Konten dari Pengguna

Analisis Konflik Israel dan Palestina dengan Pohon Konflik dan Konstruksi Musuh

Salma Hartoto
Mahasiswa S1 Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada
17 Agustus 2024 22:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salma Hartoto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kondisi Jalur Gaza Utara Pada Oktober, 2023 [Anas Al-Shareef/Reuters]
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Jalur Gaza Utara Pada Oktober, 2023 [Anas Al-Shareef/Reuters]
ADVERTISEMENT
Konflik berkepanjangan Israel dan Palestina belum menemukan titik terang hingga saat ini dan diperburuk dengan peristiwa 7 Oktober 2023, serta diikuti tindakan kriminal yang terus menerus dilakukan oleh Israel. Salah satu hal yang perlu untuk dipahami dalam menganalisis konflik ini adalah inti masalah beserta akarnya dan juga peran serta pengaruh para aktor dalam memperburuk ataupun memperbaiki situasi konflik.Untuk menganalisis konflik ini, penulis menggunakan analisis pohon konflik untuk mengetahui efek, inti, dan akar konflik (Fisher, 2000). Alat analisis ini berfungsi untuk mengidentifikasi isu-isu yang dianggap penting dan kemudian memilah-milahnya ke dalam tiga kategori yaitu inti, penyebab, dan akibat (Fisher, 2000). Selain itu, penulis juga melakukan analisis pada level individu yaitu dengan menganalisis proses kognitif konstruksi musuh (Mitchell, 1989). Alat analisis ini berfungsi untuk memahami konflik khususnya latar belakang dari tindakan aktor yang terlibat (Mitchell, 1989).
Ilustrasi Pohon Konflik : Analisis Konflik Israel dan Palestina oleh Penulis [Salma Hartoto]
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pohon Konflik : Analisis Konflik Israel dan Palestina oleh Penulis [Salma Hartoto]

EFEK

ADVERTISEMENT
Konflik Israel dan Palestina mengundang respons dari masyarakat domestik dan internasional. Pada Maret 2024, masyarakat Israel turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi menuntut pemilihan umum presiden diulang kembali (Aljazeera, 2024). Tindakan ini menunjukkan dampak dari kepemimpinan Netanyahu yang dianggap merugikan masyarakat. Hal ini dapat dianalisis dalam konstruksi musuh sebagai bentuk unified enemy image atau “citra musuh tunggal” yang menyatakan bahwa masyarakat Israel melihat Netanyahu dan pemerintahan Israel sebagai sesuatu yang tunggal dan dipandang sebagai entitas yang jahat (Mitchell, 1989). Hal ini juga diperkuat dengan keluarnya Benny Gantz dari kabinet perang Netanyahu. Benny Gantz merupakan tokoh oposisi yang memiliki kekuatan yang hampir seimbang dengan Netanyahu (Lapham, 2024). Keluarnya Benny Gantz menjadi salah satu tanda bahwa Netanyahu sudah mulai kehilangan dukungan dari pihak domestiknya.
Mengenang Kematian Aaron Bushnell [Fotografi oleh Anadolu/Getty Images]
Tindakan demonstrasi tidak hanya muncul pada dimensi domestik Israel saja, namun juga pada dunia internasional. Seorang tentara Amerika Serikat, Aaron Bushnell, melakukan aksi demonstrasi ekstrim dengan membakar dirinya sendiri di depan kantor kedutaan besar Israel di Amerika Serikat (Guzman, 2024). Tindakan yang dilakukan berdasar dari perasaan kecewa dan gertakannya terhadap dukungan Amerika Serikat yang melakukan pembiayaan senjata ke Israel (Guzman, 2024). Hal ini dapat dianalisis dalam konstruksi musuh sebagai bentuk virile & moral self image atau “citra diri yang bermoral” dimana terdapat kecenderungan untuk merespons secara paksa & agresif terhadap ancaman yang dirasakan (Mitchell, 1989).
ADVERTISEMENT
Selain itu, terdapat polarisasi masyarakat Yahudi yang membagi antara masyarakat Yahudi yang pro dan kontra terhadap tindakan Israel (Omer, 2024). Hal ini dapat dianalisis dalam konstruksi musuh sebagai bentuk maintaining interdependent images atau “mempertahankan citra yang saling bergantung” dimana masyarakat mempertahankan citra musuh dalam argumennya (Mitchell, 1989). Citra musuh bergantung pada polarisasi isu sehingga masyarakat Yahudi yang pro terhadap Israel mempertahankan citra musuh sebagai pihak yang membelot dari ajaran agama, namun masyarakat Yahudi yang kontra terhadap Israel menganggap musuhnya sebagai pihak yang membenarkan tindakan genosida.

INTI

Penulis menimbang bahwa inti masalah dari konflik Israel dan Palestina adalah kegagalan dari aktor negara dan internasional dalam menyelesaikan ini. Dengan konflik ini terjadi selama bertahun tahun, artinya belum ada upaya yang menghasilkan penyelesaian yang signifikan. Hal yang dilakukan hanya berupa penyeruan dan tekanan yang belum cukup menekan Israel untuk mematuhi peringatan yang dilakukan oleh mayoritas negara dalam dimensi internasional salah satunya melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutkan akan disebut PBB).
ADVERTISEMENT

AKAR

Secara historis, deklarasi Balfour tahun 1917 menjadi salah satu awal mula konflik ini. Deklarasi ini adalah sebuah surat perjanjian dari Inggris yang menghendaki adanya rumah nasional bagi Kaum Yahudi di Palestina (Sorongan, 2023). Gelombang migrasi ini direspons dengan perlawanan Palestina untuk mempertahankan wilayahnya (Sorongan, 2023). Lepasnya serangan kelompok militan Palestina atau Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 merupakan sebuah guncangan besar yang memantik respons represif dari Israel dan justifikasinya terhadap serangan sipil lainnya. Tindakan Israel untuk melakukan ekspansi, genosida, dan menghilangkan identitas Palestina sebagai sebuah negara menunjukkan karakteristik penjajahan pemukim. Hal ini berimplikasi kepada tindakan Hamas untuk mempertahankan eksistensinya dan eksistensi Palestina dengan melakukan serangan balik kepada Israel. Selain itu, akar dari masalah ini juga meliputi penyalahgunaan hukum internasional yang dilakukan oleh Israel dengan tujuan melegitimasi tindakannya melakukan perlawanan kepada warga sipil Palestina. Hal ini diklaim sebagai self defense mengacu kepada Pasal 51 Piagam PBB (United Nations, 1945) yaitu pemberian hak suatu negara untuk membela diri dan melakukan perlawanan untuk mempertahankan eksistensi negara ketika menghadapi penyerangan dari negara atau entitas lain. Hal ini dapat dianalisis sebagai proses eskalasi atau transformasi konflik akibat perubahan internal yaitu melalui proses kalkulasi untung rugi yang dilakukan oleh Israel. Dengan usaha legitimasinya, Israel merasa akan diuntungkan jika membawa narasi self defense dalam tindakan penyerangannya alih-alih memberhentikan okupasinya.
ADVERTISEMENT
Sebagai kesimpulan, konflik Israel-Palestina merupakan sesuatu yang melibatkan sejumlah aktor dan pihak yang bertanggungjawab. Pada analisis pohon konflik dan konstruksi musuh, konflik Israel dan Palestina diwarnai oleh berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh negara yang berusaha menjustifikasi perbuatannya diikuti oleh gejolak respons dari berbagai lapisan masyarakat di dunia.
Referensi :
Aljazeera. (2024). Thousands protest against Netanyahu days before Israeli polls. Al Jazeera. https://www.aljazeera.com/news/2021/3/20/thousands-demonstrate-against-israels-netanyahu-ahead-of-vote
Fisher, S. (2000). Working with conflict : skills and strategies for action. Zed Books.
Guzman, C. D. (2024, February 26). U.S. airman sets self on fire outside Israeli Embassy: Everything we know so far. TIME. https://time.com/6821425/israel-embassy-air-force-protest-fire-self-immolation-aaron-bushnell-latest-updates/
Lapham, J. (2024, June 10). Israeli war cabinet minister Benny Gantz quits emergency government. Www.bbc.com. https://www.bbc.com/news/articles/clkkdymdwlvo
ADVERTISEMENT
Mitchell, C. R. (1989). Structure of international conflict. Palgrave Macmillan.
Omer, A. (2024, May 21). For many American Jews protesting for Palestinians, activism is a journey rooted in their Jewish values. The Conversation. https://theconversation.com/for-many-american-jews-protesting-for-palestinians-activism-is-a-journey-rooted-in-their-jewish-values-229228
Sorongan, T. P. (2023). Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina, Begini Awalnya. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20231010102105-4-479316/sejarah-panjang-konflik
United Nations. (1945). United Nations Charter. United Nations. https://www.un.org/en/about-us/un-charter/full-text