Konten dari Pengguna

Peran Raden Dewi Sartika dalam Memperjuangkan Pendidikan Perempuan Indonesia

Salfinah
Mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang.
28 Maret 2022 21:46 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salfinah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Raden Dewi Sartika. Photo by : Salfinah
zoom-in-whitePerbesar
Raden Dewi Sartika. Photo by : Salfinah
ADVERTISEMENT
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pendidikan hanya diberikan kepada perempuan Eropa khususnya kalangan atas dan syarat masuk sekolah harus dapat berbicara menggunakan bahasa Belanda. Pada tahun 1876 di Batavia telah dibuka sekolah dan menjadi sekolah khusus perempuan yang pertama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pendidikan untuk perempuan bangsa Indonesia tidak pernah diperhatikan. Oleh karena itu Raden Dewi Sartika berusaha untuk memperjuangkan hak kaum perempuan Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti perempuan Eropa.
Raden Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Kabupaten Bandung pada tanggal 4 Desember 1884. Beliau terkenal sebagai tokoh perintis pendidikan perempuan di Bandung, berkat jasa beliau membangun sekolah perempuan, oleh karena itu beliau dianugerahi pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1966.
Saat Dewi Sartika melihat kondisi perempuan disekitarnya merasakan kesedihan dan kesepian di rumah, berawal dari sini tercipta satu tekad kuat untuk melakukan emansipasi wanita. Ia berkeinginan untuk mendirikan sekolah perempuan dan mengajari pelajaran agama Islam.
Raden Dewi Sartika memiliki gagasan untuk membantu memperjuangkan pendidikan bagi perempuan dengan mendirikan sekolah khusus perempuan untuk semua kalangan. Dewi Sartika mempunyai tekad kuat untuk mewujudkan cita-citanya, meskipun mendapatkan tantangan keras dari pemerintah Belanda.
ADVERTISEMENT
Dewi Sartika mendapat penolakan dari Bupati Martanagara saat menyampaikan keinginannya untuk membangun sekolah untuk perempuan dan sampai Dewi Sartika memohon sambil bersujud di kaki Bupati Bandung yaitu Martanagara, sampai akhirnya Bupati Bandung mendukung Dewi Sartika untuk membangun sekolah perempuan.
Perkembangan Sakola Kautamaan Istri Sampai Menjadi Sekolah Raden Dewi
Pada tanggal 16 Januari 1904 berdiri Sakola Istri yang berada di Paseban Wetan Kabupaten Bandung di depan alun-alun Bandung. Sakola Istri terdiri dari 60 siswi, pengajar sekolah ini adalah Raden Dewi Sartika yang dibantu Nyi Poerwa dan Nyi Oewit.
Pada tahun 1910 Sakola Istri berganti nama menjadi Sakola Kautamaan Istri. Alasannya karena, Sakola Istri mengalami kemajuan pesat jumlah muridnya semakin bertambah, sehingga ruangan sudah tidak bisa menampung murid lagi. Akhirnya dipindahkan ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau.
ADVERTISEMENT
Menurut Dewi Sartika, pendidikan sangat penting bagi perempuan. Tujuan dan gagasan Dewi Sartika adalah bentuk jihad dalam Islam, ia bersungguh-sungguh agar nasib perempuan lebih baik dan lebih mengerti tentang agamanya sendiri. Raden Dewi Sartika belajar membatik kepada R.A Kardinah, ilmu membatik yang Dewi Sartika dapatkan kemudian diajarkan kepada murid-murid di Sakola Kautamaan Istri.
Pada tahun 1913 ruangan belajar Sakola Kautamaan Istri bertambah menjadi 12 ruangan dengan fasilitas yang memadai dan mempekerjakan guru yang berpengalaman. Jumlah siswa mencapai 251 orang, pada tahun 1922 Pemerintah Belanda memberikan penghargaan bintang perak kepada Dewi Sartika atas jasanya membangun sekolah untuk pendidikan perempuan.
Pada bulan September tahun 1929, Sakola Kautamaan Istri berubah nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Pemerintah Belanda memberikan gedung kepada Dewi Sartika yaitu sebuah bangunan permanen yang terbuat dari bahan batu dan lengkap dengan alat perkakasnya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1942 Belanda menyatakan kekalahan kepada Jepang, keadaan ini sangat genting bagi Sekolah Raden Dewi karena hasil karya Raden Dewi Sartika yang dibangun sejak tahun 1904 mengalami pembekuan dan diberhentikan oleh Pemerintah Jepang.