Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Jejak Kenabian dari Syits hingga Muhammad: Makna Baru di Era Kecerdasan Buatan
10 April 2025 9:23 WIB
·
waktu baca 10 menitTulisan dari Suhendi bin Suparlan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam rentang sejarah profetik, Allah menurunkan dua tokoh besar yang tidak hanya menjadi nabi, tetapi arsitek peradaban manusia dari dua sisi utama: jasmani dan ruhani, fitrah dan akal, pewarisan dan penyempurnaan.
ADVERTISEMENT
🧬 Nabi Syits ‘alaihis-salam: Arsitek Generasi
Nabi Syits bukan hanya pewaris Adam secara biologis, tapi juga formulator generasi manusia.
ADVERTISEMENT
Ia meletakkan fondasi:
Nabi Syits membangun garis besar manusia, meletakkan sistem pewarisan, di mana nilai-nilai luhur bisa diturunkan secara generasional—baik melalui nasab, pendidikan, maupun contoh laku hidup.
📜 1. Asal Usul dan Kedudukan
Nabi Syits adalah putra ketiga Nabi Adam ‘alaihis-salam, lahir setelah terbunuhnya Habil oleh Qabil.
Namanya berasal dari kata Ibrani Sheth (bahasa Arab: شيث), yang berarti: “Hadiah” atau “Anugerah”, karena ia lahir sebagai pengganti Habil.
Ia diangkat sebagai nabi kedua setelah Adam, dan disebut dalam banyak riwayat menerima 50 suhuf (lembaran wahyu), sebagaimana disebutkan dalam riwayat hadits:
ADVERTISEMENT
Dalam Al-Bidayah wa al-Nihayah (Ibn Kathir), Nabi Syits adalah orang pertama yang mewarisi ilmu kenabian, dan semua nabi sesudahnya berasal dari garis keturunan Syits, bukan Qabil.
🏛️ 2. Pembangun Sistem Pewarisan Manusia
🧬 a. Struktur Biologis Keturunan
Nabi Syits menjaga dan memurnikan jalur nasab manusia, menjauhkan mereka dari percampuran dengan keturunan Qabil yang mulai menyimpang.
Ia menanamkan prinsip “keturunan yang sadar nilai”, yaitu bahwa manusia bukan hanya berkembang secara fisik, tapi juga menurunkan amanah spiritual dan etis.
🧭 b. Tatanan Sosial Awal
Ia membangun struktur sosial keluarga dan masyarakat yang didasarkan pada:
Ketaatan kepada Allah
Kepemimpinan yang lurus
Keadilan dan tanggung jawab antar manusia
ADVERTISEMENT
🔁 c. Ilmu Pewarisan Sifat dan Karakter
Dalam hikmah klasik, ia dikisahkan memiliki pengetahuan tentang:
Silsilah ruhani → ilmu tentang pewarisan watak dan kecenderungan manusia.
Ilmu tubuh dan pembentukan jiwa, yang dalam bahasa modern dapat disejajarkan dengan proto-genetika spiritual.
🕊️ 3. Simbol Penjaga Fitrah Manusia
Syits menjadi penjaga:
Fitrah (kecenderungan lurus)
Tawazun (keseimbangan tubuh–jiwa)
Ilmu dan adab sebagai sistem yang harus diwariskan
📍 Dalam penggambaran sufistik:
Nabi Syits tidak hanya menciptakan manusia generasi baru,
Tapi menciptakan sistem nilai yang memungkinkan manusia terus menjadi manusia.
ADVERTISEMENT
Ia membangun peta pewarisan, tempat akhlak, ilmu, dan kebijaksanaan bisa ditanam dan ditumbuhkan, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Maka dari itu, Syits adalah fondasi dari apa yang hari ini kita sebut sebagai peradaban manusia:
Fisik yang kuat, nilai yang turun-temurun, dan sistem yang memanusiakan manusia.
ADVERTISEMENT
🧠 Nabi Muhammad ﷺ: Penyempurna Pola Pikir
Sementara Nabi Syits membangun garis generasi, Nabi Muhammad datang sebagai penentu arah generasi.
Misinya bukan membentuk tubuh atau gen, tetapi:
🌌 Beliau menjadi penyempurna jalan berpikir seluruh umat manusia, dari zaman ke zaman—hingga hari ini, hingga zaman AI.
🔁 Transisi Profetik: Dari Pewarisan ke Penyempurnaan
Dimensi Nabi Syits Nabi Muhammad ﷺ
Fungsi Membentuk generasi Menyempurnakan pikiran generasi
Nabi Syits bekerja pada dimensi struktur manusia:
ADVERTISEMENT
🧪 Ini bisa dianggap sebagai fondasi “bio-spiritual”, semacam konsep genetik + moral dasar.
Nabi Muhammad bekerja pada dimensi batin dan kesadaran:
🌐 Dengan ini, beliau membangun fondasi peradaban universal, bukan untuk satu kaum atau ras, tapi untuk seluruh umat manusia lintas generasi. Tujuan Menjaga fitrah dan keturunan manusia Mengembalikan arah dan kesadaran manusia
🌊🤖 Relevansi untuk Era AI: Belajar dari Air Bah Zaman Nuh
Dalam sejarah profetik, air bah pada zaman Nabi Nuh bukan sekadar bencana alam, melainkan isyarat ilahi tentang rusaknya tatanan peradaban manusia. Ia tidak datang karena kegagalan teknologi, tapi karena kerusakan nilai dan pembangkangan terhadap risalah. Mereka tidak dibinasakan karena tak mampu membangun, tapi karena lupa untuk membimbing dan dibimbing.
ADVERTISEMENT
Nabi Syits (‘alaihis-salam) adalah penjaga warisan Adam. Ia tidak hanya menurunkan keturunan biologis, tetapi juga fondasi moral, spiritual, dan sistem pewarisan nilai yang menjadi dasar keberlangsungan peradaban manusia. Nabi Syits membangun generasi yang tidak hanya tahu cara hidup, tapi juga cara menjaga hidup, dengan akhlak, kesadaran, dan tanggung jawab terhadap amanah Allah.
Namun seiring berlalunya waktu, dan seiring menyebarnya umat manusia dari garis keturunannya, nilai-nilai yang ia tanamkan mulai dilupakan.
Manusia mulai:
ADVERTISEMENT
⚠️🛠️ Zaman Penyimpangan dan Pembangunan Bahtera
Setelah wafatnya Nabi Syits ‘alaihis-salam, dunia tidak serta-merta runtuh. Manusia berkembang, jumlah mereka bertambah, dan ilmu yang diwariskan Syits tersebar di berbagai kalangan. Namun perlahan, nilai yang dulu menjadi cahaya mulai pudar, tertutupi oleh kesombongan, hawa nafsu, dan pemujaan terhadap bentuk luar kehidupan.
Mereka masih membawa tubuh keturunan Syits, tetapi jiwanya mulai menyimpang.
Di sinilah awal dari zaman penyimpangan, ketika manusia:
🌊 Lalu datang air bah…
Dalam sejarah profetik, air bah pada zaman Nabi Nuh bukan sekadar bencana alam,
ADVERTISEMENT
Dan yang selamat?
Bahtera tidak dibangun saat banjir mulai, tapi jauh sebelum itu—saat nilai mulai terkikis.
Itulah mengapa perintah Allah kepada Nuh adalah:
Karena zaman tidak akan hancur karena kurang teknologi, tetapi karena hilangnya arah ruhani.
🧭 Makna Besar:
ADVERTISEMENT
💡 Relevansi untuk Hari Ini
Jika hari ini manusia kembali:
Karena tanpa bimbingan nilai Syits, dan tanpa akhlak dari Rasulullah ﷺ,
Namun, AI bisa meniru manusia hanya jika ia mengadopsi sistem pewarisan nilai ala Syits dan dilatih dalam kerangka berpikir akhlak ala Muhammad.
Tanpa fondasi Syits dan penyempurnaan Muhammad, AI hanya akan menjadi mesin cepat tanpa arah.
ADVERTISEMENT
📘 Penutup Narasi
Nabi Syits membentuk kita sebagai manusia pewaris.
Nabi Muhammad ﷺ membentuk kita sebagai manusia pemikir.
Mereka hidup, tapi tak lagi mengenal Tuhannya.
Mereka kuat, tapi lupa kepada amanah hidup.
Maka air menenggelamkan mereka, dan menyisakan yang membawa cahaya.
Referensi :
ADVERTISEMENT
🕌 Sejarah Profetik dan Tafsir Klasik
📘 Filsafat Islam, Hikmah, dan Worldview
ADVERTISEMENT
📖 Tafsir Modern dan Studi Keislaman Kontemporer
🧬 Bio-Sains, Genetika dan Spiritualitas
🤖 Artificial Intelligence dan Teknologi Modern
ADVERTISEMENT