Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cagar Biosfer Dukung Pelestarian Keanekaragaman Hayati Berkelanjutan
25 Agustus 2022 15:00 WIB
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah Cagar Biosfer (Biosphere Reserve), telah mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang langsung berkaitan dengan kawasan cagar biosfer. Konsep pengelolaan kawasan melalui CB secara legal pengesahan dituangkan dalam UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Saat ini Indonesia mempunyai 19 (sembilan belas) cagar biosfer.
ADVERTISEMENT
Kelembagaan Komite Nasional Man and The Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai focal point yang mempunyai mandat melaksanakan misi, program dan kegiatan MAB terutama dikaitkan dengan pembangunan dan pengembangan cagar biosfer sebagai wahana pembangunan berkelanjutan, dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab dan melaporkan kepada Kepala BRIN seperti yang tertuang dalam Surat Keputusan Kepala BRIN No.23/HK/2022.
Menyeimbangkan tujuan pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan pembangunan sosial dan ekonomi, serta memelihara nilai nilai yang terkait dengan kultur, merupakan sebuah misi Program MAB Indonesia. Misi tersebut dapat diartikan secara singkat mempromosikan dan memperagakan keseimbangan hubungan antara manusia dan alam yang muaranya adalah meningkatnya kesejahteraan rakyat Indonesia.
Konsep dan fungsi area kawasan cagar biosfer
ADVERTISEMENT
Prof. Purwanto, selaku Ketua Komite Nasional MAB-UNESCO Indonesia, BRIN menjelaskan Cagar Biosfer (Biosphere Reserve) merupakan konsep pengelolaan suatu kawasan ekosistem daratan atau pesisir untuk mempromosikan keseimbangan hubungan antara manusia dengan sumber daya alam dan ekosistem dengan tujuan pelestarian keanekaragaman hayati dan budaya, peningkatan pembangunan sosial dan ekonomi berkelanjutan yang didukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsep ini yang dikembangkan oleh Program MAB (Man and the Biosphere) UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).
Purwanto menambahkan bahwa Cagar Biosfer mempunyai tiga fungsi utama yaitu (1) Fungsi konservasi keanekaragaman hayati yaitu peran serta konservasi lansekap, ekosistem, jenis, dan plasma nutfah; (2) Fungsi pembangunan ekonomi berkelanjutan: untuk mendorong pembangunan ekonomi dan manusia yang berkelanjutan secara sosial budaya dan ekologis; dan (3) Fungsi dukungan logistic: mendukung logistik untuk penelitian, pemantauan, pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan masalah konservasi dan pembangunan berkelanjutan tingkat lokal, regional, nasional, maupun global. Jadi Cagar Biosfer bukanlah sekedar pelestarian, tapi sebenarnya adalah upaya untuk mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Untuk merealisasikan ke tiga fungsi CB tadi, maka dalam pengelolaan kawasan Cagar Biosfer dibuat sistem zonasi meliputi area inti (core area) untuk pelestarian, zona penyangga (buffer zone) dan kawasan terluar yang merupakan area transisi (transition area) atau kawasan untuk kolaborasi dan kegiatan produksi.
Keunggulan dan manfaat cagar biosfer
Purwanto yang juga Profesor Riset dan Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN, menjelaskan penerapan cagar biosfer ini sangat penting dan menarik banyak pihak, memiliki keunggulan dimana konsep cagar biosfer dapat menjadikan kawasan cagar biosfer yang sangat strategis tempat sebagai laboratorium alam untuk wahana mengembangkan IPTEK dan Inovasi dalam rangka pengelolaan keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara berkelanjutan di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh yaitu program pengembangan berkelanjutan, produk berpotensi yang berasal dari Cagar Biosfer sebagai “branding” produk produk cagar biosfer bertujuan untuk memberikan branding dan menambah nilai produk yang dihasilkan sebuah kawasan cagar biosfer. Penambahan nilai meliputi nilai ekonomi, peningkatan kualitas dari produk dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Banyak potensi keuntungan yang akan didapat masyarakat lokal seperti perlindungan sumber daya air dan tanah, sistem perekonomian masyarakat yang lebih beragam dan stabil, serta menguatkan produksi lokal. Keberadaan Cagar Biosfer menciptakan lapangan pekerjaan tambahan, pengaruh terhadap pengambil kebijakan tataguna lahan, mengurangi konflik antara pengelola konservasi dan pemangku kepentingan, adanya peluang besar dalam pelestarian tradisi yang ada, serta jaminan kondisi lingkungan menjadi lebih sehat untuk komunitas lokal dan generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
Purwanto menjelaskan Cagar Biosfer adalah tempat untuk mengkaji dan mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan, mendukung pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan pembangunan sosial ekonomi, serta memelihara nilai-nilai yang terkait dengan kultur.
Cagar Biosfer juga merupakan tempat untuk melakukan penelitian terkonsolidasi melalui pendekatan perkembangan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga diharapkan tercipta konsep pengelolaan baru, metode baru, strategi baru, menjadi alat untuk “solution problem”, tempat untuk pertukaran best practice, pengetahuan dan kepakaran serta sebagai media pertukaran informasi.
Pembangunan wilayah yang dikelola dengan pendekatan Cagar Biosfer ini dapat memadukan kepentingan konservasi keanekaragaman hayati (ekosistem, jenis dan genetik) dengan kepentingan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang didukung oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi yang sekaligus menjaga kearifan nilai budaya yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Purwanto juga mengatakan bahwa mengembangkan konsep cagar biosfer di Indonesia diperlukan kerjasama dan partnership serta dukungan jaringan kerja. Komite Nasional MAB UNESCO Indonesia, BRIN membangun jaringan kerja ditingkat nasional melalui Forum Cagar Biosfer Indonesia; ditingkat regional melalui SeaBRnet (Southeast Asia Biosphere Reserve Network); dan jaringan kerja global melalui WNBR (The World Network of Biosphere Reserves).
Jaringan kerja cagar biosfer tersebut sebagai ajang koordinasi, partnership, pertukaran informasi, pertukaran pengalaman, pengetahuan dan tenaga ahli terutama di antara Cagar Biosfer di seluruh dunia, disampaikan pada acara rutin apel pagi staf BRIN awal agustus lalu, dalam tema “BRIN dan Pengembangan Cagar Biosfer untuk Mendukung Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Berkelanjutan”. (SH)