Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Maraknya Sikap Intoleransi Beragama di Indonesia
18 Juni 2023 20:58 WIB
Tulisan dari Rizka Febrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang majemuk.dari segi sosial Indonesia adalah negara yang terdiri atas berbagai macam suku agama dan ras yang berbeda-beda.salah satu yang hingga kini masih menjadi persoalan intoleransi beragama dalam beberapa kasus perilaku toleransi yang dilakukan oleh masyarakat masih saja terjadi.
ADVERTISEMENT
Sikap intoleransi yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai macam hal baik dari internal maupun eksternal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya sikap intoleransi tersebut seperti kesenjangan pengetahuan dalam pengalaman yang berbeda bagi sesama penganut agama, aksi pemaksaan hak asasi yang dilakukan oleh kaum mayoritas kepada kaum minoritas, adat istiadat yang kental di suatu kelompok masyarakat sehingga menyebabkan fanatisme/fanatik terhadap suku,budaya, agama lainnya sehingga merasa bahwa agamanya yang paling benar, dan adanya pemikiran tidak percaya akan Tuhan serta agama sehingga banyak orang yang tidak beragama bahkan sampai mempelajari aliran sesat.
Menurut Undang-undang Dasar Tahun 1945 pasal 28E ayat 1 yang berbunyi: "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,memilih kewarganegaraan,memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali".
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi persoalan intoleransi sebaiknya kita :
1. Lebih peduli dengan lingkungan sekitar.
2. Memiliki kesadaran dan menghormati hak-hak orang lain dalam kebebasannya memilih agama yang dianutnya.
3. Tidak mementingkan suku bangsa sendiri atau menganggap suku bangsanya yang paling benar, dan
4. Menumbuhkan sikap cinta budaya/suku sendiri maupun budaya/suku orang lain.
Rizka Febrina, Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta