Belum sempat berpikir, Wortel sudah naik ke dadaku. Aku ingin memeluknya, tetapi bahu kananku ngilu sekali. Ketika aku hendak menyapa, Wortel menutup mulutku dengan kakinya.
“Bangsat memang. Apa si Prof. Nanda itu nggak menghitung dengan benar? Delapan crane rusak total. Apa kau sudah memastikan tidak ada yang terjepit pipa? A...”
Suara itu lekas bercampur dengan suara bising. Aku memperhatikan sekitar. Tampaknya suara itu berasal dari balik stalagmit tak jauh dari tempatku berbaring. Stalagmit itu menghalangi sinar dan terang di baliknya, membuatnya tampak seperti gerhana matahari. Aku menarik napas dan mengembuskannya perlahan, berusaha mengumpulkan tenaga untuk merayap mendekati stalagmit.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814