Sejarah Hari Hak Asasi Manusia

<a href='https://www.freepik.com/vectors/people'>People vector created by stories - www.freepik.com</a>

Hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia diperingati setiap tanggal 10 Desember setiap tahunnya dengan tema yang berbeda-beda. Adapun untuk tema yang diangkat pada Hari HAM tahun ini adalah “Equality” atau “Kesetaraan- Mengurangi Ketidaksetaraan, Memajukan Hak Asasi Manusia”.

Tema ini berkaitan erat dengan Pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) yang berbunyi “Semua manusia dilahirkan bebas dan setara dalam martabat dan hak”. Dengan kata lain, prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi adalah inti dari hak asasi manusia.

Dengan tema ini diharapkan terdapat penanganan dan solusi yang tepat terhadap berbagai bentuk diskriminasi yang sudah mengakar dan berimbas pada orang-orang yang rentan terhadap pelanggaran HAM seperti penyandang disabilitas, migran, masyarakat adat, dan lain-lain.

Menerapkan kesetaraan, inklusi dan non-diskriminasi merupakan pendekatan terbaik untuk mengeliminasi ketidaksetaraan dan mewujudkan agenda 2030 dari PBB yang salah satunya adalah penerapan kesetaraan dan menghilangkan segala bentuk diskriminasi.

Sejarah Hari HAM Sedunia

Hak Asasi Manusia (HAM) pertama kali dibahas pada sebuah piagam bernama Magna Charta yang dikeluarkan di Inggris pada 15 Juni 1915. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya penindasan antara satu manusia ke manusia lain. Namun untuk sejarah peringatan Hari HAM sedunia bermula dari kekejaman semasa Perang Dunia ke-II yang terjadi pada tahun 1939-1945. Kemudian pada 10 Desember 1948, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bergerak untuk menyepakati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) untuk mencegah terjadinya tragedi yang serupa.

Deklarasi ini memuat dokumen yang berisi pembukaan dan 30 pasal yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Dalam deklarasi ini dijabarkan tentang berbagai hak dan kebebasan fundamental yang menjadi hak setiap orang. Hak yang melekat pada siapapun tanpa memandang etnis, agama, bahasa, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal dan status lainnya.

Tujuan dari deklarasi HAM adalah untuk menetapkan standar hidup bersama bagi semua orang di seluruh negara yang menjadi hak setiap individu. Deklarasi ini juga mendorong semua negara anggota PBB agar terus berjuang bersama untuk memenuhi standar hidup sesuai dengan yang tercantum dalam deklarasi tersebut. Meskipun deklarasi ini sifatnya tidak mengikat, namun telah menginspirasi lebih dari 60 instrumen HAM dalam membentuk standar HAM Internasional.

Dua tahun kemudian, tepatnya 10 Desember 1950, Majelis Umum PBB menerbitkan resolusi 423 yang berisi himbauan untuk semua negara anggota PBB agar mengingat tanggal 10 Desember sebagai Hari HAM Internasional. Dan sejak saat itu, masyarakat dunia memperingati Hari HAM pada tanggal 10 Desember setiap tahunnya.

HAM memiliki kekuatan untuk mengatasi berbagai konflik dan krisis yang terjadi di dunia. Hari HAM adalah sebuah momen bagi kita untuk menegaskan kembali tentang pentingnya menegakkan hak asasi manusia dengan meningkatkan rasa kemanusiaan dan kepedulian antar sesama serta solidaritas global. Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk memperingati Hari HAM setiap tahunnya dan berkontribusi mewujudkan tema yang diusung dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan peran masing-masing.

Setiap orang memiliki hak untuk hidup, hak untuk menyampaikan pendapat, hak untuk kemerdekaan, dan hak untuk memiliki. Tidak terkecuali masyarakat yang memiliki hak untuk mendapatkan fasilitas yang layak. Maka dari itu, aplikasi Sahabat Berbagi hadir untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dengan aplikasi Sahabat Berbagi, anda bisa berwakaf atau berdonasi mulai dari 50 ribu rupiah saja loh untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar! Yuk download aplikasinya sekarang juga di Google Playstore atau Appstore.

Sahabat Berbagi,

Menemani Perjalanan Wakafmu