Kita Nggak Malas, Kita Cuma Capek: Tentang Generasi yang Diam-Diam Lelah

pixabay.com

Generasi yang Bekerja Tapi Takut Gagal

Banyak teman seusia saya juga merasakan hal yang sama. Usia 20-an, kerja dari pagi sampai malam, sambil belajar hal baru, sambil merawat keluarga, sambil menyembunyikan kecemasan soal masa depan.

“Setiap hari bangun kayak ada beban nggak kelihatan di dada,” kata Intan (26), rekan kerja saya yang selalu tampak ceria di kantor.

Kami dianggap generasi mageran, anti kritik, dan gampang burnout. Padahal yang kami butuhkan bukan motivasi berlebihan, tapi pengertian.

Media Sosial Bikin Semua Terasa Lebih Sulit

Di Instagram, semua orang terlihat sibuk. Di TikTok, semua orang terlihat semangat, produktif, dan tahu arah hidupnya.

Sementara kami, sebagian besar dari kami hanya mencoba bertahan.

Kami bangun, mandi, bekerja, pulang, lalu ulang lagi. Seringkali tanpa tahu pasti: ini semua akan membawa ke mana?

Kata Psikolog

Psikolog klinis dr. Hana Firdhaus menyebut fenomena ini sebagai keletihan eksistensial.

“Ini bukan sekadar lelah karena kerja. Tapi lelah karena kehilangan makna. Generasi sekarang dituntut cepat, produktif, dan sukses—tapi tidak diberikan cukup ruang untuk salah dan bernapas.”

Kita Butuh Apa, Sebenarnya?

1. Ruang aman untuk jujur tentang rasa lelah

2. Lingkungan yang nggak mengukur hidup dari produktivitas

3. Kesadaran bahwa istirahat bukan kemewahan, tapi kebutuhan

Kita bukan pemalas. Kita hanya manusia biasa yang sedang tumbuh di dunia yang terlalu bising dan cepat berubah.

Kalau hari ini kamu hanya bisa menyelesaikan satu tugas, itu cukup.

Kalau hari ini kamu hanya bisa bangun dari kasur dan duduk sejenak sambil mengatur napas, itu pun luar biasa.

Kamu nggak harus hebat setiap saat. Kadang, cukup hidup hari ini aja udah keren banget.

#CapekTapiBerjuang #MentalHealth #KumparanYouth #CeritaKita #AnakMudaHariIni #SelfReminder