Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sebagai Suporter MU, Fiks Saatnya Move On!
16 Maret 2025 10:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari MR Fathoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manchester United (MU) baru-baru ini mengumumkan rencana pembangunan stadion baru untuk menggantikan Old Trafford. Stadion baru MU akan mampu menampung 100 ribu penonton dan diklaim menjadi yang terbesar di Inggris.
ADVERTISEMENT
Proyek ini diperkirakan menelan biaya 2 miliar poundsterling atau setara Rp 42 triliun dengan waktu pengerjaan 5-6 tahun. Wilayah sekitar stadion juga akan diregenerasi dengan pembangunan berbagai fasilitas publik yang modern dan ramah lingkungan.
Pengumuman ini bak angin segar bagi fans di tengah performa buruk klub yang sedang bercokol di posisi 14 Liga Inggris. Setan Merah, julukan MU, terakhir juara Liga Inggris tahun 2013 dan belum pernah juara Liga Champions sejak 2008.
Sebagai salah satu suporter MU yang menyaksikan era Sir Alex Ferguson, bagi saya Old Trafford tidak hanya sekadar stadion namun simbol kejayaan. Prospek pembangunan stadion baru memberikan rasa optimisme sekaligus pengingat bahwa fiks ini waktunya move on.
Move On dari Nostalgia Kejayaan
ADVERTISEMENT
Old Trafford dikenal sebagai "Teater Impian" namun kini kerap jadi "Teater Mimpi Buruk". Dulu banyak klub ketar-ketir saat bertandang namun kini percaya diri pulang dengan kemenangan. Dulu berjibaku untuk trofi namun kini bergulat dengan bayang-bayang degradasi.
Kondisi MU diperparah oleh segudang masalah manajemen klub. Keluarga Glazer, pemegang saham mayoritas MU sejak 2005, sering diprotes para fans karena dianggap tidak becus dan memberatkan klub dengan hutang yang menggunung.
Stabilitas manajemen dan konsistensi performa apik di masa Sir Alex Ferguson sekarang tinggal nostalgia. Pelatih silih berganti tapi berbagai drama terus menghantui. MU masih bisa bersaing secara reputasi tapi tidak secara prestasi dewasa ini.
Move On dari Ekspektasi Tinggi
Sebagai klub dengan gelar juara Liga Inggris terbanyak, wajar jika fans punya ekspektasi tinggi terhadap MU setiap awal musim. Tapi sepuluh tahun terakhir mengajarkan pentingnya mengelola ekspektasi.
ADVERTISEMENT
Dulu saya tidak ragu MU mampu bersaing di setiap kompetisi yang diikuti tapi sekarang bisa tampil baik saja sudah cukup. Realitanya memang MU belum punya skuad dengan kualitas dan kedalaman untuk menjadi yang terbaik.
Bicara soal mengelola ekspekstasi, pembangunan stadion baru juga masih sebatas rencana. Belum ada kejelasan kapan pengerjaan akan dimulai apalagi estimasi kapan akan selesai. Dengan total hutang hampir separuh jumlah biaya proyek pembangunan, bukan tidak mungkin rencana ini akan menjadi sebatas angin segar.
Move On dari Pesimisme
Dari sekian banyak alasan untuk pesimis, selalu ada alasan untuk optimis. Meskipun banyak masalah di dalam dan luar lapangan, rencana pembangunan stadion baru dan peremajaan wilayah sekitarnya paling tidak menunjukkan usaha menuju perbaikan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Barangkali memang ini yang dibutuhkan sebagai papan loncatan. Awal baru untuk menyuntikkan energi baru dan tanda bahwa MU belum sepenuhnya layu. Stadion baru bisa menjadi kanvas putih bagi para pemain untuk menorehkan sejarah keemasan berikutnya.
Semoga fans MU tidak move on dengan menjadi suporter klub lain. Apalagi mendukung rival abadi yang kemungkinan akhir musim ini akan menyamai jumlah gelar Liga Inggris MU atau tetangga warna biru yang beberapa musim terakhir banjir gelar.
Dalam olahraga, termasuk sepakbola, memang mustahil untuk selamanya menjadi juara tapi tidak mustahil untuk kembali berjaya.
Glory Glory Man United!