Pernikahan Dini di Masa Pandemi

ilustrasi pernikahan dini, foto: unsplash.com

Pernikahan dini yakni pernikahan yang dilakukan oleh seorang ataupun salah satu pendamping yang masih dikategorikan kanak- kanak ataupun anak muda yang masih berumur di bawah usia. Pernikahan usia dini merupakan pelanggaran hak asasi anak. Pernikahan umur dini menghalangi hak kanak- kanak atas kesehatan, pembelajaran, pendapatan, keselamatan, keahlian serta pula menghalangi status serta kedudukan anak. Dari sisi kesehatan, pernikahan umur dini ini dapat sangat berakibat kurang baik sebab anak belum mempunyai kesiapan organ badan buat memiliki serta melahirkan. Tidak cuma secara raga, tetapi pula secara mental. Mental ini bisa berakibat besar nya permasalahan angka perceraian.

Wabah COVID- 19 menyurut permasalahan kesehatan anak muda. Informasi kementrian pemberdayaan wanita serta perlindungan anak mengatakan angka pernikahan anak pada umur dini bertambah 24.000 permasalahan pernikahan dini. Analisis pernikahan dini selama tahun ini selain soal nilai budaya, kasus ini dipersulit karena COVID-19 membuat banyak orang di PHK, jalan pernikahan adalah jalan menyelesaikan masalah ekonomi keluarga selama pandemi. Pemerintah harus segera membuat langkah mencegah angka pernikahan dini terus melonjak selama pandemi, karena dampak buruk pernikahan dini telah diketahui sebagai salah satu masalah ekonomi, kesehatan, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Kasus pernikahan dini ini adalah bencana sosial, karena dampak nya luar biasa. Salah satu dampak yang serius, perkawinan dini ini menimbulkan dampak morbilitas atau mortalitas kematian ibu, kematian bayi ini bisa meningkat, bagaimana abortus ilegal juga bisa meningkat. Ada dampak jangka panjang yang harus diperhitungkan, seperti kanker mulut rahim, pertumbuhan tulang.

Penyebab pernikahan dini dikala pandemi ini terjadi salah satu nya faktor ekonomi, banyak di antara mereka merasa bahwa menikahkan anak perempuan adalah menjadi salah satu bagian untuk mengurangi beban di dalam satu keluarga.