Konten dari Pengguna

Indonesia Krisis Moral Disebabkan Polarisasi Sosial

Saiful Bahri
seorang mahasiswa semester satu di Universitas Pamulang, jurusan Teknik Informatika. Sejak kecil, Saya telah menunjukkan minat yang besar terhadap teknologi dan komputer.Saya sering kali menghabiskan waktu di depan layar, dan belajar pemrograman.
16 November 2024 18:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Saiful Bahri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aksi unjuk rasa di Jakarta, Indonesia, pada 6 Maret 2024. Foto oleh Hendra Jn dari Pexels, digunakan sesuai dengan ketentuan lisensi Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Aksi unjuk rasa di Jakarta, Indonesia, pada 6 Maret 2024. Foto oleh Hendra Jn dari Pexels, digunakan sesuai dengan ketentuan lisensi Pexels.
ADVERTISEMENT
Polarisasi sosial yang semakin tajam di Indonesia telah menjadi fenomena yang tidak bisa diabaikan, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, masyarakat Indonesia semakin terbelah, baik dalam konteks politik, agama, maupun budaya. Hal ini mengarah pada penurunan empati dan toleransi antarkelompok, yang pada akhirnya memperburuk krisis moral dalam kehidupan sosial. Namun, apakah polarisasi sosial benar-benar menjadi penyebab utama dari krisis moral di Indonesia? Dalam artikel ini, akan dijelaskan sisi lain dari fenomena polarisasi sosial dan dampaknya terhadap nilai-nilai moral di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penurunan Empati dan Toleransi
Memang, polarisasi sosial seringkali dikaitkan dengan penurunan empati dan toleransi. Ketika masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar yang saling berseberangan, rasa saling menghargai seringkali terkikis. Masing-masing kelompok lebih cenderung melihat pandangan mereka sendiri sebagai kebenaran mutlak, sementara pandangan kelompok lain dianggap sebagai ancaman atau bahkan kebodohan. Dalam konteks ini, ketegangan antarkelompok menjadi semakin sulit untuk dihindari.
Namun, dapatkah kita sepenuhnya menyalahkan polarisasi sosial atas penurunan moralitas? Di satu sisi, memang benar bahwa polarisasi dapat memperburuk ketegangan, tetapi perlu dipahami bahwa penurunan moralitas lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lebih mendalam. Ketidakadilan sosial, kemiskinan, serta ketimpangan ekonomi dan pendidikan memiliki dampak yang jauh lebih besar terhadap perilaku sosial. Krisis moral tidak hanya disebabkan oleh perbedaan pandangan, tetapi juga oleh ketidakmampuan pemerintah dan masyarakat untuk memperbaiki struktur sosial yang timpang. Masyarakat yang merasa terpinggirkan sering kali lebih cenderung bersikap egois dan intoleran, tanpa harus berhubungan langsung dengan polarisasi sosial.
ADVERTISEMENT
Polarisasi dalam Keluarga dan Masyarakat: Mengapa Krisis Moral Tak Bisa Disalahkan Sepenuhnya?
Salah satu dampak polarisasi sosial yang sering diangkat adalah perpecahan dalam keluarga dan hubungan antarpersonal. Misalnya, perbedaan pandangan politik dalam keluarga sering kali menambah ketegangan, yang berujung pada perasaan tidak dihargai. Ini bisa merusak hubungan personal dan menjauhkan keluarga satu sama lain. Lantas, apakah ini berarti polarisasi sosial adalah penyebab utama keretakan dalam hubungan sosial?
Tidak sepenuhnya demikian. Krisis moral dalam hubungan sosial lebih sering disebabkan oleh kurangnya komunikasi dan pemahaman di antara individu. Polarisasi sosial mungkin memperburuk masalah, tetapi keretakan dalam keluarga atau masyarakat lebih sering terjadi karena ketidakmampuan kita untuk berkomunikasi dengan baik, tidak hanya karena perbedaan ideologi atau politik. Dalam banyak kasus, ketegangan dalam hubungan keluarga lebih berkaitan dengan perubahan nilai yang terjadi seiring waktu, atau bahkan masalah pribadi yang lebih dalam, daripada sekadar akibat dari polarisasi sosial.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, hubungan antarpersonal dipengaruhi oleh banyak faktor lain seperti pendidikan, norma budaya, dan sejarah sosial. Sebuah masyarakat yang mendewakan individualisme atau yang tidak menghargai dialog terbuka akan lebih rentan terhadap ketegangan, bahkan tanpa adanya polarisasi sosial yang tajam. Krisis moral, dalam hal ini, lebih berhubungan dengan perubahan nilai-nilai dasar seperti rasa saling pengertian dan kasih sayang, yang sudah mulai luntur sejak lama, bukan hanya akibat dari polarisasi.
Pola Pikir yang Lebih Luas Dibutuhkan
Polarisasi sosial di Indonesia memang berperan dalam memperburuk ketegangan antarkelompok, namun tidak dapat sepenuhnya disalahkan sebagai penyebab utama krisis moral yang terjadi. Penurunan moralitas lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor struktural yang lebih dalam, seperti ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, dan kegagalan dalam komunikasi antarpersonal. Krisis moral terjadi ketika nilai-nilai dasar seperti empati, toleransi, dan rasa saling menghargai mulai luntur, baik dalam hubungan pribadi maupun masyarakat secara luas. Oleh karena itu, untuk mengatasi krisis moral, kita perlu memperbaiki sistem sosial secara keseluruhan, membangun komunikasi yang lebih baik, serta mengembalikan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sosial kita. Polarisasi sosial memang menjadi masalah serius, tetapi penyelesaian yang lebih holistik dan mendalam akan lebih efektif dalam menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan bermoral.
ADVERTISEMENT