Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
YANG PENASARAN DENGAN KERJA PUAN MAHARANI UNTUK REVOLUSI MENTASL, INI JAWABANNYA
3 Maret 2018 11:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Saiful Hasan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak orang bertanya, apa sebenarnya capaian dan wujud nyata dari revolusi mental? Apa fungsinya untuk perbaikan bangsa, ketika akhir-akhir ini, kita disajikan “perang centang-perenang” tak berkesudahan terutama di media sosial? Apa efeknya ketika korupsi masih merajalela dan mengindikasikan “permainan” oleh mereka yang punya pengaruh dan kekuasaan? Lalu, gerakan semacan apa revolusi mental itu sebenarnya? Apa pula kerja Puan Maharani sebagai “Sang komandan”?
ADVERTISEMENT
Karena ini pertanyaan, maka biarkan tulisan ini menjelaskan: secara pelan-pelan. Berharap dapat dengan mudah ditelan.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang telah ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 6 Desember 2016, ada tugas khusus yang dibebankan kepada Menko bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani, sebagaimana tertuang dalam butir kelima Inpres tersebut. Seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet pada Rabu (11/1/2016), tugas khusus Menko PMK itu adalah melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pelaksanaan Gerakan Nasional Revolusi Mental. Kemudian, penyusunan dan penetapan Peta Jalan dan Pedoman Umum Gerakan Nasional Revolusi Mental (kompas.com).
Tentu akan sangat panjang jika harus membaca dan menjelaskan tentang Inpres dan peta jalan (road map) dan pedoman umum GNRM, tapi kemudian, berdasarkan koordinasi tim yang dibentuk oleh Puan Maharani yang beranggotakan dari semua lapisan masyarakat dari berbagai profesi, tersusunlah 5 gerakan yang dapat diimplementasikan secara teknis dengan penanggung jawab masing-masing.
ADVERTISEMENT
Secara lebih teknis, seluruh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan segenap masyarakat diajak untuk aktif mengimplementasikan 5 (lima) gerakan Revolusi Mental melalui wujud perubahan nyata dalam konteks Indonesia Melayani (dikoordinir oleh Kemenpan RB), Indonesia Bersih (dikoordinir oleh Menko Kemaritiman), Indonesia Tertib (dikoordinir oleh Menko Polhukam), Indonesia Mandiri (dikoordinir oleh Menko Bidang Perekonomian), dan Indonesia Bersatu (dikoordinir oleh Mendagri). Puan Maharani menyadari, bahwa sebagai sebuah gerakan, revolusi mental harus menjadi gaya hidup yang terinternalisasi dalam diri.
Bagi Puan Maharani, revolusi mental adalah bagian tak terpisahkan dari pembangunan yang digadang-gadang Presiden untuk merubah pola, kebiasan, mindset, dan perilaku setiap orang menjadi lebih baik dan terarah. Sederhananya, revolusi mental bisa dilakukan dengan disiplin dan tepat waktu, tidak malas, jujur, membawa perubahan, tidak mudah mengeluh, tidak suka membuat rusuh, menjadi pengguna media dan pembaca yang bijak, dan hal-hal sederhana lainnya. Sehingga, bangsa Indonesia diharapkan mempunyai mental yang lebih baik dalam mengawal proses pembangunan seutuhnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana perwujudannya? Maka Puan Maharani memilih untuk memulai dari diri dan Kementerian yang dipimpinnya. Perilaku yang menunjukkan bagian dari revolusi mental terepresentasikan dari perilaku dan kebijakan Puan Maharani yang sederhana, dalam pola hidup sehari-hari. Sebut saja seperti komitmen Puan Maharani untuk selalu mengutamakan gotong royong dalam berbagai hal. Puan Maharani, barangkali, adalah pejabat dan politisi yang paling sering menggunakan (sekaligus mengajak untuk menjadikan) gotong royong sebagai “ruh” dalam setiap gerakan dan anjurannya.
Cara berpakaian, misalnya, Puan Maharani memilih untuk tampil sederhana dengan mempergunakan batik sebagai simbol kebudayaan Indonesia. Dalam konteks politik, Puan Maharani menjadi politisi yang memilih politik santun dan beretika sehingga sikap dan statementnya lebih tenang, tidak reaktif, dan menyejukkan. Lebih mengutamakan kebersamaan ketimbang kegaduhan. Serta komitmen yang tinggi atas sikap toleransi yang harus menjadi prinsip dan nilai dalam merajut kehidupan berbangsa dan bernegara yang indah dan damai. Serta pembelaannya terhadap kemanusiaan dan HAM (kasus TKI Ilegal, WNI tersangkut ISIS, kasus Deborah dan Reny Wahyuni, dll).
ADVERTISEMENT
Dalam hal kinerja, banyak pengakuan atas etos kerja Puan Maharani yang tinggi. Setidaknya, merujuk pada laporan kinerja selama 3 tahun terakhir serta beberapa hasil survei, kinerja Puan Maharani dalam bidang pembangunan manusia dan kebudayaan mendapatkan apresiasi yang tinggi. Tentu saja, perilaku revolusi mental itu ditunjukkan juga dengan integritas Puan Maharani. Terbukti, ia sama sekali bisa menjaga diri dari godaan kekuasaan yang terkutuk untuk melakukan prilaku koruptif, kolutif, dan nepotisme.
Dalam konteks kebijakan terkait revolusi mental, Puan Maharani telah melakukan peningkatan 75 pelayanan publik seperti kesehatan, lingkungan, administrasi, pendidikan, sosial, perempuan dan anak, industri, dan lain sebagainya. Pelaksanaan kuliah kerja nyata (KKN) di 48 perguruan tinggi dengan tema revolusi mental. Termasuk juga pelaksanaan Jambore Nasional Revolusi Mental. Ini menunjukkan adanya keterlibatan semua pihak. Sebab revolusi mental adalah sebuah gerakan, maka perlu melakukannya melalui kebersamaan.
ADVERTISEMENT
Lalu apa dampaknya? Tentu saja ini merupakan proses untuk perubahan yang lebih baik. Revolusi mental adalah jalan dan pilihan. Kalau ternyata Indonesia masih banyak korupsi, masih banyak ditemukan perselisihan, masih sering ugal-ugalan, masih suka main pukul dan penghakiman jalanan, maka jangan katakan ini bentuk kegagalan revolusi mental. Tidak bisa disimplifikasi sesederhana itu, sebab revolusi mental tidak bisa merubah segalanya sedemikian cepat. Semuanya butuh proses. “Kepahitan” yang dimiliki oleh bangsa ini sudah sedimikian mengakar dan membudaya, maka biarkan revolusi mental berjalan sesuai garis edarnya.
Semuanya butuh proses, menuju kebaikan. Meski jalan terjal dan panjang.