Konten dari Pengguna

Dibalik Asap: Mengungkap Ironi Rokok dalam Masyarakat Indonesia

Safira Octavelina
mahasiswa universitas airlangga
26 Desember 2024 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Safira Octavelina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber:canva( ayo hidup tanpa asap)
zoom-in-whitePerbesar
sumber:canva( ayo hidup tanpa asap)
ADVERTISEMENT
Rokok, sebagai produk yang telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, kini menjadi simbol dari kontradiksi yang menghantui bangsa ini. Di satu sisi, industri rokok memberikan kontribusi ekonomi melalui cukai, namun di sisi lain, rokok adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga—yang menjunjung tinggi nilai moral dan ilmiah—kita tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk memahami, tetapi juga mengkritisi fenomena ini secara mendalam. Rokok memiliki efek negatif pada kesehatan yang tidak dapat diragukan lagi. Lebih dari 7.000 zat kimia ada dalam rokok, dan tujuh puluh di antaranya diketahui sebagai karsinogen. Paparan rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, dan gangguan pernapasan kronis. Ironisnya, merokok, terutama di kalangan remaja, masih sangat umum di Indonesia, meskipun masyarakat umum sudah mengetahui bahayanya.
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa yang dididik dalam lingkungan akademik yang mengutamakan kesehatan masyarakat, kita harus melihat rokok sebagai ancaman sistemik bagi kesehatan masyarakat selain sebagai masalah pribadi. Masalahnya tidak hanya terletak pada mereka yang memilih untuk merokok, tetapi juga pada perokok pasif yang terpaksa menanggung efek akibat ketidakmampuan mereka untuk melakukan apa pun. Anak-anak dan perempuan adalah kelompok yang paling rentan karena mereka seringkali menjadi korban dari lingkungan di mana asap rokok tersedia.
Rokok adalah contoh langsung dari kapitalisme eksploitatif yang memanfaatkan kelemahan manusia. Industri rokok tidak hanya mengeksploitasi konsumen tetapi juga karyawan yang terlibat dalam rantai produksi tembakau, yang seringkali bekerja dengan upah yang rendah dan tidak memiliki jaminan kesehatan. Sementara itu, biaya kesehatan yang disebabkan oleh penyakit yang terkait dengan rokok jauh melebihi pendapatan negara dari cukai tembakau. Sebuah studi menunjukkan bahwa biaya pengobatan penyakit yang disebabkan oleh rokok di Indonesia mencapai 596,61 triliun rupiah, jauh melebihi pendapatan negara dari cukai tembakau. Hubungan antara kemiskinan dan rokok juga kuat. Keluarga miskin biasanya menghabiskan sebagian besar penghasilan mereka untuk membeli rokok, sementara mereka mengabaikan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan makanan yang baik. Kondisi ini menciptakan siklus ketergantungan dan ketidakberdayaan yang sulit diputus, memperparah kesenjangan sosial-ekonomi.
ADVERTISEMENT
Salah satu sumber pendapatan utama pemerintah adalah cukai rokok. Namun, kebijakan saat ini tidak cukup untuk mengontrol rokok. Misalnya, meskipun iklan rokok dilarang di televisi, iklan ini terus menyebar melalui media digital dan sponsor acara olahraga. Selain itu, penetapan wilayah bebas rokok seringkali tidak ditegakkan dengan serius, membuatnya hanya menjadi kebijakan yang indah di atas kertas. Karena harga rokok di Indonesia masih relatif murah dibandingkan dengan negara lain, kenaikan cukai rokok, meskipun progresif, belum mampu memberikan dampak yang signifikan. Selain itu, industri rokok, yang secara terang-terangan menentang regulasi yang lebih ketat, seringkali mendukung kebijakan ini.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, kami berada di posisi strategis untuk mendorong perubahan. Prioritas utama harus diberikan kepada masyarakat, terutama generasi muda. Untuk meningkatkan kesadaran yang lebih luas tentang bahaya rokok, kita harus menggunakan teknologi, media sosial, dan strategi berbasis komunitas. Kita juga harus meminta pemerintah untuk memperkuat undang-undangnya, seperti melarang iklan rokok, membuat area bebas rokok yang lebih ketat, dan meningkatkan cukai rokok untuk program kesehatan dan pendidikan. Universitas harus menetapkan kebijakan kampus bebas rokok secara penuh dan tidak hanya secara simbolis.
ADVERTISEMENT
Rokok adalah warisan kelam yang tidak hanya merusak tubuh, tetapi juga menghancurkan potensi generasi muda. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, kita memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk melawan bahaya ini dengan pendekatan yang berbasis ilmu pengetahuan dan nilai kemanusiaan. Perjuangan melawan rokok bukan hanya tentang menghentikan kebiasaan, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, kesetaraan, dan keberlanjutan. Saatnya kita menjadi generasi yang tidak hanya melihat masalah, tetapi juga bertindak untuk menciptakan solusi. Masa depan Indonesia bergantung pada keputusan yang kita ambil hari ini: melawan atau tunduk pada bahaya rokok.