari Pengguna

Menyalakan Asa Literasi di Kampung Tukangan

Rusydan Fauzi Fuadi
Jurnalis dan Penulis Lepas. Mahasiswa Studi Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Fokus Studi Kajian Budaya dan Sosial Humaniora.
15 Oktober 2024 11:39 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rusydan Fauzi Fuadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah deru modernisasi dan gempuran teknologi, pegiat literasi lokal di Kampung Tukangan, berupaya menyalakan kembali semangat literasi yang pernah redup.
Anak-anak Kampung Tukangan sedang berkegiatan di TBM Harapan. (Foto: Lia)
Yogyakarta, 14 Oktober 2024 – Meski akses informasi kini lebih mudah didapatkan, tak semua lapisan masyarakat merasakan manfaatnya secara merata. Oleh karenanya, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Harapan dibentuk untuk menjawab tantangan dan persoalan yang menyelimuti permukiman kecil di sudut Yogyakarta ini.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pendidikan literasi seperti pelatihan menulis esai untuk siswa SMP, lomba mewarnai untuk anak PAUD-TK, hingga lomba mading untuk siswa SD merupakan sederet agenda untuk menyalakan kembali api literasi itu.
Gerakan kecil ini, meskipun tidak instan, mulai membuahkan hasil. Di tengah keterbatasan, Kampung Tukangan perlahan menemukan jalannya untuk menumbuhkan generasi cerdas yang siap menghadapi masa depan.
Di sinilah asa literasi dinyalakan—bukan hanya sebagai upaya peningkatan wawasan, tetapi juga sebagai bentuk perjuangan untuk generasi masa depan yang lebih cerah.
Tentang Kampung Ledok Tukangan
Kampung Ledok Tukangan berada di wilayah Kelurahan Tegal Panggung, selain Kampung Ledok Tukangan, juga terdapat Kampung Juminahan, dan Kampung Tegal Panggung. Kampung Ledok Tukangan juga menjadi bagian dari Kecamatan Danurejan.
ADVERTISEMENT
Kampung Ledok Tukangan merupakan salah satu dari sekian banyak kampung perkotaan, kampung ini berada tepat di jantung kota Yogyakarta sehingga kampung ini masuk ke dalam Zona 3 yang merupakan "Pemukiman Kelas Rendah".
Zona ini membentuk persebaran yang memanjang (radial sentrifugal) yang biasanya memiliki aksesibilitas dan rute transportasi yang cukup memadai, utamanya jalur menuju pusat kota.
Pusat kota atau Central Business District (CBD) merupakan magnet bagi masyarakat untuk tinggal dan mencari lapangan pekerjaan sekaligus meminimalisir pengeluaran untuk transportasi.
Di Yogyakarta sendiri setidaknya terdapat empat kampung yang masuk ke dalam Zona 3, di antaranya Kampung Jagalan, Kampung Cokrodirjan, Kampung Ledok Tukangan, dan Kampung Ratmakan.
Keempat kampung ini berada di sekitar zona CBD atau kawasan Malioboro yang mana mayoritas penghuninya adalah masyarakat kelas rendah yang rata-rata dari warganya mendiami lahan di bantaran Kali Code.
ADVERTISEMENT
Kampung Ledok Tukangan ini memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, dan setiap tahunnya mengalami peningkatan oleh karena angka kelahiran yang terus meningkat.
Karenanya jumlah anak-anak di kampung ini pun sangat tinggi, hampir setiap kepala keluarga memiliki anak-anak dan remaja. Sehingga populasi anak-anak dan remaja di kampung ini lebih banyak ketimbang orang dewasa.
Nama Ledok Tukangan sendiri memiliki arti tersendiri di mana 'Ledok' berarti cekungan atau turunan, dan 'Tukangan' yang berarti tempat tinggalnya para tukang, dengan begitu praktis Ledok Tukangan memiliki arti tempat tinggalnya para tukang.
Keresahan yang Memunculkan Benih Harapan
Fenomena Kampung Ledok Tukangan tersebut di atas utamanya kurangnya akses buku bacaan dan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi memberikan dorongan tersendiri bagi Warini selaku kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk melakukan aksi perubahan.
ADVERTISEMENT
Hingga pada medio 2009, Founder yang akrab disapa Rini ini kemudian menjalin kolaborasi dengan beberapa warga dan tokoh masyarakat untuk mendongkrak Sumber Daya Manusia (SDM) Kampung Tukangan yang unggul, cerdas, dan mandiri sejak dini melalui Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
Visi yang diusung pun tidak main-main, "Mewujudkan masyarakat yang toleran, menghargai keberagaman, dan berprestasi melalui partisipasi aktif seluruh warga dalam setiap kegiatan yang bermanfaat bagi kepentingan bersama."
Niat tulus dan dedikasi Rini berbuah manis, pada Minggu, 2 Agustus 2009, TBM yang didirikan Rini beserta warga dan tokoh masyarakat berhasil membentuk TBM yang diberi nama Taman Bacaan Masyarakat Harapan (TBM Harapan). Penyematan 'Harapan' menjadi poin utama perubahan Kampung Tukangan yang inklusif dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Awalnya, TBM Harapan hanya memiliki dua rak buku, koleksinya pun terbilang sedikit dan kurang beragam. Alhasil warga sekitar yang berkunjung ke TBM Harapan pun dapat dihitung jari.
Kegiatan baca-tulis orang tua dan anak di TBM Harapan. (Foto: Lia)
Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi dan penyebaran informasi tentang pelayanan pinjam buku gratis dan koleksi buku yang terbatas.
Menjawab persoalan ini, pengurus akhirnya berinisiatif untuk membawa 3-10 buku saat acara pertemuan PKK RW 04 dan Posyandu. Dari inisiatif ini, beberapa orang khususnya ibu-ibu mulai membaca dan meminjam buku yang tersedia.
Namun, inisiatif ini dinilai tak cukup efektif untuk mengajak masyarakat untuk mengunjungi Balai RW 04 yang digunakan sebagai TBM Harapan kala itu.
Hingga pada Senin, 17 Desember 2012, pengurus TBM Harapan memutuskan untuk merelokasi taman baca ke rumah Rini yang beralamat di Tukangan DN 2/366, RT 20, RW 04, Tegalpanggung, Danurejan, Yogyakarta. Langkah ini ternyata cukup efektif oleh karena dibuka setiap Senin-Jumat pukul 10.00-17.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Selain di rumah pengurus, TBM Harapan juga terdapat di Balai Warga Tukangan yang buka setiap Senin-Jumat pukul 08.00-11.00 WIB.
Dedikasi dan Totalitas untuk Kampung Literasi
Dalam rangka mengencarkan budaya literasi yang semakin inklusif dan berkelanjutan, pengurus TBM Harapan kemudian mengikuti seleksi Calon Penerimaan Bantuan Pemerintah untuk Komunitas Literasi di seluruh Indonesia.
Para Pengurus TBM Harapan saat mengikuti seleksi Calon Penerimaan Bantuan Pemerintah untuk Komunitas Literasi se-Indonesia. (Foto: Rini)
Sebelum dinyatakan sah menerima bantuan, terdapat enam tahapan yang harus dipenuhi oleh Pengurus TBM Harapan di antaranya: 1) Registrasi dan Unggah Berkas; 2) Verifikasi Berkas Administrasi; 3) Penilaian Proposal; 4) Validasi; 5) Pengumuman Penerima Bantuan; dan 6) Pembekalan Penerima Bantuan.
Dalam prosesnya, Rini mengaku cukup kewalahan dengan segala persyaratan yang diajukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
ADVERTISEMENT
"Harus sudah berkegiatan minimal dua tahun, selain itu juga harus mengantongi SK dari kelurahan setempat, jadi harus ada kepengurusan yang pasti, kemudian harus punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lembaga, prestasi yang diraih, sama program yang sudah dan yang akan direncanakan.
"Ini belum lagi banyak sekali berkas yang harus direvisi, karena juga harus disesuaikan dengan apa yang mereka (Pemerintah Pusat) inginkan," ujarnya dalam sesi penutupan acara Pelatihan Jurnalistik, Sabtu (12/10/2024) sore.
Dengan dedikasi dan totalitas seluruh pengurus yang terlibat, TBM Harapan akhirnya dinyatakan lulus dan mendapatkan dana dukungan kegiatan yang disalurkan dalam bentuk uang tunai sebesar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), yang menjadikan TBM Harapan sebagai salah satu dari 340 Komunitas Penggerak Literasi yang lulus kurasi.
ADVERTISEMENT
Ruang Kolaborasi untuk Budaya Literasi yang Berkelanjutan
Setelah dinyatakan berhasil menerima dana kegiatan, pengurus TBM Harapan kemudian melaksanakan program yang telah diajukan dalam proposal pengajuan kegiatan literasi di Kampung Tukangan.
Kegiatan ini bertajuk, "Gebyar Literasi TBM Harpan: Menggembangkan Budaya Literasi BacaTulis untuk Membentuk Generasi Cerdas Berkarakter."
Dalam agenda Gebyar Literasi TBM Harapan ini terdapat enam rangkaian acara, di antaranya Pelatihan Read Aloud, Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Menulis Esai untuk Siswa SMP, Lomba Mewarnai untuk Anak PAUD-TK, Lomba Mading untuk Siswa SD, dan Gelar Seni dan Apresiasi.
Dalam upaya menumbuhkan daya kreatifitas dan keterampilan menulis berita, TBM Harapan menyelenggarakan pelatihan jurnalistik bagi pegiat literasi, yang diselenggarakan di Balai Warga Tukangan pada Sabtu, (12/10/2024) Sore.
Foto bersama seluruh peserta Pelatihan Jurnalistik. (Foto: Lia)
Pelatihan jurnalistik ini diisi oleh Nugroho Adisuryo selaku Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) Harian Jogja dan dihadiri oleh 50 peserta.
ADVERTISEMENT
Dalam pemaparannya, Nugroho menjelaskan tentang dasar-dasar menulis berita, membedah berita/artikel di media massa, hingga menjelaskan kiat-kiat menulis berita yang baik dan benar.
Adapun tujuan diselenggarakannya pelatihan jurnalistik ini adalah sebagai pengembangan budaya literasi masyarakat khususnya pada pegiat literasi, melibatkan pegiat literasi untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengolah data dan menulis berita, hingga menumbuhkan daya kreativitas dan kritis setiap peserta.
***
Dalam kerja-kerja kreatif yang dilakukan oleh Rini dan segenap pengurus TBM Harapan dalam memajukan budaya dan tradisi literasi yang baik di Kampung Tukangan, kita dapat mengambil pesan optimis bahwa usaha kecil namun konsisten dalam memajukan literasi dapat membawa perubahan besar di Kampung Tukangan.
Seluruh elemen yang ada di Kampung Tukangan mulai dari Pengurus TBM Harapan, tokoh masyarakat, hingga pejabat setempat memiliki peran vital dalam menjaga nyala harapan tetap hidup, demi masa depan generasi yang lebih cerdas, unggul, dan berkarakter.[*]
ADVERTISEMENT