Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Ada Bisnis di Balik Hubungan Manusia
7 Februari 2022 12:49 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Salma Aisyah Puteri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernah enggak sih ketika melihat seorang pengemis yang meminta-minta uang tetapi enggak kita tolong karena kita lagi memegang sedikit uang yang mepet sedangkan kita masih butuh uang receh yang kita punya itu untuk ongkos? Atau pernah tidak kita melihat ada seseorang yang kecelakaan, kita mau menolongnya tapi tidak jadi karena kita takut terlambat? Akan tetapi kalau yang sedang mengalami kecelakaan tersebut adalah pejabat atau orang penting, kita pasti langsung menolongnya karena kita mengharapkan imbalan berupa ketenaran atau uang yang jumlahnya tidak sedikit.
ADVERTISEMENT
Nah contoh-contoh kasus kecil di atas adalah bukti bahwa kita itu sedang berbisnis antar sesama manusia. Kok bisa? Iya, sebenarnya kita itu selalu mempertimbangkan cost (harga yang harus dibayar atau keluarkan) and benefit (keuntungan) saat berinteraksi dengan orang lain. Teori ini disebut sebagai Social Exchange Theory atau Teori Pertukaran Sosial. Teori ini dikemukakan oleh Thibaut dan Kelly pada tahun 1959.
Saat menjalin hubungan atau berinteraksi dengan orang lain, kita akan secara otomatis mempertimbangkan indeks kepuasaan (satisfactory index) dalam hubungan. Herjunot Ali dalam suatu podcast pernah mengatakan kalau dia tidak lagi baper saat ada seseorang yang cuek terhadapnya. Dia merasa kalau orang tersebut memang tidak sedang berbisnis dengannya. Jadi, kita memang akan menjalin hubungan atau berinteraksi dengan orang lain saat hal tersebut menguntungkan kita.
ADVERTISEMENT
Keuntungan dalam berinteraksi atau berhubungan dengan manusia tidak hanya berupa material seperti barang atau jasa (external benefits), tapi juga internal benefits seperti kepuasan batin, pengalaman sosiologi dan psikologi, dan masih banyak lagi.
Contoh paling sederhana dari internal benefits adalah terpenuhinya kepuasan batin. Kepuasan batin bisa berupa kebahagiaan dalam bentuk perlakuan, support, komunikasi, dan advice yang tepat.
Misalnya seperti ini, sebagai manusia tentu kita butuh advice dari orang lain karena kita butuh untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan diri. Bahkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan diri menempati puncak hierarki kebutuhan manusia loh kalau menurut teori yang dikemukakan oleh Maslow. Akan tetapi, saat kita curhat kemudian kita mendapatkan feedback yang tidak menguntungkan bagi kita dan itu membuat kita tidak nyaman, akhirnya kita memutuskan untuk mengurangi intensitas interaksi kita dengan orang tersebut. Jadi, jangan heran ketika teman kita kurang terbuka dengan kita karena bisa jadi mereka merasa tidak nyaman atau tidak cocok dengan kita.
ADVERTISEMENT
Contoh lain adalah ketika kita terus menerus memberikan orang lain perhatian, hadiah, dan ucapan-ucapan manis. Tapi kok kita tidak mendapatkan timbal balik apa pun ya setelah melakuan itu semua? Kok kita merasa tidak dihargai sih? Atau kok dia reaksinya biasa saja, malah cenderung cuek atau malah risih dan lama-lama menjauh dari kita? Nah, ini adalah pertanda kalau ternyata, bisa jadi semua kebaikan yang kita lakukan itu tidak sesuai dengan apa yang dia butuhkan. Oleh karena itu, dia tidak menganggap semua kebaikan kita dan tidak melihat kita. Baginya, ‘berbisnis’ dengan kita itu tidak menguntungkan dan kita pun menjadi rugi bandar kan? Hahaha. Jadi, kalau perjuanganmu tidak di-notice sabar ya hahaha
Nah itu dia beberapa contoh kecil tentang berbisnis dengan manusia. Memang, hubungan yang baik itu harus resiprokal atau timbal balik. Karena sama-sama menguntungkan. Ketika kita lebih banyak mendapatkan benefits dari interaksi dan hubungan yang kita jalin dengan orang lain, maka kemungkinan besar hubungan itu akan langgeng atau berlanjut dan hubungan akan cenderung cepat kandas atau tidak ada perkembangan sama sekali kalau yang didapatkan lebih banyak ruginya.
ADVERTISEMENT
Jadi tidak heran kan, kalau manusia cenderung memilih lingkup sosial yang satu frekuensi dan berteman dengan orang-orang yang bisa memberinya manfaat baik secara eksternal maupun internal. Yuk, coba kita cek ulang hubungan-hubungan yang sudah kita jalin. Baik pertemanan, asmara, organisasi, komunitas, dll. Kalau ternyata kita lebih banyak mendapatkan rugi, sudah lepaskan saja. Tetapi di sini bukan berarti kita pilih-pilih ya kalau mau berbuat baik. Berbuat baiklah ke semua orang and treat them sesuai kebutuhan. Supaya kita dihargai, diterima, dan diuntungkan.