Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apakah Berpikir Kritis dapat Terbentuk Melalui Pembelajaran Sejarah?
17 Desember 2024 18:57 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sabrina Syayla Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melihat sejarah peradaban manusia merupakan hasil pemikiran kritis, menjelajah, dan terus bergerak maju. Mempelajari sejarah bangsanya sendiri merupakan sesuatu yang esensial demi berlangsungnya kedudukan suatu bangsa. Di era teknologi yang berkembang pesat saat ini, informasi dapat dengan mudah didapatkan oleh siapapun termasuk anak usia sekolah. Sayangnya, masih banyak khalayak yang terpapar DFK (Disinformasi, Fitnah dan Kebencian). Siswa dituntut harus mampu membedakan antara sumber terpercaya dengan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan bangsa yang besar, membangun sumber daya manusia yang terampil dan dapat bersaing di kancah dunia tidak bisa datang secara instan hanya dengan menjentikkan jari. Kemampuan berpikir kritis harus digembleng sejak usia dini. Untuk saat ini, kemampuan siswa di Indonesia, dalam budaya literasi, berpikir kritis serta kecerdasan kognitif masih tergolong rendah. Dilansir dari "Education GPS, OECD, 10/12/2024, 13.01.29 http://gpseducation.oecd.org" Dalam membaca rata-rata, anak usia 15 tahun mendapat skor 359 poin dalam membaca dibandingkan dengan rata-rata 476 poin di negara-negara OECD. Hasil rata-rata tahun 2022 turun dibandingkan dengan tahun 2018 dalam matematika, membaca, dan sains. Rendahnya skor tersebut dibuktikan dengan maraknya individu yang termakan berita hoax dalam sosial media.
Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk menelaah dan menilai informasi secara tepat dan rasional untuk menarik kesimpulan. Kemampuan berpikir kritis harus ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Sejarah seringkali dipandang sebelah mata, sehingga menimbulkan pertanyaan penting. Apakah berpikir kritis dapat terbentuk melalui pembelajaran sejarah?
ADVERTISEMENT
Kompleksitas dalam Peristiwa Sejarah
Peristiwa sejarah khususnya yang bersifat kontroversial menggambarkan keadaan yang saling terikat antara berbagai faktor. Melibatkan banyak komponen, penokohan, serta sebab akibat dari suatu peristiwa. Kompleksitas dalam peristiwa sejarah dapat merangsang siswa untuk berdiskusi, saling bertanya dan saling meragukan argumen satu sama lain. Dengan begitu suasana di kelas menjadi hidup membuat siswa berpikir lebih mendalam dan mencari jawaban yang komprehensif.
Perbedaan Sudut Pandang dalam Peristiwa Sejarah
Pada Hakikatnya sejarah bukanlah sesuatu yang hitam putih. Kita menyadari bahwa kebenaran sejarah seringkali bersifat relatif dan tergantung pada konteks. Melalui peristiwa sejarah mengajarkan setiap anak untuk menghargai perbedaan dan membangun toleransi. Adanya perbedaan sudut pandang dalam sejarah membuat anak membandingkan mana yang merupakan sejarah aslinya dalam suatu peristiwa. Dengan begitu timbul kehati-hatian dalam bertindak, berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu.
ADVERTISEMENT
Melalui Metode Historiografi dalam Sejarah
Dalam penulisan sejarah disebut dengan Historiografi melalui tahapan proses berpikir seperti heuristik, kritik dan interpretasi. Dalam Heuristik mengajarkan kita untuk belajar mencari, mengumpulkan setiap informasi dan kemudian mengkritik sumber yang telah didapatkan. Kemudian, menuliskan sumber yang valid atau dapat dipercaya keasliannya tersebut dalam bentuk Historiografi. Siswa dituntut harus mampu membedakan antara fakta dengan opini, menilai kredibilitas sumber, dan membangun argumen yang logis. Dengan begitu mengasah kemampuan siswa dalam berpikir Kritis.
Pentingnya para pemangku kebijakan, guru dan orang tua dalam melatih Kemampuan berpikir kritis anak dapat ditingkatkan secara efektif melalui diskusi sejarah yang menyenangkan. Sehingga, merangsang anak untuk aktif berdialog dan berani untuk mengungkapkan pendapatnya saat di dalam kelas. Selain itu, juga mampu untuk bertindak secara rasional baik dalam sosial media maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan begitu, diharapkan dapat membentuk individu yang memiliki potensi untuk menghadapi tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi di kemudian hari.
ADVERTISEMENT