Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Pewarna Alami Batik Produk Ramah Lingkungan
27 Desember 2022 14:04 WIB
Tulisan dari Sri Handayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan lahan yang memadai yang tidak dimiliki negara lain, sehingga Indonesia memiliki peluang dan potensi yang menjanjikan dalam berkompetisi di pasar dunia dalam hal pewarna alami ini.
ADVERTISEMENT
Batik sebagai identitas bangsa, jika dapat dibuat dengan menggunakan pewarna alami, tentunya akan meningkatkan daya jual produk dalam negeri, yang pada akhirnya akan meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat. Dengan diakuinya batik sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO, maka pengembangan batik akan semakin menjanjikan.
Kesadaran masyarakat dunia akan kesehatan yang semakin meningkat, menyebabkan mereka cenderung mengkonsumsi produk yang menggunakan teknologi ramah lingkungan yang dapat berkompetisi di pasaran dunia.
Industri pembuatan kain batik, baik skala kecil maupun menengah, telah lama diimbau untuk menggunakan pewarna alami daripada pewarna tekstil sintetis, karena limbah sisa pencelupan batik dengan pewarna alami lebih ramah lingkungan dan aman.
Walaupun kesadaran akan pentingnya penggunaan pewarna alami di kalangan pembatik semakin hari semakin meningkat, kendalanya adalah masih terbatasnya pengetahuan para pembatik tentang pewarna alami dan teknologi untuk mengaplikasikannya.
ADVERTISEMENT
Informasi pengetahuan tentang pewarna alami dan pengembangannya masih sangat dirasa kurang oleh masyarakat. Keanekaragaman flora yang potensinya sebagai pewarna alami masih sangat sedikit diketahui.
Penelitian tentang keanekaragaman jenis jenis tumbuhan liar yang berpotensi sebagai pewarna alam dan teknik perbanyakannya, pernah dilakukan oleh Dra. Tutie Djarwaningsih, M.Si, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Tim di Taman Nasional Halimun Salak, Sukabumi.
Penelitian bertujuan untuk menambah jumlah koleksi jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pewarna alami dan memperoleh informasi baru tentang jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pewarna alami tekstil khususnya batik.
Pencatatan data semua informasi tentang jenis yang ditemui meliputi karakter morfologi, nama daerah, manfaatnya secara lokal, habitat, ekologi dan persebaran, habitat, warna dari bagian-bagian tumbuhan (bunga, buah dan lain-lain), ketinggian tempat, tanggal pengambilan, lokasi, serta dilakukan pembuatan dokumentasi berupa foto berwarna.
ADVERTISEMENT
Hasil kegiatan eksplorasi di Taman Nasional Halimun Salak ditemukan 40 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai pewarna alam, melakukan tes warna terhadap 40 jenis tumbuhan yang ditemukan pada daun, kulit batang/ranting, bunga dan buah dengan menggunakan benang wool, benang katun, kain mori, kain katun, telah berhasil mengeluarkan warna yang stabil, setelah difiksasi dengan tawas, FeSO4, kapur dan difoto.
Salah satu hasil yang sudah diaplikasikan adalah warna tumbuhan Omalanthus populneus (kareumbi) oleh pengrajin batik lokal di Tasikmalaya, ungkap Tutie.
Metode yang biasa digunakan untuk deteksi warna pada tumbuhan adalah penggerusan dan perebusan. Selanjutnya dilakukan fiksasi terhadap bahan-bahan yang digunakan untuk pengetesan warna dengan menggunakan tawas, FeSO4 dan kapur. Tahap akhir adalah identifikasi terhadap warna dasar tumbuhan tersebut.
ADVERTISEMENT
Keberadaan pewarna alami sangat penting untuk menghasilkan tekstil khususnya batik yang lebih berpihak kepada kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya alergi bagi kulit pemakainya.
Penggunaan bahan batik yang menggunakan pewarna alami selain aman juga mengeluarkan aroma wangi dan dapat memberi rasa hangat bagi yang memakai serta dapat digunakan sebagai obat bagi kesehatan pengguna.
Eksplorasi untuk memperoleh jenis jenis tumbuhan liar sebagai pewarna alam pada batik sangat dibutuhkan untuk memperoleh warna warna ataupun variasi yang diinginkan.
Bagian tumbuhan yang digunakan untuk pewarnaan tersebut dapat berasal dari berbagai bagian tanaman mulai akar, kulit batang, daun, buah, kulit buah, biji dan lain-lain.
Pada umumnya warna warna yang dihasilkan dari pewarna alami relatif tidak cerah, sehingga hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab pewarna alami kurang diminati. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang berkelanjutan terhadap berbagai jenis tumbuhan liar, dengan harapan akan diperoleh warna warna lain yang lebih cerah dan menarik.
ADVERTISEMENT
Kerjasama BRIN dengan Dinas Perindutrian, Pemda, Universitas atau pengrajin batik lokal yang saling bersinergi diharapkan dapat mendukung pemanfaatan bahan alam untuk industri batik lokal.
Selain itu juga bahan pewarna alam dapat dimanfaatkan secara luas di kalangan pengrajin batik di daerah, maka usaha untuk memasyarakatkan penggunaan bahan pewarna alam secara luas di pengrajin batik daerah akan terus berkelanjutan dan pencemaran lingkungan akan terkendali secara signifikan.(sh/sumber: Tutie Djarwaningsih, Peneliti PR Biosistematika dan Evolusi,BRIN.