Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengulek Kacang, Sungguh Pandemi yang Panjang
16 Juli 2021 14:17 WIB
Tulisan dari Nur Afidah Zalfalia Sagita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah hingar-bingar Jalan Warakas, terdapat banyak pedagang makanan di malam hari. Salah satunya makanan lezat berisikan lontong, tahu, bihun, yang diguyur dengan saus kacang.
Terlihat Roni yang sedang mengalusi kacang dalam cobeknya, sembari bertanya "Pedes atau engga?" pada pelanggannya. Roni yang biasa bolak-balik pabrik, kini menjelma menjadi tukang ketoprak dekat rumahnya.
ADVERTISEMENT
Diberhentikan bekerja semenjak akhir tahun kemarin, membuat otak Roni harus berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan penghasilan lagi.
Tercatat, sebanyak 13,9% perusahaan termasuk pabrik, yang mengurangi karyawan. Akibatnya banyak karyawan yang terpaksa di PHK, dan tidak sedikit yang juga memilih jalan seperti Roni, yaitu berjualan makanan.
Setelah kehilangan pekerjaannya, Roni bertekad untuk bangkit kembali menjadi tulang punggung keluarga. Hingga akhirnya memutuskan untuk menyewa lapak, dan berjualan ketoprak.
"Karena pas corona gini mah kak, banyak yang nyari makanan tuh. apalagi banyak juga kan yang sekarang pada kerja dari rumah, jadi jualan begini mah emang paling pas kata saya sih," Jawab Roni saat ditanya alasannya berjualan ketoprak.
Tidak seperti bekerja di pabrik sebelumnya yang harus pergi pagi dan pulang malam, kini Roni hanya perlu meninggalkan rumah di sore hingga malam hari saja. Selain membuat dirinya memiliki lebih banyak waktu dengan keluarga, Roni juga merasa lebih senang jika berjualan seperti ini.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya di Jakarta, namun di beberapa daerah juga terasa semakin banyak orang yang membuka usaha baru khususnya usaha makanan. Karena banyak dicari masyarakat, membuatnya laris manis dan mendapat banyak keuntungan.
(Nur Afidah Z. S/ Politeknik Negeri Jakarta)