Pengenalan Koleksi Artefak Bambu

Humas Pemerintah BRIN
Konten dari Pengguna
13 Agustus 2022 14:07
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Bambusa vulgaris (Bambu Ampel). Foto: I Putu Gede /Koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Saat ini Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempunyai sekitar 2186 nomor koleksi artefak yang berasal dari Sabang sampai Merauke. Museum ini menampilkan informasi lengkap tentang kekayaan flora, fauna dan budaya yang beraneka ragam. Dalam kebudayaan masa lalu, tersimpan pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan tumbuhan oleh suku suku yang ada. Artefak terdiri atas koleksi tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan serta alat perlengkapan yang dibutuhkan untuk bertani dan berburu. Koleksi yang tersimpan adalah bagian dari artefak etnobotani yang diperoleh langsung selama kegiatan ekspedisi dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti etnobotani BRIN sejak tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Gambar artefak bambu. Foto: koleksi MUNASAIN
Koleksi artefak bambu
Museum ini memiliki beragam koleksi artefak tumbuhan, salah satunya adalah koleksi artefak bambu yang ditampilkan dalam penataan display. Di sini, dipamerkan benda-benda koleksi yang dibuat dari bahan (raw material) bambu. Display koleksi artefak bambu menyajikan 38 buah koleksi yang menggambarkan contoh pemanfaatan bambu dalam kehidupan sehari-hari suku-suku bangsa, antara lain sebagai perlengkapan rumah tangga seperti: tempat buah dan barang, pengayak, penapis beras dan sagu, alat untuk membawa barang, sisir, tempat ikan, tempat menyimpan lampu, wadah lauk pauk, kue dan nasi, untuk membawa telur, kurungan ayam, dan lain sebagainya. Manfaat lain dari bambu adalah sebagai hiasan seperti “kepala domba” yang terbuat dari akar pohon bambu dan hiasan dinding lainnya. Koleksi tersebut didapatkan oleh peneliti BRIN dari berbagai daerah Jawa barat (terbanyak), DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua.
ADVERTISEMENT
Koleksi – koleksi artefak memberikan gambaran teknologi tradisional dalam memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan. Hal ini juga sekaligus menunjukkan kekayaan keanekaragaman tumbuhan Indonesia yang memiliki beragam potensi, kekayaan budaya Indonesia, dan memberikan referensi yang baik dalam kearifan tradisional Indonesia dalam mengelola keanekaragaman flora.
Taksonomi tumbuhan bambu
Secara taksonomi, bambu termasuk anggota rumput-rumputan, yaitu suku Poaceae (Gramineae) dan anak suku Bambusoideae. Bambu memiliki laju pertumbuhan yang cukup tinggi di dunia, yaitu dapat tumbuh hingga 100 cm (39 inci) dalam 24 jam. Laju pertumbuhan bambu yang paling umum adalah sekitar 3–10 cm (1,2–3,9 inci) per hari. Farrelly, (1984), mengatakan pertumbuhan bambu ini, bagaimanapun juga, ditentukan dari kondisi tanah, iklim, dan jenis bambu. Selain laju pertumbuhan yang relatif tinggi, bentuk batang bambu juga cukup unik karena berupa buluh silinder berongga dan berbuku-buku. Pertumbuhan bambu yang relatif cepat dan bentuk batangnya yang unik menyebabkan bambu berpotensi tinggi untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan bambu
Bambu telah lama diketahui sebagai tumbuhan serba guna dan sepanjang hidup masyarakat Indonesia tidak akan pernah lepas dari memanfaatkan bambu, baik untuk keperluan hidu, maupun menunjang perekonomian. Berbagai manfaat bambu antara lain untuk membuat alat-alat dapur, alat perikanan, pembuatan mebel, alat musik, pagar kebun/pekarangan, kandang ternak, konstruksi rumah, penyangga tanaman, galah, anyaman dinding rumah, plafon, tikar, lampu hias, tali, penampung air, keranjang buah, tanaman hias, permainan anak, sayuran dari rebung, sarana untuk upacara adat, sarana dalam atraksi tari-tarian budaya, dan keperluan sehari-hari lainnya.
Sekitar 25 jenis alat musik dari bambu telah diketahui seperti angklung, calung, celempung, gambang sunda, genggong, dan seruling. Khusus alat musik angklung sering digunakan jenis bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea) atau bambu ater (Gigantochloa atter). Selain alat musik, bambu juga dapat dimanfaatkan untuk membuat bubur kertas seperti dari jenis bambu duri (Bambusa spinosa) dan bambu betung (Dendrocalamus asper). Tunas bambu (rebung) dapat diolah menjadi makanan lezat seperti lumpia, lodeh, dan gulai. Selain itu, bambu juga digunakan dalam transportasi air (rakit) dan konstruksi jembatan.
ADVERTISEMENT
Gede, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, menyatakan bahwa bambu bukan hanya menghasilkan secara ekonomis bagi penduduk tapi juga bermanfaat bagi lingkungan sekitar yaitu fungsi ekologis nya. Menurutnya, bambu bisa mencegah erosi atau sebagai tumbuhan pemula yang tidak ada hutannya atau tidak ada pohon sama sekali, tambahnya.