Konten dari Pengguna

Englonesian, Bahasa untuk si Kurang Paham Inggris dan Indonesia

Sacha Stevenson
Canadian YouTuber in Indonesia.
17 September 2018 20:10 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sacha Stevenson tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bahasa-bahasa di Dunia (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bahasa-bahasa di Dunia (Foto: Getty Images)
ADVERTISEMENT
Englonesian. Ini bahasa favorit saya. Mungkin karena saya bule dan kemampuan saya dalam berbahasa Indonesia terbatas. Dan karena saya tinggal di Indonesia sejak masih remaja, Bahasa Inggris saya juga terbatas.
ADVERTISEMENT
Jadi? Saya pemakai setia Bahasa Englonesian. My English skills were somewhat frozen in 2001. Ini sesuatu yang bisa dibilang "sayang". Tapi karena "Englonesian" lumayan trendy juga di sini, saya masih bisa hidup.
Jadi saya tidak anti-Englonesian, saya malah berterimakasih kepada Englonesian! I'm not Indonesian though. I'm a bule with limited Indonesian language skills. Dan teman-teman Englonesian saya kebanyakan adalah Indonesians yang kekurangan ilmu Bahasa Inggris. We have that "kekurangan" thing in common.
Kadang-kadang saya pake Englonesian pas orang Indonesia ngajak saya bicara Bahasa Inggris tapi (berdasarkan logatnya dan pilihan kata-katanya), saya takut dia tidak akan mengerti saya sepenuhnya kalau tidak diterjemahkan beberapa kata ke dalam bahasa Indonesia.
Dan kalau orang ngajak saya ngomong pake Bahasa Indonesia, saya tetap pake Englonesian! Karena untuk menyampaikan ide saya (apapun itu), saya kadang butuh kata yang memang tidak biasa atau mungkin tidak ada di Bahasa Indonesia. Indonesia miskin kata memang.
ADVERTISEMENT
sacha-stevenson (Foto: Doc: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
sacha-stevenson (Foto: Doc: Istimewa)
"Matahari" = eye of the day. Dalam Bahasa Ingris kita punya kata "eye", "day", dan "sun". Tapi dalam Bahasa Indonesia semua jadi kayak puisi. "Eye of the sun" dari pada bikin kata baru yang lebih simple. Saya pikir itu indah, tapi kalau mau bicara cepat, "matahari" kalah sama "sun" karena "sun" itu satu suku kata selesai.
"Matahari" sudah empat suku kata! "Kadang-kadang" itu empat suku kata. "Sometimes" is only two. Makanya sometimes saya pakai Englonesian karena lebih cepat. Dan sometimes Bahasa Inggris kalah cepat juga. Ketika gorengan tinggal satu di piring cukup kita bilang "Sayang, ah" lalu ambil. In English? "Wouldn't want this to go to waste." Ughhh. Delapan suku kata! Siapa punya waktu!
ADVERTISEMENT
So that's why I love using Englonesian. Irit waktu, irit suku kata, irit energi, dan kadang-kadang bisa menutupi kekurangan saya juga karena memang saya miskin ilmu. Tapi apakah ada efek samping? Apakah Bahasa Inggrisnya saya akan semakin lemah? Apakah Bahasa Indonesia saya mati di sini?
Untungnya bahasa ibu saya adalah Bahasa Inggris, jadi saya tidak perlu khawatir tentang bahasa ibu saya. English is well established, and it will survive. Bahasa Indonesia ini yang perlu dikhawatirkan.
I may be wrong. Tapi saya sebagai orang tidak punya kepentingan, dan hanya mau komunikasi sama orang banyak, saya akan pakai kata apa saja yang membantu saya tukar pikiran sama orang baru, mau pakai Indonesia, English, or Englonesian. And I'd love to learn Spanish too someday!
ADVERTISEMENT