Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Memahami Setan dari Sisi Psikologis
4 Februari 2022 14:36 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Salma Aisyah Puteri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kita memiliki banyak sekali konsep setan. Ada yang mempersepsikannya sebagai entitas mitologi gaib yang astral dan ada juga yang melihatnya sebagai karakter buruk yang terdapat dalam setiap jiwa manusia. Saya akan mengambil perspektif yang kedua untuk dibahas lebih lanjut pada ulasan kali ini.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kita pasti memiliki kekurangan berupa sifat atau karakter buruk. Itulah yang menyebabkan kita dipandang sebagai makhluk yang tidak sempurna. Seringkali dalam hidup, kita mengkambinghitamkan setan atas perbuatan tidak baik yang kita lakukan atau terima. Contohnya saat kita khilaf, kita menghibur diri dengan mengatakan “Habis dibisiki setan”. Kita memaki orang yang berkepribadian jahat atau buruk dengan sebutan setan dan kelak membenci si pelaku karena sudah menganggap bahwa yang bersangkutan itu memang setan beneran. Padahal, sifat membenci itu sendiri pun sudah termasuk perbuatan setan. Jadi ya, bisa dibilang kita sama-sama setan. Akan tetapi, mengapa sih setan itu bisa menghinggapi jiwa kita?
Mari kita bedah satu-persatu sifat-sifat setan yang melekat pada manusia.
ADVERTISEMENT
Arogansi
Seseorang dengan sifat arogan adalah orang yang sombong. Bahkan sifat sombong juga disebut-sebut termasuk ke dalam tujuh dosa yang mematikan. Kesombongan bahkan sampai dilambangkan oleh Lucifer, iblis yang terkenal paling jahat. Seseorang yang sombong akan selalu mencari celah untuk menjatuhkan orang lain dan mendapatkan pengakuan dunia. Mengapa dia bersikap arogan? Dilansir dari PsychMechanics, arogansi bisa berwujud dari mekanisme pertahanan diri.
Kita mungkin berperilaku arogan untuk menyembunyikan rasa tidak aman, rendah diri, dan kurang percaya diri. Pada dasarnya, alasan seseorang mempunyai hasrat untuk menjatuhkan orang lain adalah ketertinggalan. Manusia memiliki mental kawanan sama seperti hewan. Jadi, saat ada ancaman atau pemangsa, sebagai pihak yang berada paling belakang dan dekat dengan si pemangsa yang merupakan ancaman, manusia akan menyeret orang yang ada di depannya dan kemudian dia berada di posisi yang aman dengan cara mengorbankan orang lain.
ADVERTISEMENT
Di sini, arogansi berasal dari kebutuhan seseorang untuk tampil lebih berharga daripada untuk mendapatkan penerimaan orang. Jika seseorang memiliki harga diri yang rendah, alih-alih membangun harga dirinya dengan cara yang benar melalui pencapaian, jalan yang mudah adalah dengan tampil arogan. Strategi menjadi sombong adalah menipu orang lain untuk berpikir bahwa Anda layak. Orang-orang yang hampir tidak tahu apa-apa tentang Anda mungkin akan berpikiran bahwa tidak ada dasar kesombongan pada diri Anda, sehingga mereka pun berhasil Anda manipulasi dan hasrat Anda untuk diperhatikan atau diakui menjadi terpenuhi.
Adu Domba atau Gosip
Perbuatan setan lainnya yang masih sering kita lakukan adalah mengadu domba atau ghibah. Sejatinya, bergosip juga bentuk dari sistem pertahanan diri. Karena dalam obrolan perghibahan, porsi yang lebih banyak dibincangkan adalah keburukan orang lain. Hasil dari penelitian Lisa Feldman Barret menunjukkan bahwa membicarakan keburukan orang lain adalah penting untuk alat pertahanan diri. Informasi tentang kelemahan dan kesalahan orang lain dapat membantu penggibah dari sudut pandang kompetitif. Pada akhirnya, para penggibah akan merasa aman, diakui, dan diterima dalam komunitas atau kawanannya.
ADVERTISEMENT
Pelit
Selanjutnya adalah sifat pelit yang menjangkiti sebagian besar umat manusia. Pelit atau kikir merupakan sifat yang sering diasosiasikan dengan setan. Seseorang bisa menjadi begitu pelit karena merasa tidak aman tentang uang. Rasa ketidakamanan finansial ini membuat mereka sulit untuk memberikan sesuatu yang mereka yakini kurang.
Lihatlah polanya. Apabila kita menelisik sifat-sifat setan lebih dalam, ternyata pangkal muaranya adalah rasa tidak aman dan kehausan pengakuan. Silakan cari sifat-sifat setan lainnya dan telaah penyebab mengapa itu bisa muncul sebagai bahan introspeksi. Sebut saja malas, cari muka, nyinyir, mudah marah, abusive, dan lain sebagainya. Alasannya tidak jauh dari kebutuhan pengakuan sosial untuk dihargai dan pemenuhan kebutuhan diri atas rasa aman. Jadi, mudah-mudahan kita bisa lebih bersimpati dan mengerti mengapa ada “setan” di kehidupan kita. Mereka, bahkan termasuk kita, adalah orang-orang yang patut dikasihani.
ADVERTISEMENT
Setelah mencermati tulisan ini, apakah terbersit dalam pikiran Anda kalau ternyata Joker ada benarnya?