Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sentuhan Paliatif pada Pasien Penyintas Stroke
22 Oktober 2024 14:43 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Safrie Rahmadi Haq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stroke atau CVD (Cerebro Vaskuler Disease) merupakan kondisi berkurangnya kemampuan saraf - saraf neurologis yang terjadi secara spontan atau mendadak yang disebabkan oleh karena berkurangnya pasokan darah yang mengalir ke seluruh tubuh atau pecahnya pembuluh darah yang kompleks. Pada umunya, adanya penyakit stroke akan menunjukkan gejala seperti salah satu sisi wajah terasa lemah atau mati rasa, saat tersenyum salah satu sudut mulut mungkin terlihat turun dan kesulitan berbicara yang jelas atau memahami ucapan orang lain serta biasanya orang tersebut akan mengalamai kesulitan dalam berbicara seperti menjadi cadel atau pelo. Selain beberapa gejala tersebut, terdapat beberapa gejala yang biasanya timbul pada seseorang yang terserang stroke. Diantaranya adalah :
ADVERTISEMENT
• Tiba-tiba merasa pusing atau vertigo.
• Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba.
• Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata.
• Kesulitan berjalan atau kehilangan keseimbangan.
• Kelemahan atau mati rasa pada satu sisi tubuh.
• Mual dan muntah.
Stroke telah menjadi momok menakutkan dan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya gangguan fisik maupun mental pada individu-individu yang telah memasuki usia lanjut maupun ketika berada di usia produktif, hal ini yang membuat stroke menempati posisi ketiga di dunia sebagai penyebab kematian utama individu setelah PJK atau penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian individu merupakan “hasil” dari adanya stroke (Stroke forum, 2015). Berdasarkan data dari American Stroke Assosiation (ASA) tahun 2014, menjelaskan bahwasanya setiap tahun di Amerika Serikat (AS) terdapat lebih dari 690.000 orang dewasa mengalami stroke. Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 30%. Sedangkan menurut hasil riset yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes RI, 2019), menunjukkan bahwasanya angka prevalensi gangguan stroke pada masyarakat yang ada di Indonesia menduduki angka 10,9 dari 1000 populasi. Sehingga stroke menjadi permasalahan kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan lebih serius.
ADVERTISEMENT
Para pasien penderita stroke akan mengalami dampak berupa ketidakmampuan secara bertahap pada kognitif, sosial maupun fisik, demikian yang berujung pada menurunnya kualitas atau mutu hidup para penderitanya. Sehingga, perlu dilakukan proses recovery untuk beberapa saat bagi para penderita stroke. Maksud dari recovery stroke ialah masa pemulihan pasca sembuh dari stroke guna memperbaiki mutu hidup yang berkaitan baik itu dari segi kesehatan maupun unsur-unsur lain seperti psikososial agar bisa mewujudkan tujuan dan kesejahteran bagi penderita dan keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan perawatan paliatif atau palliative care (Lubis, 2017) Stroke, sebagai salah satu penyakit cerebrovaskular yang paling umum, seringkali meninggalkan dampak yang signifikan pada kualitas hidup pada pasien. Selain adanya gangguan fisik seperti kelumpuhan, kesulitan berbicara, atau gangguan kognitif, stroke juga dapat menimbulkan dampak psikologis dan sosial yang kompleks. Dalam konteks ini, perawatan paliatif muncul sebagai sebuah pendekatan yang bersifat holistik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien stroke, baik mereka yang mengalami stroke akut maupun pasien stroke kronis.
ADVERTISEMENT
Palliative care dikehendaki dapat memperbaiki mutu hidup pada pasien stroke. Usaha untuk memperbaiki mutu hidup penderita yang mengalami gangguan kesehatan akut yang tidak mampu diobati dengan terapi kuratif dan berada pada fase stadium akhir bisa diberikan dengan perawatan paliatif. Perawatan paliatif dilaksanakan untuk metode perawatan yang menyembuhkan pasien secara menyeluruh, tidak sekadar penyakit yang dideritanya saja (Balicas et al., 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, (2018) menjelaskan bahwa dengan dilakukannya perawatan paliatif dapat meningkatkan kualitas hidup penderita KNF stadium lanjut dengan nilai p=0,055. Penelitian. ini dilakukan pada penderita karsinoma yang dirawat diruang rawat.inap lebih dari 3 hari.
Perawatan paliatif pada pasien stroke bukan hanya sebatas penanganan gejala fisik seperti nyeri, kesulitan menelan, atau spastisitas. Lebih dari itu, perawatan paliatif bertujuan untuk mengatasi seluruh aspek kebutuhan pasien, termasuk kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Prinsip utama perawatan paliatif adalah memberikan kenyamanan dan meningkatkan kualitas hidup pasien, tanpa mengesampingkan upaya untuk memperpanjang hidup.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana caranya menerapkan perawatan paliatif
Bagaimana Cara Menerapkan Perawatan Paliatif pada Pasien Stroke?
1. Penilaian Komprehensif:
• Penilaian fisik: Meliputi evaluasi gejala seperti nyeri, kesulitan menelan, kelelahan, dan masalah mobilitas.
• Penilaian psikologis: Meliputi identifikasi depresi, kecemasan, dan gangguan tidur.
• Penilaian sosial: Meliputi evaluasi dukungan sosial, kebutuhan finansial, dan lingkungan rumah.
• Penilaian spiritual: Meliputi identifikasi nilai-nilai spiritual dan kebutuhan rohani.
2. Pengelolaan Gejala:
• Nyeri: Menggunakan kombinasi obat-obatan dan teknik non-farmakologis seperti terapi panas atau dingin, pijat, dan relaksasi.
• Kesulitan menelan: Modifikasi makanan, terapi wicara, dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi produksi air liur.
• Kelelahan: Mengatur jadwal aktivitas, memberikan istirahat yang cukup, dan menggunakan bantuan alat bantu.
ADVERTISEMENT
• Depresi dan kecemasan: Terapi psikologis (seperti konseling atau terapi perilaku kognitif) dan obat-obatan antidepresan atau antiansietas.
3. Dukungan Emosional:
• Komunikasi terbuka: Membangun hubungan yang terbuka dan jujur dengan pasien dan keluarga.
• Mendengarkan aktif: Memberikan kesempatan bagi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran mereka.
• Pendidikan: Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien, prognosis, dan pilihan perawatan.
• Dukungan spiritual: Membantu pasien dan keluarga menemukan makna dan tujuan hidup.
4. Koordinasi Tim:
• Tim interdisiplin: Melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapis, terapis okupasi, psikolog, dan pekerja sosial.
• Rencana perawatan individual: Menyusun rencana perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien.
• Komunikasi yang efektif: Memastikan komunikasi yang lancar antara semua anggota tim perawatan.
ADVERTISEMENT
5. Dukungan Keluarga:
• Pendidikan keluarga: Memberikan informasi tentang cara merawat pasien di rumah.
• Dukungan emosional: Memberikan dukungan emosional kepada keluarga, membantu mereka mengatasi stres dan mengatasi duka.
• Kelompok dukungan: Menyambungkan keluarga dengan kelompok dukungan sebaya.
Peran Keluarga dalam Perawatan Paliatif
Keluarga berperan dalam membantu proses perawatan dan penyembuhan pada pasien stroke, hal ini karena keluarga merupakan orang terdekat yang selalu berinteraksi dan berkaitan dengan pasien. Berikut ini merupakan peran keluarga pada perawatan paliatif dengan pasien kanker
• Pengambilan keputusan: Bersama dengan tim medis, keluarga dapat berperan aktif dalam pengambilan keputusan tentang perawatan.
• Pemberian perawatan: Keluarga dapat membantu dalam memberikan perawatan sehari-hari, seperti membantu makan, mandi, dan berpakaian.
ADVERTISEMENT
• Menjaga komunikasi: Keluarga dapat membantu menjaga komunikasi yang terbuka antara pasien dan tim medis.
• Mencari dukungan: Keluarga dapat mencari dukungan dari kelompok dukungan atau konselor.
Pentingnya Perawatan Paliatif untuk diterapkan pada pasien dengan stroke diantaranya adalah sebagai berikut :
• Meningkatkan kualitas hidup: Dengan mengelola gejala dan memberikan dukungan emosional, perawatan paliatif dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
• Memperpanjang hidup: Dalam beberapa kasus, perawatan paliatif dapat memperpanjang hidup pasien.
• Memberikan kedamaian: Perawatan paliatif dapat memberikan rasa kedamaian dan ketenangan bagi pasien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
(Karim & Lubis, 2017; MARWOKO, 2022; Sisy Rizkia, 2020)
(Hinkle JL, Cheever KH. No TitleBrunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing 13 th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
ADVERTISEMENT
Comer, A. R., Williams, L. S., Bartlett, S., D’Cruz, L., Endris, K., Marchand, M., Zepeda, I., Toor, S., Waite, C., Jawed, A., Holloway, R., Creutzfeldt, C. J., Slaven, J. E., & Torke, A. M. (2022). Palliative and End-of-Life Care After Severe Stroke. Journal of Pain and Symptom Management, 63(5), 721–728. https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2021.12.032
Creutzfeldt, C. J., Holloway, R. G., & Walker, M. (2012). Symptomatic and palliative care for stroke survivors. Journal of General Internal Medicine, 27(7), 853–860. https://doi.org/10.1007/s11606-011-1966-4
Karim, U. N., & Lubis, E. (2017). Kualitas Hidup Pasien Stroke dalam Perawatan Palliative Homecare. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 5(1), 42. https://doi.org/10.21927/jnki.2017.5(1).42-50
Ladwig, S., Robb, J., Kelly, A., Nielsen, E., & Quill, T. E. (2010). Palliative Care Consultations in Hospitalized. 13(4).
ADVERTISEMENT
MARWOKO, T. (2022). Peran Relawan Paliatif Dalam Perawatan Paliatif Pasien Stroke. Media Husada Journal Of Nursing Science, 3(3), 273–281. https://doi.org/10.33475/mhjns.v3i3.111
Oss, T. Van. (2024). Instrumental Activities of Daily Living. Occupational Therapy Interventions, V(3), 249–296. https://doi.org/10.4324/9781003525325-4
Sisy Rizkia, P. (2020). Jurnal Penelitian Perawat Profesional Pencegahan Tetanus. British Medical Journal, 2(5474), 1333–1336.
Steigleder, T., Kollmar, R., & Ostgathe, C. (2019). Palliative Care for Stroke Patients and Their Families: Barriers for Implementation. Frontiers in Neurology, 10(March), 1–8. https://doi.org/10.3389/fneur.2019.00164
(Comer et al., 2022)
(Creutzfeldt et al., 2012)
(Ladwig et al., 2020; Steigleder et al., 2019)
(Oss, 2024)
(Oss, 2024)(Oss, 2024)