Konten dari Pengguna

Peran TPST 3 R MBR Dalam Mengembangkan Sistem Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Sabrina Tria Azahra
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan
2 Februari 2025 14:53 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sabrina Tria Azahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda bahwa produksi sampah di Indonesia belum sebanding dengan pengelolaannya?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh brin.go.id, dari Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023 per 24 Juli 2024, menyebutkan jumlah timbunan sampah nasional dari 290 kabupaten/kota se Indonesia telah mencapai angka 31,9 juta ton. Fenomena penimbunan sampah nasional ini yang kelak memicu timbulnya pertanyaan pada benak sebagian masyarakat, seperti pertanyaan, "Bagaimana dengan pengelolaannya?" ujar mereka. Sementara diketahui, hanya 63,3% atau 20,5 juta ton sampah yang dapat dikelola, menyisakan 35,67% atau sebanyak 11,3 juta ton sampah yang tidak dapat dikelola.
Sementara itu, informasi dari news.detik.com, Kabupaten Bogor menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Setiap harinya, produksi sampah di Kabupaten Bogor mencapai sekitar 2.700 ton, namun hanya sekitar 1.200 ton yang dapat dikelola dengan metode konvensional. Sisanya, yakni sekitar 1.500 ton belum bisa ditangani secara optimal. Hal ini diungkapkan oleh Pj Bupati Bogor, Asmara Tosepu. Kondisi ini jelas menjadi tantangan yang signifikan bagi pemerintah daerah, yang harus menemukan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk pengelolaan sampah agar dapat menangani jumlah sampah yang terus meningkat. Sehingga, penting bagi Kota Bogor untuk bisa merancang dan merealisasikan program pengolahan sampah yang tepat untuk menanggulangi volume sampah yang belum terkelola dengan baik. Menurut Sekertaris DLH Kota Bogor Tety Sovia, sampah yang ada di Kota Bogor tersebar secara merata di seluruh kecamatan. Sampah ini diangkut dengan skema 130 rit dengan jumlah sampah per hari 650 - 700 ton, dan dibagi per shift setiap harinya dengan sampah organik rumahan yang mendominasi. DLH tidak bisa bergerak sendiri untuk mengatasi permasalahan sampah ini, sehingga diharapkan warga bisa turut berkontribusi untuk mengurangi sampah. Adapun upaya untuk permasalahan yang ada, maka DLH kota bogor melaksanakan Program Go Clean. Menurut Dian Herdiawan selaku Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Konservasi dan Perubahan Iklim (PPLKPI), program Go Clean merupakan bentuk penggabungan bersama Forum Komunitas Bersih dan Hijau (FKBH) dimana program Go Clean mengimplementasikan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yaitu dengan memilah sampah yang disesuaikan berdasarkan jenisnya. Hal ini memanfaatkan sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis sehingga dapat menghasilkan sebuah produk bernilai guna.
ADVERTISEMENT
Permasalahan penumpukan sampah karena kurangnya pengelolaan sampah yang baik sempat terjadi di daerah Mutiara Bogor Raya, Kota Bogor. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sampah membuat lingkungan menjadi kotor dan menyebabkan saluran air sungai terhambat oleh sampah sehingga menyebabkan banjir ke pemukiman warga sekitar sungai. TPST Mutiara Bogor Raya sendiri adalah tempat pengolahan sampah terpadu yang terletak di RT.04/RW.16, Desa Katulampa, Kec. Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat. Kegiatan pengolahan sampah di sini dibarengi dengan integrasi konsep 3R, sehingga TPST MBR juga dikenal sebagai TPST 3R MBR.
Peran TPST 3 R MBR dalam menangani penumpukan sampah
Sumber : Dokumentasi pribadi
TPST 3R MBR didirikan pada tahun 2010 atas inisiatif warga yang resah karena tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai. Pembangunan ini diajukan langsung oleh Pak RT dan Pak RW di Desa Katulampa kepada DLH Kota Bogor. Dengan membentuk tim dan mempelajari pengelolaan sampah, TPST berhasil dikelola secara efektif, hingga meraih penghargaan sebagai Juara Pertama Pengelola Sampah Terbaik di Kota Bogor pada tahun 2019. Saat ini, TPST 3R MBR berfungsi dengan baik dan menjadi solusi pengelolahan sampah di lingkungan tersebut. TPST 3R MBR dilengkapi fasilitas seperti mesin pencacah plastik, alat cetak roster, mesin pelet, pengayak kompos, serta peralatan presentasi. Setiap harinya, TPST 3R MBR menerima 1,7 ton sampah yang belum terpilah. Pada saat ini, TPST menghadapi kendala keuangan untuk gaji karyawan dan kekurangan bahan baku sampah organik, yang seharusnya dapat meningkatkan nilai jual produk guna menunjang biaya operasional.
ADVERTISEMENT
Adapun alur kegiatan pada TPST MBR terdiri atas tiga tahap, yakni:
1.) Tahap pengumpulan sampah
2.) Tahap pemilahan
3.) Penanganan sampah terpilah.
Pada tahap pengumpulan sampah, TPST MBR biasa mendapat sampah dari pencarian mandiri dan dari para nasabah bank sampah, bisa itu warga setempat, instansi seperti sekolah, hingga kafe dan rumah makan. Berikutnya pada tahap pemilahan sampah, hasil pada pemilahan ini ada tiga jenis sampah yang masih berpotensi memiliki nilai jual, yakni jenis sampah organik, anorganik, dan residu. Setelah tahap pemilahan adalah tahap penanganan sampah terpilah, ini dilakukan berdasarkan tiga kelompok sampah tadi. Berikut adalah rincian tahap penanganannya:
1. Penanganan untuk sampah anorganik Setelah sampah dikumpulkan, sampah akan dikelompokkan berdasarkan itemnya (misal kelompok botol, kelompok sachet mie, dll.) yang kemudian akan dijual ke pusat industri daur ulang dan lapak.
ADVERTISEMENT
2. Sementara itu, sampah organik akan diolah untuk menjadi bahan pakan maggot, Pupuk Organik Cair (POC), Pupuk Organik Padat (POP), dan pembuatan kompos.
3. Penanganan untuk sampah residu, sampah jenis residu adalah sampah yang sudah tidak memiliki nilai jual (seperti kemasan bekas kopi, permen, dll.) Penanganannya adalah untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar roster, yakni sejenis ventilasi atau lubang udara.
Tercatat ada 30 produk yang berhasil dibuat dan dirancang oleh TPST MBR, contohnya berupa pakan fermentasi. Pakan ini biasa digunakan sebagai pakan ayam, pakan entog, hingga pakan maggot. Apapun output turunan dari masing-masing hewan ternak tersebut juga dijual (contohnya seperti telur ayam, hingga tepung maggot). Output berikutnya adalah POC dan POP, penggunaan pupuk ini dimanfaatkan untuk bidang pertanian, yakni untuk penyemaian sayuran seperti seledri, cabai, terong juga untuk beberapa komoditas rempah-rempah. Hasil panen dari rempah-rempah ini akan disalurkan ke Apotek Hidup, yang menyediakan produk-produk minuman berempah seperti misalnya Teh Telang. Artinya, komoditas dari pertanian TPST MBR selain memang untuk mereduksi sampah, tetapi outputnya juga menyediakan alternatif kebutuhan bahan pokok bagi masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Sejak berjalannya program-program dari TPST 3 R MBR, tentunya memberikan perubahan serta manfaat yang signifikan untuk lingkungan dan warga sekitar yang diawali dengan melakukan sosialisasi kepada warga tentang pemilahan dan pengolahan sampah, serta mengajak partisipasi warga untuk aktif terlibat dalam pelaksanaan program-program mereka.
Program Bank Sampah mejadi salah satu program yang meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan terutama sampah milik pribadi. Warga dapat mengumpulkan sampah plastik pada botol plastik yang nantinya akan menjadi ecobrick, lalu dikumpulkan ke TPST 3 R untuk ditimbang. Untuk 250 gram sampah yang ada dalam 1 botol seukuran 1 liter akan dihargai Rp.8.000 yang kemudian hasilnya dapat ditabung dan diambil ketika warga membutuhkan.
Hal ini membuat warga berlomba-lomba dalam mengumpulkan kemasan plastik untuk ditukarkan ke TPST 3R MBR. Warga sekitar juga aktif mendukung pengolahan sampah dengan menyumbang sampah rumah tangga, memanfaatkan kompos dan pakan ternak dari TPST, serta mengolah sampah plastik menjadi ecobrick bernilai jual. Kegiatan lain meliputi budidaya lele melalui kelompok POKDAKAN yang langsung dibina oleh ahli perikanan, serta penanaman sayur dan tanaman hias oleh ibu rumah tangga menggunakan kompos dari TPST.
ADVERTISEMENT
Memang begitu beragamnya output dan program kerja yang dimiliki TPST 3R MBR, menariknya juga adalah bagaimana TPST merangkul masyarakat setempat untuk bisa memanfaatkan sampah sebagai sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai jual. Semua seolah terhubung, dari satu output yang kemudian diturunkan menjadi output lainnya, dari satu manfaat hingga diturunkan menjadi manfaat lainnya, tidak ada yang terbuang di sini. Tingkat kepedulian lingkungan masyarakat Desa Katulampa pun ikut terangkat, bersama dengan mereka TPST 3R MBR menggiatkan aktivitas pengolahan sampah secara komprehensif dan berkelanjutan, menjanjikan lingkungan yang tidak rentan tercemar dan menggerakan roda perekonomian masyarakatnya.
Sabrina Tria Azahra, Alma Rosanna Larasati Maweikere, Selvira Anggraeni, Najla Sheilal Haq, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan
ADVERTISEMENT