Konten dari Pengguna

Tradisi Unik “Nyulik” di Lombok: Mencuri Mempelai Sebelum Pernikahan

Salma Ediyatri Z
Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang.
26 Desember 2024 12:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salma Ediyatri Z tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
"Desa Sade," di Lombok, rumah bagi suku Sasak, dikenal dengan tradisi 'nyulik'. Di tengah pesona alam Lombok, Desa Sade tetap mempertahankan warisan nilai-nilai leluhur. (Foto ini diambil menggunakan AI dan ChatGPT).
zoom-in-whitePerbesar
"Desa Sade," di Lombok, rumah bagi suku Sasak, dikenal dengan tradisi 'nyulik'. Di tengah pesona alam Lombok, Desa Sade tetap mempertahankan warisan nilai-nilai leluhur. (Foto ini diambil menggunakan AI dan ChatGPT).
ADVERTISEMENT
Lombok - Desa Sade, yang terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan sebuah desa adat yang dihuni oleh masyarakat Suku Sasak. Desa ini dikenal dengan berbagai tradisi unik, salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh warga setempat adalah tradisi nyulik atau yang biasa disebut Merariq.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini dilakukan oleh pemuda dari Suku Sasak yang berniat untuk menikah. Dalam tradisi ini, sang pemuda menculik wanita yang menjadi incarannya dan membawanya ke rumah kerabat pada malam hari, sebelum pernikahan direncanakan.
Aksi nyulik hanya boleh dilakukan pada malam hari dan harus dijaga sebagai rahasia, bahkan dari keluarga atau orang tua calon pengantin perempuan. Hanya pasangan kekasih yang merencanakan aksi ini dan kerabat yang membantu yang mengetahui rencananya.
Tradisi Nyulik berasal dari kata "nyulik" yang berarti "mencuri". Menurut kepercayaan masyarakat Sasak, tradisi ini melambangkan kesiapan sang mempelai pria untuk mengambil risiko dan berjuang demi mendapatkan cinta sejatinya. Selain itu, tradisi ini juga mencerminkan kesetiaan dan komitmen mempelai pria terhadap mempelai perempuan.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang antropologi, tradisi nyulik di Desa Sade merupakan bentuk ritual sosial yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Suku Sasak. Antropologi memandang tradisi ini mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan sistem sosial yang diwariskan turun-temurun. Lebih dari sekadar tindakan menculik, nyulik adalah simbol identitas budaya dan kekuatan hubungan sosial.
Prosesi Tradisi Nyulik
Prosesi Nyulik biasanya dilakukan beberapa hari sebelum pernikahan. Berikut adalah langkah-langkah prosesi tradisi Nyulik:
Pertama ialah Merariq yang dilakukan dengan cara menculik calon pengantin wanita dari rumahnya secara diam-diam dan membawanya ke rumah kerabat sang pria. Penculikan ini harus dilakukan malam hari untuk menghindari keributan. Jika terjadi keributan, prosesi di anggap gagal dan pihak pria diwajibkan untuk membayar denda.
ADVERTISEMENT
Tahapan selanjutnya adalah Sejati Selabar. Pada tahap yang kedua ini, calon pengantin pria harus memberitahukan informasi kepada keluarga calon pengantin wanita bahwa anaknya telah diculik.
Selanjutnya, sang mempelai pria juga wajib melaporkan tindakan penculikan ini kepada kepala dusun setempat. Setelah itu kepala dusun akan menginformasikan hal tersebut kepada keluarga mempelai wanita.
Beberapa hari setelah prosesi sejati selabar dilakukan, tahapan nuntut wali akan dilaksanakan. Pada tahap ini, calon mempelai pria mengutus orang-orang kepercayaannya untuk meminta kesediaaan keluarga calon pengantin wanita agar menjadi wali dalam akad nikah.
Proses ini dilaksanakan beberapa hari setelah prosesi sejati selabar, dengan tujuan untuk memastikan kesiapan keluarga calon mempelai wanita dalam peran mereka sebagai wali nikah.
ADVERTISEMENT
"Tradisi Nyongkolan," di Lombok adalah perayaan pernikahan yang penuh warna, di mana pengantin pria dan rombongannya berkeliling desa dengan iringan musik tradisional dan tarian. (Foto ini diambil menggunakan AI dan ChatGPT).
Pada tahap yang keempat ialah Nyongkolan, yang merupakan acara di mana pasangan pengantin diperlakukan bak raja dan ratu, diarak dengan pawai menuju kediaman mempelai wanita. Rombongan nyongkolan terdiri dari keluarga dan kerabat dekat pengantin pria.
Tujuan acara ini adalah untuk mengumumkan bahwa sang gadis telah resmi dipersunting oleh seorang pria dan sah menjadi suami istri. Agar pasangan pengantin mudah dikenali oleh masyarakat yang hadir, keduanya mengenakan pakaian pengantin khas adat suku Sasak.
Selama arak-arakan, mereka akan diiringi musik tradisional seperti Gendang Beleq, Cilokak, atau Kelentang. Di barisan paling depan, ada orang-orang yang membawa kue tradisional Lombok, hasil pertanian, dan perkebunan. Makanan dan hasil bumi tersebut diberikan kepada keluarga mempelai wanita dan kemudian dibagikan kepada tetangga serta anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Pada tahap yang kelima, prosesi Sorong Serah Haji Krame menjadi puncak dari pernikahan adat Suku Sasak, yang memiliki makna mendalam, yaitu persaksian (sorong serah), derajat atau nilai (aji), dan martabat (krame). Acara ini dihadiri oleh kepala dusun, kepala desa, para sesepuh, keluarga kedua mempelai, tamu undangan, serta masyarakat umum yang berperan sebagai saksi resmi bahwa pasangan tersebut telah sah menjadi suami istri.
Selain itu, prosesi ini juga merupakan upacara serah terima secara adat antara keluarga mempelai pria dan wanita. Di awal acara, rombongan pengantin tidak diperbolehkan memasuki kediaman pengantin wanita hingga terjadi kesepakatan dalam prosesi Sorong Serah, yang biasanya melibatkan perdebatan cukup panjang.
ADVERTISEMENT
Setelah mencapai kata sepakat, barulah prosesi ini dilanjutkan dengan penuh khidmat, menandakan kesiapan kedua mempelai untuk menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri dalam masyarakat.
Pada tahapan terakhir ini, kawin culik akan diakhiri dengan prosesi Mbales Ones Nae, yaitu acara silaturahmi antara kedua keluarga pengantin. Acara ini menjadi momen yang sangat penting untuk mempererat hubungan kekerabatan antara kedua belah pihak.
Dalam prosesi ini, kedua keluarga dianjurkan untuk saling memaafkan jika ada hal-hal yang menyinggung atau kurang berkenan selama prosesi sebelumnya. Prosesi mbales ones nae memberikan kesempatan bagi kedua keluarga untuk saling berdamai dan membangun ikatan yang lebih kuat sebagai bagian dari keluarga besar.
Demikianlah rangkaian prosesi tradisi kawin culik dalam pernikahan adat Suku Sasak, yang dimulai dengan Merariq dan berakhir dengan Mbales Ones Nae. Setiap tahapan memiliki makna yang mendalam, bertujuan untuk mempererat hubungan antara kedua keluarga dan mengesahkan ikatan pernikahan.
ADVERTISEMENT
Melalui prosesi ini, tidak hanya pasangan pengantin yang disahkan, tetapi juga hubungan kekeluargaan yang lebih erat antara keluarga mempelai pria dan wanita terbentuk.
Tradisi ini mencerminkan pentingnya kekuatan adat yang mengutamakan keharmonisan serta saling menghormati dalam setiap langkah menuju kehidupan baru sebagai suami istri.