Aplikasi Surplus Hadir untuk Mengatasi Food Loss & Food Waste

Sagita Clarensia N
S-1 Akuntansi di UPN Veteran Jakarta
Konten dari Pengguna
5 Oktober 2022 20:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sagita Clarensia N tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sampah makanan. Foto : Shutterctock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sampah makanan. Foto : Shutterctock
ADVERTISEMENT
Mengonsumsi makanan dan minuman merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap masyarakat. Akan tetapi, pola perilaku konsumsi yang benar belum diterapkan dengan baik. Hal ini terbukti dari komposisi sampah di Indonesia, dimana 40,29% sampah merupakan sampah sisa makanan. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat bahwa sampah sisa makanan di Indonesia mencapai 46,35 juta ton dalam skala nasional pada tahun 2021. Sampah sisa makanan ini bersumber dari makanan yang bersisa, sengaja dibuang ataupun terbuang. Salah satu sumber sampah sisa makanan yang perlu diperhatikan saat ini berasal dari sampah sisa makanan di restoran dan hotel.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai restoran dan hotel, salah satu jenis layanan penyajian yang sering digunakan adalah Buffet atau Self Service. Layanan penyajian ini menyediakan seluruh hidangan tertata dengan rapi dan konsumen dapat mengambil menu dengan porsi sesuai selera. Layanan penyajian ini sangat menarik dan memberikan kepuasan kepada konsumennya. Akan tetapi, layanan penyajian ini juga menjadi kontributor terbesar yang mengakibatkan besarnya sampah sisa makanan akibat dari adanya tindakan Food Loss and Food Waste.
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), food waste merupakan tindakan yang mengacu pada penurunan kualitas atau kuantitas pada tingkat ritel, jasa penyedia makanan, dan konsumen. Sementara itu, food loss merupakan makanan yang terbuang akibat penurunan kuantitas atau kualitas. Pada tahun 2011, FAO (Food and Agriculture Organization) memperkirakan bahwa sekitar sepertiga makanan di dunia terbuang sia-sia setiap tahunnya. Secara global, sekitar 14% makanan yang diproduksi, hilang pada titik pertanian dan penjualan (Food Loss) dan sekitar 17% menjadi Food Waste (11% di rumah tangga, 5% di food service, dan 2% di retail) karena perilaku konsumsi. Masalah ini juga menjadikan Indonesia sebagai negara kedua penghasil sampah makanan terbesar di dunia, dilansir dari The Economist Intelligence (EIU) 2017. Padahal, sebagian besar dari makanan atau bahan makanan yang terbuang tersebut masih layak untuk diproduksi lebih lanjut ataupun dikonsumsi oleh manusia.
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai negara kedua penghasil sampah makanan terbesar menjadi suatu pertentangan dengan adanya masalah kelaparan yang terjadi. Berdasarkan Global Hunger Index/GHI, tingkat kelaparan di Indonesia menduduki posisi ketiga di Asia Tenggara pada tahun 2021. Hal ini menandakan adanya kesenjangan sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
Belum lama ini, Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia membicarakan tentang masalah ini. Berdasarkan hasil kajian dari Kementerian PPN/Bappenas tahun 2021 menunjukkan bahwa kerugian akibat Food Waste dalam 20 tahun terakhir mencapai Rp213 Triliun sampai Rp551 Triliun per tahun. Jika dibandingkan dengan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia tahun 2020 yang sekitar Rp14.000 Triliun. Artinya besaran Food Waste di Indonesia hampir mencapai 4% dari PDB. Sehingga, Sandiaga Uno berkomentar bahwa hal tersebut merupakan tindakan yang tidak etis apabila terus berlanjut mengingat tingkat kelaparan yang terjadi. Untuk itu, dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumsi masyarakat. Sandiaga Uno juga mempromosikan salah satu solusi dalam mengatasi hal ini, yaitu dengan hadirnya Aplikasi Surplus yang merupakan karya Anak Bangsa.
ADVERTISEMENT
Aplikasi Surplus merupakan solusi yang diciptakan oleh anak bangsa untuk mengatasi food loss and food waste. Dengan adanya aplikasi ini, para hotel maupun restoran dapat menjualkan makanan yang mereka sajikan dengan harga yang lebih murah. Makanan yang diperjualkan adalah makanan berlebih dari hidangan yang penyedia makanan sajikan. Tentunya makanan yang dijual masih memiliki kualitas yang baik. Sehingga, melalui aplikasi ini konsumen juga mendapatkan keuntungan dengan menikmati makanan-makanan dari restoran atau penyedia makanan lainnya dengan harga yang lebih murah.
Akan tetapi, hal ini tidak dapat diatasi oleh pemerintah saja, diperlukan adanya kesadaran masyarakat, hotel dan restoran dalam mengatasi masalah ini. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, dimulai dari adanya kesadaran masyarakat, yaitu dengan membeli persediaan makanan secukupnya, menyimpan persediaan makanan tersebut sesuai tempatnya, dan memanfaatkan bahan makanan sebelum masa penggunaannya tidak baik lagi. Kemudian juga dapat dilakukan dengan mengambil porsi makanan yang secukupnya dan sesuai dengan kebutuhan. Begitu juga dengan pihak hotel dan restoran diharapkan untuk memberikan porsi yang secukupnya kepada konsumen, memanfaatkan dengan baik bahan-bahan makanan dan menyediakan makanan dengan prediksi yang lebih tepat. Dengan langkah-langkah berikut, diharapkan masalah terkait food loss and food waste dapat diminimalisir secara bersama.
ADVERTISEMENT