Konten dari Pengguna

Mengenal Tumbuhan Pandan Samak

Sri Handayani
Humas Pemerintah BRIN
30 Desember 2022 15:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar foto: Vitrin koleksi pandan samak (Pandanus tectorius) di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia BRIN. (Sumber dok. Munasain BRIN / koleksi Peneliti BRIN.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar foto: Vitrin koleksi pandan samak (Pandanus tectorius) di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia BRIN. (Sumber dok. Munasain BRIN / koleksi Peneliti BRIN.
ADVERTISEMENT
Tumbuhan pandan-pandanan (Pandanaceae) relatif belum banyak dikenal oleh sebagian besar bangsa Indonesia. Banyak khalayak umum yang belum mengetahui bahwa ada sekitar 900 jenis tumbuhan yang masuk ke dalam Pandanaceae, yang mana sekitar l/3daripadanya terdapat di Indonesia. Pandan adalah tumbuhan yang hanya ditemukan di hutan hujan tropis hingga kawasan dengan empat musim dan sub-tropis (hanya beberapa jenis).
ADVERTISEMENT
Suku pandan-pandanan adalah salah satu suku yang termasuk ke dalam kelompok besar tumbuhan yang bijinya berkeping tunggal atau Monokotil (Kelas Monocotyledoneae), yaitu sebuah kelompok besar suku-suku tumbuhan berbunga yang meliputi palem, rumput, anggrek, talas, pisang, bunga bakung, dan jahe. Secara umum seluruh anggota Pandanaceae mudah dikenali, mereka adalah tumbuhan berrumah dua {dioecious) dan dapat berwujud pohon, semak atau perambat.
Pandan dapat menempati kisaran habitat yang luas, mulai dari pantai berpasir dan berbatu karang, muara, rawa bakau (mangrove), tepian sungai hingga dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 3500 m dari permukaan laut. Mereka juga ditemukan di hutan sekunder dan padang rumput (savannah), bahkan di tanah berpasir yang relatif kering.
Pandan digunakan baik oleh masyarakat Melayu-austronesia maupun Melanesia Untuk Berbagai keperluan. Tradisi penggunaan pandan oleh Masyarakat Melayu-Austronesia sangat tua, Yaitu sekitar 10.000 Tahun yang lalu. Kurun waktu yang sama dengan awal Budidaya “Buah Merah” (P. Antaresensis) di lembah Baliem, Papua.
ADVERTISEMENT
Daun Pandan dapat digunakan sebagai sumber serat yang kuat. Pandan Tergolong ke dalam suku pandan-pandanan (Pandanaceae) yang terdiri dari 5 Marga; 3 diantaranya dijumpai di Indonesia (Freycinetia, Pandanus & Benstonea) dan 1 mungkin sararanga.
Tahukah Kamu? Pada Beberapa jenis tumbuhan, salah satunya pandan samak memiliki Akar Penopang yang Besar & Kuat yang dapat digunakan sebagai pencegahan tsunami & Pencegah tenggelamnya pulau pulau kecil seperti yang dikhawatirkan oleh negara-negara kepulauan kecil di pasifik. Tumbuhan dengan jenis akar yang kuat ini juga dapat digunakan untuk melindungi hilangnya pulau-pulau kecil di maluku (Maluku Tenggara) karena Naiknya permukaan air laut sebagai dampak pemanasan Global atau Global Warming.
Gambar foto: Pemanfaatan seluruh bagian pandan samak (Pandanus tectorius) (Sumber dok. Munasain BRIN / koleksi Peneliti BRIN.
Pemanfaatan pandan samak seperti tertera dalam tampilan poster yang menjelaskan hampir seluruh bagian yang dapat dimanfaatkan mulai dari daunnya untuk anyaman tikar, topi dan lain-lain. Selain itu untuk obat flu, hepatitis, dysuria, asma, panas dalam dan kanker, sedangkan bagian buah bisa dimakan dan sumber pangan di negara-negara pulau kecil seperti Mikronesia dan Pasifik. Bunga dan buah untuk obat gangguan pencernaan dan pernafasan. Belahan akar untuk obat ambein.
ADVERTISEMENT
Sedangkan batang dapat berfungsi untuk bahan bangunan ringan dan kayu bakar. Buah diolah jadi pasta/dodol pandan ditambahkan gula aren direbus dan dibakar, lalu dikeringkan yang tampilannya mirip kurma. Lebih enak dan tahan lama dalam penyimpanan, sangat cocok untuk ketahanan pangan nasional. Kandungan yang ada rata-rata per 100 gr pasta pandan : 321 kilokal, karbohidrat, 2.2 gr protein, 134 mg kalsium, 108 mg fosfor, 5.7 mg besi, 0.04 mg thiamin, 2 mg vit c, dan 390 – 724 ug/100 gr beta-carotene (precursor vit A).
Masyarakat umumnya pandan digunakan berbagai macam keperluan sehari-hari, mulai dari bahan penyedap makanan, obat hingga keperluan upacara keagamaan. Pemanfaatan lain untuk tikar lampit, aneka peralatan rumah tangga seperti topi dan payung, dan upacara adat.
ADVERTISEMENT
Daunnya diketahui secara luas dan dipanen dari dua jenis yang utama yaitu pandan pantai (P. odoratissimus), pandan bidur (P. dubius), dan cangkuwang (P. furcatus). Di Lombok (Nusa Tenggara Barat) daun pandan digunakan dalam upacara adat perang-perangan yang berkaitan dengan prosesi kesuburuan tanah.
Pemanfaatan pandan samak yang berupa koleksi artefak tersimpan di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia BRIN, Bogor. Koleksi-koleksi artefak ini hasil kegiatan eksplorasi ke berbagai tempat di Indonesia oleh para peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) dan Pusat Riset Etnobiologi dan Ekologi (PREE), BRIN.
Hasil eksplorasi berupa spesimen herbarium dan koleksi artefak, kajiannya dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Keanekaragaman Hayati dibawah Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong. Sedangkan kajian koleksi-koleksi artefak etnobiologi sagu dapat dilakukan di Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (MUNASAIN), BRIN yang berlokasi di Bogor.
ADVERTISEMENT
Penataan vitrin koleksi artefak pandan samak menampilkan bagaimana masyarakat lokal berbagai daerah dapat memanfaatkan bagian daun sejenis tumbuhan pandan-pandanan untuk keperluan mereka sehari-hari, seperti yang tampak dalam dalam koleksi ini antara lain dapat dibuat sebagai : tikar atau alas lantai, sebagai tas, tutup kepala, tempat wadah-wadahan (tempat beras, tempat sirih dan lain-lain), alat membawa barang, tempat sirih pinang dan lain-lain.
Asal daerah koleksi pada vitrin ini terdiri dari: Bali, DKI jakarta, Pelabuhan Ratu Sukabumi, Bangkinang Riau, Teluk dalam Nias Sumatera Utara, Lao Serukam Sambas Kalimantan Barat, Ruteng-Flores Manggarai NTT, Muara Ma’au-Kalimantan Timur, Tapanuli Selatan Sumatera Utara, Bengkulu, Padang Sumatera Barat, Pasar Sentral Bau Bau Sulawesi Utara, Malili Luwu Sulawesi Selatan, Muara Ancalong Kutai Kalimantan Timur, Kabupaten Aceh Besar DI Aceh, Sampara Kendara Sulawesi Tenggara, Seram Selatan Maluku Tengah.
ADVERTISEMENT
Berbagai koleksi artefak yang diketemukan, memberikan gambaran kearifan lokal bahwa masyarakat dahulu dengan teknologi yang masih sederhana, sudah mampu memanfaatkan sumber daya alam hayati yang ada terutama berbagai jenis tumbuhan untuk kehidupan sehari-hari. (sh/sumber: Dr. Ary Prihardhyanto Keim, Peneliti PRBE BRIN / Munasain BRIN).