Konten dari Pengguna

Mengenal Sejarah Jamu Gendong

Sri Handayani
Humas Pemerintah BRIN
30 Desember 2022 18:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar foto: Penataan vitrin Jamu Gendong. di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. (Sumber dok. MUNASAIN BRIN/koleksi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar foto: Penataan vitrin Jamu Gendong. di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. (Sumber dok. MUNASAIN BRIN/koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian besar pengetahuan masyarakat Indonesia tentang jamu berawal dari kebiasaan masyarakat Jawa dalam menggunakan obat tradisional yang disebut juga dengan “jamu”.
ADVERTISEMENT
Pembuatan jamu erat kaitannya dengan pengetahuan pemeliharaan kesehatan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sejak abad 15-16 istilah jamu mulai digunakan yang tersurat dalam primbon di Kartasuro, yaitu djamoe.
Uraian jamu secara lengkap ditulis oleh Kanjeng Gusti Adipati Anom Mangkunegoro III tahun 1810-1823 yang terdapat di dalam serat centini. Sekitar 1734 ramuan jamu ditulis oleh R. Atmasupana II pada tahun 1850. Djamoe mempunyai arti doa atau obat untuk meningkatkan kesehatan, berasal dari kata djampi yang berarti doa atau obat dan oesodo (husada) yang berarti kesehatan.
Jamu dikenal dalam berbagai bentuk, antara lain tablet, kapsul, serbuk, cairan, krim, salep, param, pilis, tapal, dan rajangan untuk diseduh.
Jamu diproduksi oleh pabrik dan juga perorangan misalnya jamu gendong. Dengan harga yang terjangkau dan mudah diperoleh, jamu gendong sangat diminati masyarakat. Penjual jamu gendong biasanya adalah wanita dengan ciri khas memakai jarik juga kebaya (tradisi Jawa). Saat ini penjual jamu tidak lagi menggendong jamu yang dijualnya tetapi membawanya dengan sepeda atau gerobak kecil.
ADVERTISEMENT
Jamu gendong yang digemari pelanggan biasanya adalah beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci siruh, uyup-uyup atau gepyokan, kunir asam, pahitan dan sinom. Secara umum pembuatan jamu gendong terdiri atas dua macam, yaitu dengan merebus seluruh bahan jamu dan memeras sari yang terkandung di dalam bahan baku, kemudian mencampurnya dengan air matang. Bahan pembuatan jamu biasanya diiris-iris atau dihancurkan lebih dulu sebelum direbus dan diperas.
Berbeda dengan sekarang ini pembuatan jamu menggunakan blender atau dengan cara ditumbuk, sebelumnya pembuatan jamu lebih banyak menggunakan pipisan batu. Begitu juga dengan alat untuk merebus bahan-bahan jamu yang dulunya menggunakan ‘kendil’ yang terbuat dari tanah liat dan kini berganti dengan panci alumunium.
Koleksi-koleksi spesimen dan artefak yang telah melalui sebuah proses konservasi, kemudian ditampilkan dalam bentuk pameran (display) atau penataan sebuah vitrin tersimpan di MUNASAIN, salah satu contoh vitrin dengan tema Jamu Gendong, yang berada di tengah ruang pameran lantai dasar. Display vitrin ini menggambarkan seorang pedagang jamu gendong.
ADVERTISEMENT
Penataan koleksi artefak vitrin dengan tema Jamu Gendong ini telah dilengkapi dengan diorama secara garis besarnya menggambarkan seorang pedagang jamu gendong. Koleksi bahan obat tradisional untuk kesehatan dengan pendukungnya patung dan perlengkapan tiga dimensi lainnya membuat vitrin ini berbeda dengan yang lain. Narasi secara singkat dapat dibaca oleh pengunjung dengan mudah, nama-nama jenis dalam bahasa botani juga disajikan sebagai pelengkap komunikasi.
Vitrin ini melukiskan budaya asli kuno yang masih digemari masyarakat hingga kini. Adapun jenis ramuan jamu yang ditampilkan sebagai contoh di sini yaitu: jamu beras kencur, jamu kunir asem, jamu pahitan, jamu cabe puyang dan jamu galian. Masing-masing jenis tumbuhan yang digunakan, dipamerkan dalam vitrin ini.
Jamu biasanya dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah. Ada juga jamu yang menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing, empedu ular, atau tangkur buaya. Seringkali kuning telur ayam kampung juga dipergunakan untuk tambahan campuran pada jamu gendong. (sh/sumber: Vera Budi Lestari, S.S., M.Hum. Peneliti BRIN/Munasain BRIN)
ADVERTISEMENT