Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Laut yang Terbelah di Layar Kantor: Sebuah Kisah Nyata Plot Twist Tak Terduga
30 Maret 2025 16:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Suhendi bin Suparlan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketika Usaha Terlihat Sia-sia
ADVERTISEMENT
Setiap pagi, Maya dan Reno datang lebih awal ke kantor. Mereka bagian dari tim riset kecil di sebuah startup fintech yang nyaris gulung tikar. Investor kabur. Target tak tercapai. Gaji pun telat masuk dua bulan.
ADVERTISEMENT
Namun mereka berdua bertahan—karena keyakinan, atau mungkin karena tak punya pilihan lain. Dalam diam, mereka menyusun ulang strategi: merombak sistem analisis data yang selama ini tak berjalan. Mereka bekerja seperti menggali sumur di tanah kering—tanpa tahu kapan air akan muncul.
Dan suatu hari, keajaiban itu datang.
Kisah: “Ini Gila… Ini Benar-Benar Gila.”
Setiap pagi, Maya dan Reno duduk di pojok ruangan kantor startup yang semakin sepi. Keduanya sudah tak asing dengan aroma kopi instan dan sisa makanan di meja kerja. Dulu, kantor mereka ramai—penuh optimisme, presentasi, investor yang datang silih berganti.
Tapi itu dulu.
Sekarang? Tim sudah mengecil, gaji sering telat, dan hanya sedikit klien yang masih bertahan. Mereka berdua bekerja di tim pengembangan produk, mencoba menyelamatkan sisa-sisa harapan lewat proyek terakhir yang mereka punya: alat bantu untuk para pengguna crypto agar bisa mengambil keputusan lebih cepat dan cerdas.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, proyek itu tak pernah benar-benar selesai. Entah kenapa selalu terasa kurang. Terlalu banyak data yang harus diproses, terlalu cepat perubahan pasar, dan terlalu sedikit waktu untuk memperbaiki semuanya. Tapi Maya dan Reno tetap bertahan. Mereka tidak ingin menyerah sebelum benar-benar kehabisan napas.
Malam-malam panjang mereka habiskan dengan otak yang sudah nyaris mati rasa—memantau pergerakan pasar, membaca sinyal, menyusun ulang sistem yang tak kunjung sempurna.
Lalu, suatu pagi, sesuatu terjadi.
Reno datang lebih pagi dari biasanya dan membuka sistem pemantauan mereka—sebuah platform sederhana yang mereka bangun untuk menganalisis peluang di pasar crypto. Grafik yang biasanya datar seperti garis hidup di monitor rumah sakit, kini bergerak naik tajam. Sangat tajam.
Awalnya ia mengira itu kesalahan. Tapi setelah dicek ulang… bukan.
ADVERTISEMENT
Ternyata sistem mereka semalam berhasil mengambil keputusan sendiri, dan memberi sinyal pada salah satu pengguna setia yang kemudian langsung melakukan transaksi. Hasilnya? Untung. Besar. Bahkan si klien langsung menghubungi mereka pagi itu juga dan meminta akses penuh ke sistem.
Maya datang tak lama setelah itu. Reno hanya bisa menatap layar, lalu menatap Maya.
“May… kita berhasil.”
“Serius?”
“Grafiknya naik. Klien balik lagi. Dan sistem kita akhirnya… jalan.”
Maya menarik kursi dan terduduk. Sunyi. Lalu perlahan tertawa—tawa lelah yang berubah jadi senyum haru.
“Ini gila... Ini benar-benar gila…”
Mereka menatap layar laptop seolah sedang menatap jalan yang baru saja muncul di hadapan mereka. Tak ada gemuruh, tak ada teriakan. Tapi di dalam dada, ada sesuatu yang terbuka. Seperti laut yang terbelah—bukan karena mukjizat besar, tapi karena mereka tak berhenti memukulnya dengan kerja keras dan keyakinan.
ADVERTISEMENT
Simbolisme: Ketika Tongkat Dipukulkan di Era Digital
Apa yang terjadi pada Maya dan Reno bukan sekadar keberuntungan. Itu adalah momentum—pertemuan antara kerja keras, intuisi, dan momen tepat.
Dalam cerita Nabi Musa, tongkat dipukulkan bukan karena Musa tahu laut akan terbelah. Ia hanya mengikuti perintah, dengan penuh kepercayaan. Laut terbelah karena keyakinan mendahului logika.
Demikian pula Maya dan Reno. Mereka terus memukulkan ‘tongkat’ mereka—ide, lembur, revisi algoritma—ke kerasnya tembok kenyataan. Tak tahu apakah itu akan berhasil. Tapi mereka terus mencoba.
Dan ketika waktunya tiba, “laut” itu pun terbuka—bukan dalam bentuk gelombang air, tapi grafik profit dan suara notifikasi klien yang kembali percaya.
Refleksi: Siapa yang Menyangka Laut Bisa Terbelah di Dalam Kantor?
Plot twist kehidupan kadang muncul di tempat yang paling tidak kita sangka—di ruang kantor yang remang, di malam-malam revisi, di file Excel yang tak kunjung selesai.
ADVERTISEMENT
Tapi mungkin justru di sanalah mukjizat masa kini terjadi.
Jadi, jika kamu sedang berdiri di depan ‘laut’ yang terasa tak mungkin dilewati, jangan buru-buru menyerah. Pegang tongkatmu. Tetap pukulkan. Terus berusaha.
Karena mungkin, laut itu hanya menunggu waktu untuk terbelah.
Seringkali kita merasa usaha kita sia-sia. Kita kerja keras, tapi hasilnya tak terlihat. Tapi siapa tahu, saat kita hampir menyerah, justru itulah titik baliknya.
Seperti kisah Musa yang memukulkan tongkat ke laut. Saat semua terasa tertutup, ia tetap percaya. Dan jalan itu pun terbuka.
Begitu pula Maya dan Reno. Mereka bukan penyihir. Mereka hanya dua orang biasa yang memilih untuk terus mencoba, bahkan saat keadaan tak berpihak.
Dan kadang, itu saja sudah cukup untuk membelah laut.
ADVERTISEMENT