Pandemi Tidak Menyurutkan Semangat Mahasiswa untuk Praktik Kuliah Lapangan

Yasmimmuntaz
Mahasisiswi Ilmu Komunikasi tahun 2019, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2020 10:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yasmimmuntaz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa sedang melakukan kegiatan praktik kuliah lapangan di Lereng Gunung Lawu.
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa sedang melakukan kegiatan praktik kuliah lapangan di Lereng Gunung Lawu.

Masa pandemi COVID-19, kedatangan Mahasiswa dan Tim Kehutanan untuk melakukan kegiatan praktik lapangan tidak mengubah persepsi masyarakat.

ADVERTISEMENT
YOGYAKARTA,
ADVERTISEMENT
Mahasiswa dan Tim Kehutanan tetap melaksanakan praktik lapangan ditengah pandemi COVID19 dengan mengikuti protokol kesehatan dan SOP yang telah diatur oleh Tim Praktik yang berlangsung mulai tanggal 3 – 18 Oktober 2020 (dilaksanakan tiap sabtu dan minggu).
Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwita mengatakan bahwa untuk praktik yang harus dilakukan di luar kampus, mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar sepuluh sampai duabelas orang untuk menghindari munculnya kerumunan Mahasiswa dan dosen bertemu langsung di lapangan, oleh sebab itu mahasiswa harus mengatur kendaraan sendiri. Agar tidak berat biayanya, maka kendaraan dapat diatur secara gabungan dua kelompok, misalnya menggunakan bus kecil yang muat sekitar 32 orang, praktis hanya diisi sekitar duapuluh sampai duapuluh empat orang, dengan fasilitas protokol kesehatan yang lengkap dan disiplin, seperti disinfektan, masker, dan hand sanitizer.
ADVERTISEMENT
“Untuk lokasi praktik yang jauh, misalnya di hutan pegunungan di lereng Gunung Lawu, mahasiswa harus berangkat pagi banget, perhitungan jam harus tepat. Jika praktik mulai jam 09.00 maka paling lambat jam 06.00 harus sudah berangkat dari kampus. Sampai lokasi yang sudah ditentukan, langsung ketemu sama dosen di lapangan, kemudian mahasiswa diatur sedemikian rupa sehingga dua kelompok mahasiswa bisa praktik secara terpisah, jadi dalam satu lokasi dan satu acara praktik hanya terdapat duapuluh sampai duapuluh empat mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok,” kata Dwita.
Kendala dari perjalanan praktik atau kuliah di lapangan terutama di hutan pegunungan antara lain hujan, angin, suhu dingin dan kabut, perubahan cuaca seperti ini sangat tidak bisa diprediksi. Oleh karenanya, tim dosen harus memahami latar belakang mahasiswanya, karena banyak diantaranya yang memiliki riwayat sakit, seperti asma, maag, migrain dan bahkan ada yang punya riwayat jantung. Maka dari latar belakang inilah tim dosen dan laboran harus bisa mengantisipasi, dan mahasiswa yang memiliki riwayat penyakit harus mengikuti aturan yang telah dituliskan dalam SOP, mahasiswa dengan riwayat penyakit berat juga harus menempel tanda khusus di lengan bajunya agar dosen, laboran maupun teman-temannya paham dan perhatian, semacam warning’.
ADVERTISEMENT
“Kendala lain bisa terjadi dari aspek transportasinya, bisa dari perusahaan busnya, kalau dapat perusahaan bus yang nakalan kadang-kadang busnya tidak bagus, jadi untuk mencapai ke lokasi kadang melebihi waktu yang sudah ditentukan. Nah, ini yang harus diantisipasi juga, selebihnya normal dan lancar,” tuturnya pada saat ditemui langsung Selasa (27/10/2020).
Selama mahasiswa dan Tim Kehutanan berada di lereng Gunung Lawu, masyarakat setempat selalu menyambut dengan hangat dan ramah. Pembagian mahasiswa praktik dalam kelompok kecil menyebabkan tidak ada gejolak dari masyarakat.
Selain kuliah lapangan, mahasiswa dan Tim Kehutanan juga memiliki program edukasi pelestarian hutan untuk masyarakat setempat, seperti pencinta alam yang tetap berjalan seperti biasa, yang membedakan hanya pada jumlah orang per kelompoknya.
ADVERTISEMENT
“Kalau dulu, satu kelompoknya bisa mencapai 20 orang, kalau sekarang satu kelompok 4-5 orang saja,” tambah Dwita.
Kegiatan kuliah lapangan yang lokasinya jauh ini membuat para dosen dan laboran harus menginap karena perjalanan jauh, berangkat pukul 05.30 selesai pukul 17.30, bisa dibayangkan capeknya kalau harus bolak balik setiap hari. Namun, bagi mahasiswa, mereka tidak menginap karena pelaksanaannya hanya satu hari untuk satu lokasi dan satu acara, untuk hari berikutnya sudah berganti kelompok mahasiswa yang lain.
Kondisi hutan saat ini sangat variatif sekali, ada sebagian yang dibangun untuk infrastruktur dalam rangka kepentingan masyarakat. Menurut Dwita, ada dua sisi yaitu sisi kehutanan dan tuntutan ekonomi masyarakat.
“Kalau dilihat dari sisi kehutanannya memang itu merusak, kadang-kadang dengan adanya perubahan alih fungsi dari hutan ke bentuk yang lain itu tidak mementingkan lingkungan pada jangka panjang. Tetapi pada sisi lain masyarakat seringkali terpaksa melakukannya karena adanya tuntutan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Nah, disini peran kehutanan adalah menjembatani supaya masyarakat bisa terpenuhi kebutuhannya namun lingkungannya juga bisa tetap terjaga, kadang memang tidak mudah karena banyak juga orang yang ikut “numpang” dalam artian negatif seperti ikut memprovokasi, namun selama kita memberikan penyuluhan, contoh, dan solusi yang baik, masyarakat akan tetap tenang dan baik-baik saja,” ujarnya
Ibaratkan jika lingkungan, perilaku manusia, dan kebijakan itu bisa selaras, maka seharusnya lingkungan hidup menjadi semakin baik. Karena jika ada salah satu aspek yang rusak, tidak menutup kemungkinan yang lain ikut rusak.