Konten dari Pengguna

Lopis Ageng: Makanan Raksasa Melambangkan Kebersamaan dalam Tradisi Syawalan

Saffana Asfara Danna
Tadris bahasa Inggris-UIN KH.ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
7 April 2025 8:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Saffana Asfara Danna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lopis ageng atau lopis raksasa |sumber foto: dokumentasi penulis
zoom-in-whitePerbesar
Lopis ageng atau lopis raksasa |sumber foto: dokumentasi penulis
ADVERTISEMENT
Setiap tahun, umat Muslim di Indonesia merayakan Syawalan, sebuah tradisi yang dilakukan di bulan Syawal sebagai ungkapan rasa syukur setelah menjalani puasa Ramadhan. Salah satu momen paling menarik dari perayaan Syawalan ini adalah tradisi "Lopis Ageng" atau lopis raksasa yang hanya bisa ditemukan di Krapyak Pekalongan, Jawa Tengah. Selain menjadi sajian yang khas, lopis ageng juga memiliki makna yang mendalam sebagai simbol kebersamaan.
ADVERTISEMENT
Sejarah dan Asal Usul
Tradisi Syawalan di Pekalongan pertama kali digagas oleh K.H. Abdullah Sirodj, seorang ulama terkemuka di Krapyak, Pekalongan. Awalnya, K.H. Abdullah Sirodj menjalankan puasa Syawal sebagai bentuk ibadah tambahan setelah Ramadan. Lama kelamaan, kebiasaan ini diikuti oleh masyarakat sekitar sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka yang masih menjalankan puasa Syawal.
Meskipun suasana Idulfitri masih terasa, masyarakat Krapyak memilih untuk menunda saling bersilaturahmi, memberi kesempatan kepada mereka yang sedang berpuasa untuk merasakan kedamaian dan keberkahan. Sebagai simbol dari perayaan ini, K.H. Abdullah Sirodj memilih hidangan lopis, yang terbuat dari beras ketan lengket, melambangkan persatuan dan keharmonisan.
Menurut salah satu tokoh masyarakat Abdurahim Umar, tradisi ini telah ada sejak 1855. Sayangnya, belum ada bukti atau keterangan tertulis yang mendukung penyataan itu, sehingga ada pula orang yang menyebutkan bahwa tradisi Syawalan bermula dari abad ke-20.
ADVERTISEMENT
Lopis Ageng: Makanan Raksasa yang Penuh Makna
Lopis adalah makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus daun pisang, dikukus, lalu disajikan dengan kelapa parut dan kinca (gula merah cair). Lopis yang kenyal dan lengket ini melambangkan ikatan yang kuat antar sesama umat. Namun, yang membedakan tradisi Syawalan di Pekalongan adalah ukuran lopis yang sangat besar, yang dikenal dengan sebutan "lopis ageng" atau lopis raksasa.
Lopis ageng ini memiliki ukuran yang luar biasa, dengan berat mencapai 2,1 ton, tinggi 225 cm, dan diameter 75 cm. Ukurannya yang raksasa membuat proses memasak dan pemindahan nya menjadi tantangan besar. Untuk memasaknya, dibutuhkan waktu sekitar 4 hingga 5 hari, dengan menggunakan dandang besar yang disiapkan khusus untuk tradisi ini. Proses memasak memerlukan banyak tenaga dan keahlian agar lopis matang merata. Setelah selesai dimasak, tantangan selanjutnya adalah memindahkan lopis raksasa dari tempat memasak ke tempat penyajian. Karena ukurannya yang besar, pemindahan lopis dilakukan dengan alat bantu seperti katrol. Banyak orang bekerja sama untuk memastikan lopis sampai ke tempat tujuan dengan aman dan utuh.
ADVERTISEMENT
Makna Kebersamaan dalam Proses Pembuatan Lopis Raksasa
Proses pembuatan dan pemindahan lopis raksasa ini mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong-royong masyarakat Krapyak. Ribuan tangan terlibat dalam setiap tahapannya, mulai dari menyiapkan bahan, memasak, memindahkan, hingga menghidangkan lopis. Tradisi ini menunjukkan betapa eratnya ikatan sosial dalam masyarakat setempat, yang bekerja sama demi kelancaran acara Syawalan.
Lebih dari sekadar makanan, lopis ageng menjadi simbol dari kerja sama, kegembiraan, dan kekuatan persatuan. Setiap orang, baik tua maupun muda, bergotong royong untuk memastikan tradisi ini dapat berlangsung setiap tahun.
Melestarikan Tradisi dan Menjaga Tali Silaturahmi
Hingga kini, tradisi lopis raksasa di Pekalongan tetap dilestarikan setiap tahun. Tradisi ini bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang menjaga kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi antar warga. Lopis ageng telah menjadi bagian dari identitas budaya Pekalongan yang tak ternilai harganya. Sebagai simbol keharmonisan, tradisi ini terus diwariskan dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Tradisi Syawalan di Pekalongan mengajarkan kita bahwa kebersamaan adalah kekuatan yang tak ternilai, dan melalui makanan sederhana seperti lopis, kita bisa merayakan persatuan yang lebih besar. Melalui perayaan ini, masyarakat tidak hanya bersilaturahmi, tetapi juga merayakan makna sejati dari kebersamaan.