Konten dari Pengguna

Kelapa dan Para Perajinnya di Purbalingga

Sabita Salsabila
Mahasiswa S1, program studi Bisnis Digital, Universitas AMIKOM Purwokerto
11 Mei 2023 17:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sabita Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bapak Karsidi dan hasil produksi sapu tepes kelapa. (Sumber gambar: Dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Bapak Karsidi dan hasil produksi sapu tepes kelapa. (Sumber gambar: Dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kelapa menjadi buah yang dijuluki dengan tree of life atau pohon kehidupan, karena setiap bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bagi sebagian daerah penghasil kelapa, kulit kelapa hanyalah sebuah limbah yang pada akhirnya dibuang cuma-cuma. Namun tak jarang juga beberapa orang mampu mengubah nilai fungsi dari limbah kulit kelapa tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah satunya di Desa Bandingan, Kabupaten Purbalingga kulit kelapa dijadikan sebagai salah satu bahan untuk memproduksi sapu tepes (kulit buah kelapa yang dipisahkan dari kelapanya). Untuk menjadikan tepes sebagai serabut yang perlu dilakukan adalah dengan mengepres atau menumbuk agar tepes menjadi serabut yang siap dijadikan sebagai bahan dasar sapu.
Meski terlihat sepele, nyatanya sapu merupakan benda yang penting bagi setiap orang. Sebab kegiatan bersih-bersih menjadi hal yang wajib untuk menjaga kenyamanan lingkungan tempat tinggal, salah satunya dengan menggunakan sapu tepes.
Seperti tak mengenal usia, Ibu Rasinem (73) dan Bapak Karsidi (75) menjadi perajin sapu tepes sejak 2016. Mereka masih terus menekuni produksi sapu tepes ini karena peluang pasar dari produk ini memang masih terhitung cukup besar bahkan cenderung mengalami peningkatan sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
“Yaa alhamdulilah mbak, saya produksi sapu tepes dari 2016 sampe sekarang masih banyak peminatnya, karena selain murah nyapu pake sapu tepes juga gampang dan bersih,” ujar Ibu Rasinem ketika diwawancarai oleh team kami.
Rendaman tepes kelapa dan hasil akhir sapu tepes kelapa. (Sumber gambar: Dokumen pribadi)
Sapu tepes ini dibanderol dengan harga Rp 3.100 per pcs tanpa gagang. Dengan keterampilan dan ketelatenan Bu Rasinem serta suami, mereka mampu menjual 14 kodi dalam seminggu bahkan lebih tergantung cuaca.
Tidak kalah penting, Bapak Karsidi mengatakan tips supaya produksi sapu tepes tetap eksis yaitu dengan menjaga kualitas atau mutunya. “Yang penting hasil buatan kami rapi, bagus dan sesuai standar. InsyaAllah pasti banyak langganannya,” ujar Pak Karsidi.
Selain itu Bapak Karsidi juga menjelaskan tentang proses pembuatan sapu tepes, “Cara membuat sapu tepes yaa.. pertama, kulit kelapa direndam ke dalam air selama minimal seminggu sampai sabut kelapa mekar. Terus itu ditotoki (dipukul-pukul) sampai menjadi serabut kelapa utuh tanpa kulit. Habis itu dijemur sampai kering sekitar minimal 2 hari atau lebih tergantung cuaca. Kalau udah kering diangkat terus dipukulkan ke batu besar untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang ga sempurna atau serabut pendek-pendek dan kotoran. Terus terakhir tinggal dijahit pake tali rafia,” jelas Bapak Karsidi.
Ibu Rasinem sedang menjahit sabut kelapa. (Sumber gambar : dokumen pribadi)
Selanjutnya produk sapu tepes ini kemudian dipasarkan kepada distributor dan masyarakat khususnya di Purbalingga dan sekitarnya. Ibu Rasinem dan Bapak Karsidi berharap produksi sapu tepes ini akan terus eksis dan tidak tergerus zaman.
ADVERTISEMENT