Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Langit Hong Kong Tersenyum Menyambut Ramadhan
17 Mei 2018 17:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Salika Najiyya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rumput di Taman
Tak pernah terbayangkan olehku. Bekerja menjadi seorang tukang kebun. Selama ini yang kutahu, buruh yang datang ke Hong Kong dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, tidak termasuk menjadi tukang kebun.
ADVERTISEMENT
Namun kenyataan membawaku pada keluarga yang sangat kaya raya dengan rumah lantai tiga. Mempunyai garasi yang diisi dua mobil mewah.
Sebuah taman di lantai bawah yang harus aku rawat setiap hari. Bahkan di musim panas sekalipun.
Kini, ramadhan telah tiba. Di mana bebarengan dengan cuaca yang sangat panas. Namun pekerjaan tetaplah pekerjaan. Aku harus selalu menomer satukan pekerjaan. Memotong rumput-rumput yang sudah mulai meninggi karena beberapa bulan terakhir curah hujan sangat tinggi.
Rumput yang tumbuh subur itu harus aku potong dan rapikan. Meskipun terik membakar. Ini adalah salah satu tugas yang harus kuemban.
Tak seindah foto di profil, jika mengetahui pekerjaanku di Hong Kong. Aku bukan seorang pekerja kantoran maupun seorang guru. Seperti yang kebanyakan orang kira.
ADVERTISEMENT
Orang hanya melihat foto profilku di sosial medial, yang terkadang berpenampilan rapi. Karena banyak acara dan kegiatan yang mengharuskan pakai seragam maupun pakaian yang rapi.
Di Hong Kong aku hanyalah seorang pembantu rumah tangga biasa. Yang setiap hari melayani majikan seperti umumnya pembantu di Indonesia.
Mulai dari cuci mobil, membersihkan lantai, memasak, mencuci baju, setrika bahkan merangkap menjadi tukang kebun.
Pekerjaan ini sudah kujalani selama empat tahun. Dan kini adalah tahun kelima aku bekerja di keluarga Tuan Li. Seorang pengusaha besar dengan sepuluh perusahaan.
Awalnya aku merasa ngeri melihat rumah sebesar ini. Karena tidak pernah dikatakan sebelumnya, jika rumah yang harus kujaga kebersihannya susun tiga.
Terdiri dari 3 kamar, dan 2 kamar mandi pada lantai tiga. Dan pada lantai dua terdapat 2 kamar tidur besar, ruangan bersantai serta olahraga, satu kamar mandi.
ADVERTISEMENT
Di lantai paling bawah terdapat garasi, ruang tamu, toilet tamu, dapur dan kamar tidurku yang lengkap dengan toilet juga.
Ruangan yang sangat besar dengan desain warna putih itu menjadi ladang dolar buatku. Di mana setiap hari aku harus menjaganya. Tak boleh sehelai rambut pun jatuh pada lantai berkeramik putih itu.
Setiap hari pula aku harus mencuci mobil, menyiram bunga dan menyikat lantai batu di taman. Pekerjaan yang semula aku anggap berat, ternyata sangat menyenangkan.
Karena waktuku tersita habis untuk bekerja. Aku jadi tak bisa melamun jika rindu datang. Rinduku ditelan pekerjaan. Dan waktu terasa begitu cepat berlalu.
Pagi hari menunggu majikan berangkat kantor, hingga malam hari menghidangkan makanan. Lalu letih menyerang dan aku terlelap hingga bertemu pagi lagi. Begitu seterusnya.
ADVERTISEMENT
Kujalani ini semua dengan rasa syukur, meski berat namun aku tak akan menyerah. Walau terik matari membakar kulitku, aku akan tetap bernyanyi riang.
Di ramadhan ke sebelas ini, kulihat langit Hong Kong Tersenyum kepadaku di bawah terik mentari siang tadi. Kutatap mega, indah dengan warna biru putih.
Sungguh aku rindu ramadhan di tanah air. Aku rindu suara kentongan yang berkeliling membangunkan orang untuk makan sahur.
Sungguh aku rindu berbondong-bondong pergi ke mushola untuk sholat tarawih. Walau terkadang pulang tarawih aku tak memakai sandal.
Sungguh aku rindu suasana ramadhan di kampung halaman. Aku tersenyum kembali. Sambil mengemas rumput dalam kantong plastik hitam, lalu membuangnya.
Catatan Salika Najiyya
ADVERTISEMENT
Hong Kong, 17 Mei 2018.