Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kisah Kebohongan Orang Tua Lewat Film Pendek ‘Jendela’
1 Desember 2021 16:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sabrina Aisya R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebuah film pendek berjudul ‘Jendela’ mengisahkan tentang hubungan antara orang tua dan anak. Khususnya, hubungan antara seorang ayah dan anak laki-laki yang terjalin canggung dan penuh perasaan yang disembunyikan.
ADVERTISEMENT
Film ini memberi gambaran kepada penonton mengenai hubungan antara seorang ayah dan anak laki-lakinya yang seakan hanya sebuah hubungan tertulis di kartu keluarga. Percakapan yang minim membuat suasana menjadi hening dan rasa canggung pun dapat dirasakan oleh siapa saja yang menonton film ini.
Satu hal yang menjadi sorotan dalam film ini, selain mengenai kecanggungan hubungan tersebut, film ini juga menampilkan kebohongan orang tua yang mungkin kerap keluar dari mulut mereka. Di mana orang tua menutupi kesengsaraan mereka di depan anak-anaknya.
Film ‘Jendela’ mengisahkan sang ayah yang menutupi hidupnya yang sulit di depan anaknya. Ia menjual tanah, rumah, dan harta lain demi menutup biaya operasi anaknya tanpa sepengetahuan sang anak. Ia juga menutupi kebenaran bahwa kakinya pincang karena kecelakaan yang pernah dialaminya.
ADVERTISEMENT
Lebih buruk lagi, sang anaklah yang memergoki kebohongan ayahnya itu. Sang anak mengetahui kebenaran bukan melalui pengakuan sang ayah. Namun, melalui surat-surat perjanjian yang ia temukan di dalam tas ayahnya. Alhasil, sang anak merasa marah atas kebohongan ayahnya itu.
Peristiwa semacam ini rasanya kerap kita temui di dalam kehidupan. Orang tua akan cenderung menutupi situasinya yang sulit dan berlagak seolah mereka baik-baik saja.
Pertanyaannya, mengapa orang tua berbohong? Padahal, kebohongan mereka akan membawa dampak buruk baik bagi anaknya maupun bagi hubungan mereka. Entah dampak buruk itu berupa luapan kemarahan sang anak ataupun hingga menimbulkan masalah lain.
Jika waktu ditarik mundur, akan banyak ditemukan kebohongan orang tua pada anaknya saat anaknya masih kecil. Meskipun, hanya kebohongan-kebohongan kecil seperti “kalau makanannya tidak dihabiskan, nanti ayam tetangga akan mati” atau “jangan main sampai malam nanti diculik setan” atau kebohongan-kebohongan lain yang tentu sudah tidak asing di telinga kita.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan itu mungkin terus terbawa seiring sang anak tumbuh dewasa. Orang tua akan membohongi anaknya yang telah berusia 20 tahun layaknya sang anak masih berusia 5 tahun. Kebohongan seolah menjadi suatu hal yang dinormalisasi dan melekat pada kehidupan.
Kemungkinan lain adalah karena perasaan orang tua yang tidak ingin merepotkan sang anak, membebani, atau pun rasa ingin terlihat tangguh dan dapat diandalkan di depan anak-anaknya. Perasaan itu membuat mereka tidak mau mengakui kesengsaraan yang mereka alami.
Film ‘Jendela’ telah berhasil mencuri hati penonton lewat kisahnya yang unik tetapi sangat dekat dengan kehidupan. Kisah yang mungkin juga dialami oleh banyak orang dan jarang menjadi buah pembicaraan.