Konten dari Pengguna

Batik Pewarna Alami Nusantara

Sri Handayani
Humas Pemerintah BRIN
21 November 2022 12:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Batik Indonesia yang memiliki keindahan ragam coraknya mendapat perhatian internasional dengan ditetapkan sebagai warisan budaya UNESCO pada 2 oktober 2009. Kini, kita semua mengemban dan turut berperan penting dalam mendukung berbagai langkah menjaga, mengenalkan dan mengembangkan beragam kekayaan budaya Indonesia khususnya seni batik.
ADVERTISEMENT
khazanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai komposisi dan corak batik tradisional dengan ciri khasnya masing masing. Selain itu Indonesia, juga dikenal salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia.
Komposisi motif batik Indonesia mampu menjadi sebuah karya tangan yang adiluhung ketika memiliki totalitas susunan dari elemen penyusunnya seperti motif utama dan motif latar. Oleh karena itu corak batik tidak dapat dinilai dari satu pola penyusunnya saja, melainkan mesti secara keseluruhan sebagai perwujudan, ungkap Mulayati Peneliti ahli utama dari kelompok Riset Etnobotani BRIN.
Menurutnya bentuk organis beragam unsur tetumbuhan seperti bunga dan daun antara lain teratai, bunga bangkai, pohon beringin, jenis paku-pakuan, dan dipadukan dengan fauna yang digambarkan dalam berbagai karakter, ada yang digambarkan secara naturalistis maupun stilistika.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Mulyati menjelaskan burung, kupu-kupu atau fauna lain merupakan suatu hal yang lumrah menjadi salah satu inspirasi dalam proses penciptaan motif batik. Sedangkan motif geometris umumnya menampilkan karakter teratur, terarah dan formal antara lain pola “lereng”, “parang”, ”ceplokan” dan “kawung”.
Kerajinan batik Bogor dapat menjadi asset dengan dikembangkan ciri dan karakter yang khas berupa paduan seni dengan khazanah ilmiah flora fauna. Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah Hayati BRIN kawasan Cibinong Science Center (CSC) dapat menjadi media imajinasi design motif batik, sekaligus sumber informasi ilmiah. Oleh karena tersimpan spesimen koleksi keanekaragaman hayati flora dan fauna yang bisa dijadikan ciri khas corak batik.
Saat ini penggunaan pewarna pada tekstil, juga untuk batik telah berkembang dengan pesat, sehingga dapat dengan mudah menemukan warna yang bervariasi sesuai yang diinginkan. Namun, penggunaan bahan pewarna sintetis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Untuk mencegah hal tersebut, perlu digali kembali penggunaan pewarna alam yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna dapat diambil dari akar atau rimpang seperti kunyit Curcuma longa, mengkudu Morinda sp.; daun antara lain jati Tectona grandis, tarum Indigofera spp, kecipir Psophocarpus tetragonolobus, kelor Moringa oleifera; kulit kayu antara secang Caesalpinia sappan, jambal Pelthorum inerme, tinggi Ceriops tagal dan tegeran Macluca cochinchensis; bunga antara lain teleng Clitoria ternatea; buah antara lain gambir Uncaria gambir dan pinang Areca cathecu dan kulit buah antara lain manggis Garcinia dulcis, duku Lancium domesticum, rambutan Nephelium lappaceum, sabut kelapa Cocos nucifera.
Warna yang dihasilkan cukup banyak variasinya, tergantung dari kadar penggunaan dan lama peredaman dalam bahan pewarna tersebut. Sedangkan bahan alam yang digunakan sebagai pengganti penguat warna antara daun Symplocos sp atau kapur sirih dan tawas.
ADVERTISEMENT
Koleksi tumbuhan pewarna batik
Gambar: Koleksi tumbuhan pewarna batik di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. (dok: Munasain BRIN/koleksi pribadi).
Pewarna alami utama batik yang ditampilkan dalam penataan display di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia BRIN, salah satunya adalah mewakili contoh beragam koleksi tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pewarna. Keanekaragaman flora yang potensi sebagai pewarna alami masih sangat diketahui. Koleksi koleksi tumbuhan pewarna tersebut didapatkan dari hasil eksplorasi oleh peneliti BRIN.
Hasil penggalian jenis-jenis tumbuhan sebagai sumber pewarna alami antara lain Albizia lebbekoides (tekik), Antidesma minus, Aphanamyxsis apostachya, Breynia virgata (Kanyere badak), Caesalpinia sappan (secang), Ceriops tagal (tingi), Clidemia hirta (harendong bulu), Cocos nucifera (kelapa), Coffea Arabica (kopi), Engelhardia serrate (ki keper), Maclura cochinchinensis (tatgeran), Mangifera indica (manga), Medinella alpestris (manjel jantan), Medinella speciosa (manjel), Musa balbisiana (pisang klutuk), Omalanthus populneus (kareumbi), Peltophorum pterocarpum (jambal), Persea Americana (alpukat), Psidium guajava (jambu biji), Psychotria Montana (kokopian), Swietenia mahagoni (mahoni), Syzygium acuminatissima (ki sireum), Syzygium zollingerianum (kopo).
ADVERTISEMENT
Pada display ini juga ditampilkan peralatan memasak pewarna dan peralatan membatik seperti: canting, contoh papagan dan galuh tumbuhan, serta kain batik yang fungsi sebagai pendukung informasi display.
Selain itu koleksi juga ditampilkan adalah dari bahan tetumbuhan yang digunakan oleh etnis Indonesia. Disini koleksi memberikan gambaran teknologi tradisional dalam memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan. Pemanfaatan tersebut meliputi bahan tumbuhan yang digunakan diantaranya sebagai bahan pewarna.
Mulyati berharap batik yang merupakan produk budaya Indonesia yang sangat unik dan merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dibudidayakan yang sampai saat ini banyak dikagumi oleh berbagai bangsa. Salah satu cara untuk mewujudkan adalah dengan lebih mengenalkan batik kepada generasi muda yang menjadi sasaran dalam kegiatan lomba desain motif batik.
ADVERTISEMENT
Melalui program penyadartahuan, Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia BRIN turut serta aktif dan ikut andil dalam menjembatani upaya mempertahankan atau menghidupkan kembali nilai-nilai positif kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, untuk meningkatkan kecintaan terhadap kearifan lokal budaya batik. Selain itu pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya sangatlah berpeluang dalam usaha batik dengan menggunakan pewarna alami. (sh).
Sumber: Mulyati Rahayu Peneliti ahli, Kelompok Riset Etnobotani BRIN dan Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia