Perilaku Konsumtif Justru Memperkuat Perekonomian Indonesia!?

Said Hakiki Yusuf
Mahasiswa Perbankan Syariah yang lahir di Pulau Sumatera
Konten dari Pengguna
9 Januari 2024 9:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Said Hakiki Yusuf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Daya beli yang kuat menjadi instrumen yang positif
Masyarakat sebagai Perilaku Ekonomi. Sumber : Pribadi
Pada saat ini, banyak asumsi dan pikiran mayoritas yang menganggap bahwa nilai sifat konsumtif hanya menimbulkan dampak negatif. Namun, dibalik itu sebenarnya perilaku konsumtif tidak hanya memiliki sisi gelap tetapi, justru menumbuhkan perekonomian negara atau lebih spesifiknya adalah pendapatan nasional.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana perilaku negatif (konsumtif) justru menumbuhkan ekonomi negara? Hal paradoks ini menjadi sebuah pertanyaan dan mungkin kontroversi.
Sebelum itu, satu hal yang harus harus kita ketahui bahwasanya, sesuatu output yang buruk tidak bisa secara langsung di konklusikan menjadi hal yang buruk, karena dibalik itu semua ada proses dan mekanisme yang bisa jadi hanya salah pengalokasian. Sama halnya dengan manusia sebagai perilaku ekonomi, yang mengikuti kemauan berdasarkan intuisi dan nafsu semata. John Maynard Keynes dalam bukunya yang berjudul "The Theory of Employement, interest and Money" mengatakan
Dan hal ini tidak sepenuhnya menjadi hal yang negatif, misalkan dalam konteks perekonomian negara, dapat kita ketahui bahwa ada tiga elemen utama yang menyusun kuantitas statistika perekonomian mengenai kesejahteraan masyarakat yaitu GDP = Konsumsi + Investasi + Belanja Pemerintah (Ekspor - Impor)
ADVERTISEMENT
Dan konsumsi menjadi komponen terbesar dalam porsi produk domestik bruto yaitu 50,38 persen terhadap PDB kuartal III/2022. Biasanya, para ahli melihat konsumsi yang terus meningkat sebagai tanda ekonomi yang sehat karena menandakan kepercayaan konsumen dalam pengeluaran versus ketidakpastian di masa depan dan kurangnya pengeluaran. Dan ekonomi yang baik adalah ekonomi yang berjalan, yang mana terjadi arus permintaan penawaran sebagai mekanisme pasar yang terus bergerak, dan konsumsi adalah satu penggerak berjalannya hal tersebut.
Mengingat Masa Kelam
Kondisi Pasca Pademi.Sumber : Pribadi
Dapat kita saksikan pada saat pandemi Covid-19 di awal tahun 2020, berhentinya kegiatan ekonomi mengakibatkan tidak terjadinya transaksi dan penjualan pun menurun secara drastis, ditambah adanya ancaman resesi pasca masuknya virus covid ke Indonesia, yang menambah kecemasan masyarakat indonesia di sektor keuangan. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat indonesia memilih untuk menahan uang mereka atau menabung daripada mengeluarkan uangnya, karena takut tidak bisa survive di jangka panjang. Menurunnya konsumsi masyarakat menjadi malapetaka bagi perusahaan, tidak adanya pembeli atau pemasukan meningkatkan beban baru bagi perusahaan untuk membayar biaya operasional terutama gaji karyawan dan kejadian mengerikan ini mengakibatkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi sangat masif pada tahun 2020 - 2021.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pentingnya kita ketahui bahwasanya ekonomi merupakan kegiatan dua arah, segala tindakan ekonomi berkausal terhadap segmen lainnya. Konsumsi sampai sekarang masih mendominasi komponen pendapatan negara. Dengan kita membeli secara 'berlebihan' maka secara tidak sadar dan langsung membantu bergeraknya roda ekonomi negara. Stigma inilah yang perlu eksis dan untuk membuka probabilitas baru di mata masyarakat.