Memapah Akar Pecinan ke Kawasan Kuliner Pesisir Utara Jakarta

Salma Asti
Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
6 April 2022 15:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salma Asti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Klenteng di kawasan kuliner Pantjoran PIK, Jakarta Utara. (Foto: Salma Asti)
zoom-in-whitePerbesar
Klenteng di kawasan kuliner Pantjoran PIK, Jakarta Utara. (Foto: Salma Asti)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seketika muncul kalimat “hmm, aroma apa ya ini?” begitu pengujung memasuki kawasan Pantjoran Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Disambut dengan aroma khas dupa serta klenteng yang megah, pengunjung bak berteleportasi ke Negeri Tirai Bambu. Ditambah dengan kotak amal yang menyajikan dupa untuk mempersilakan para pengunjungnya sembahyang langsung di tempat. Deretan bangunan bergaya arsitektur Cina ini merupakan kumpulan tenant kuliner legendaris yang dihadirkan kembali oleh Agung Sedayu Group dan Grup Salim. Upaya ini dilakukan agar generasi sekarang dapat menikmati santapan tempo dulu dengan gaya kuliner yang tetap kekinian. Kawasan seluas 5.500 meter persegi ini dibangun karena terinspirasi dari ramainya Pecinan kota di daerah Jakarta Barat yaitu Pantjoran Glodok. Pantjoran sendiri berasal dari kata pancuran yang diyakini sebagai sumber air warga Batavia dahulu.
Beberapa dupa milik para pengunjung setelah dibakar untuk memanjatkan doa di tempat (Foto: Salma Asti)
Bicara soal kuliner legendaris, Pantjoran menghadirkan beragam restoran bersejarah, salah satunya restoran Wong Fu Kie yang usianya nyaris menyentuh seabad. Restoran ini dulu pertama kali berlokasi di pusat bisnis Indonesia tepatnya di Jalan Kongsi Besar, Jakarta Barat. Berdiri sejak tahun 1925, Wong Fu Kie menyuguhkan masakan khas Hakka autentik. Selain Wong Fu Kie, terdapat salah satu toko kopi legendaris pula yaitu Kopi Es Tak Kie. Toko kopi legenda ini sudah berdiri sejak tahun 1927 dan berpusat di Pantjoran Glodok. Hanya dengan 22.000 ribu rupiah, pengunjung dapat merasakan sensasi nostalgia dengan menyeruput segelas Kopi Es Tak Kie.
ADVERTISEMENT
Beralih ke kuliner modern, kawasan ini juga menyediakan beberapa restoran yang sering dijumpai di beberapa mal, salah satunya restoran Din Tai Fung. Tidak hanya menghadirkan restoran, pengunjung juga disuguhi berbagai macam jajanan unik melalui gerobak-gerobak. Gerobak jajanan dapat ditemui di beberapa paviliun yang dihiasi dengan sejumlah lentera gantung serta ukiran-ukiran khas Cina. Salah satu jajanan yang sempat viral di sini adalah oyster omelette.
Paviliun bergaya arsitektur Cina untuk beberapa jajanan gerobak (Foto: Salma Asti)
Beberapa pengunjung mengantre jajanan oyster omelette (Foto: Salma Asti)
Memilih Pantjoran PIK sebagai destinasi kuliner keluarga maupun teman merupakan pilihan yang sangat tepat. Pantjoran PIK beroperasional mulai dari jam 9 pagi hingga 9 malam, khusus Hari Sabtu dan Minggu dari jam 7 pagi hingga 9 malam. Dalam satu kawasan ini berbagai kebutuhan pengunjung dapat terpenuhi, mulai dari kebutuhan perut dengan menjajal kuliner lezat hingga kebutuhan media sosial dengan berfoto-foto di suasana Pecinan yang kental. Meskipun Pantjoran PIK baru dan tidak memiliki nilai sejarah sekental Pantjoran Glodok, kawasan ini tetap dapat memberikan suasana semangat komunitas lokal Tionghoa dan yang paling penting semua kuliner di sini tidak kalah hào chī alias lezat.
ADVERTISEMENT