Konten dari Pengguna

Mengalah demi Kemenangan

Said Hakiki Yusuf
Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota HMI Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Direktur Lembaga Diskusi Sinar Cendekiawan
2 Juli 2024 17:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Said Hakiki Yusuf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Relevansi antara Lirik Lagu dengan Kehidupan Pribadi (The Panturas, Tipu Daya) "Pecundang di Perantauan Gelar Dia Hari Ini"
Ilustrasi merantau. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merantau. Foto: Shutterstock
Tulisan ini menceritakan pengalaman saya yang masih berjalan sebagai salah satu orang yang mengadu nasib di Ibukota Indonesia. Salah satu dari lirik lagu tersebut yaitu "Pecundang di Perantauan Gelar Dia Hari Ini" menjadi representasi situasi dan kondisi saya pada saat ini dan juga mendiskripsikan kehidupan saya sebagai anak rantau.
ADVERTISEMENT
Lirik itu menjadi sebuah fakta yang mengharuskan saya menjadi karakter dalam versi baru untuk beradaptasi dengan manusia - manusia yang baru saya temui disini. entah apa yang terjadi ada beberapa idealisme dan prinsip yang saya yakini bisa saya gunakan untuk jangka panjang dipaksa untuk saya patahkan demi kepentingan sosial.

Pengenalan

Saya adalah orang yang sangat menjunjung tinggi kebebasan dalam bermimpi, kebahagiaan yang sederhana bisa saya dapatkan hanya melalui mimpi - mimpi yang hanya berputar di kepala karena tidak ada yang melarang dan tidak ada yang tau. Dengan semua mimpi itu saya menaruh harapan besar di kota baru agar suatu saat bisa memperkaya diri dan orang tua.
ADVERTISEMENT
Tidak takut kecewa dan berharap mimpi saya akan terwujud menjadi stimulan bagi saya memutuskan untuk memulai cerita baru, menjauh dari orang tua sambil menahan beban rindu. Latar belakang itu alasan yang menjadikan saya mahasiswa di semester awal yang ambisius dan individual.
Susah bergaul, dingin, cuek, kurang empati dan enggan bergerak dari zona nyaman. menutup diri dari perubahan dan menganggap pada saat itu idealisme saya adalah pedoman yang paling proporsional melawan jahatnya Ibukota.
Beberapa keuntungan memang saya dapatkan seperti manajemen keuangan dan waktu yang teratur, minusnya juga banyak, seperti gapunya temen, tidak dikenal orang sementara saya adalah manusia yang sangat haus validasi.
Keputusan saya untuk 'kabur dengan gaya' pun mulai melahirkan rasa penyesalan dan mulai menyalahkan diri sendiri. memang harapan untuk kepentingan individu didapatkan tetapi, relasi dan minim informasi menjadi masalah yang cukup membosankan untuk saya lawan setiap hari dan didukung oleh kesepian yang meruntuhkan semangat.
ADVERTISEMENT
Tanpa pacar, teman, orang tua atau biasa gen z menyebutnya minim support system. Individualisme yang terlalu meninternalisasi menjadi sebuah alasan dan melahirkan rasa gengsi yang tinggi, dan menganggap bahwa perubahan karakter hanyalah bagi pria yang tidak memiliki pendirian dan adalah seorang pecundang di perantauan.

Sesi Mencari Alasan (Kekalahan)

Sampai pada akhirnya saya berada pada titik jenuh dan mencoba mencari cara untuk menemukan jati diri dengan memutuskan untuk merubah pandangan dan mulai menerima bahwasanya saya akan selamanya kalah dengan harapan sendiri apabila masih menutup diri dari dunia pertongkrongan (sosial).
Mulai hari itu, saya memutuskan untuk merubah diri menjadi manusia sokab atau sok akrab dan menjadi badut tongkrongan secara tiba -tiba. Dan mencari teman yang se frekuensi dengan humor dan komedi yang tidak jauh berbeda.
ADVERTISEMENT
Karakter dingin dan kurang empati yang saya kira bisa menjadi senjata untuk menjadi pria misterius dan memikat wanita itu mulai pudar dan lebih membuka diri untuk menerima orang baru. Menurunkan ego dan gengsi memang merupakan pertempuran yang akan saya kenang dan akan saya ceritakan bagi anak-anak saya nanti sebelum tidur. Dan hal itu mengajarkan saya bahwa mengenali diri sendiri adalah kebijakan terbesar yang pernah saya alami.
Semakin berjalannya waktu, saya bertemu beberapa teman yang sejalan mengenai gagasan dan sering bertukar pikiran terkait isu sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya.

Kesimpulan

Hal itu membuat saya semakin paham bahwa perubahan pada sifat atau karakter tidak menjadikan kita sebuah pecundang melainkan menjadikan kita manusia yang adaptif dan bisa memposisikan diri sesuai kebutuhan sosial yang menjadi sebuah pelajaran dan perjalanan menarik bahwasanya saya berani mengambil peran baru di kehidupan sendiri. Menghilangkan gengsi dan mencoba selalu ceria ternyata menyenangkan dari yang dipikirkan.
ADVERTISEMENT
Bagi teman-teman yang membaca tulisan ini: melalui opini dan pengalaman pribadi, gengsi hanya menjadi keinginan untuk memenuhi hasrat yang semu dan hanya menciptakan kita sebagai manusia yang egois, menjadi dingin atau cuek memang terkadang dibutuhkan namun, menjadi ceria akan selalu dibutuhkan dan biarkan kesepian hanya diketahui oleh diri kita sendiri.