Negeri Sakura yang Penuh Pengorbanan

Salma Sita Rosulina
Politeknik Negeri Jakarta (PNJ)
Konten dari Pengguna
29 Mei 2022 9:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salma Sita Rosulina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Source : Pexels.com
ADVERTISEMENT
Ia merupakan seorang remaja yang baru saja lulus dari bangku sekolah tempat ia menimba ilmu. Rasanya ingin sekali ia membahagiakan orang tuanya dengan kesuksesannya. Ada kesempatan emas dihadapannya kesempatan yang tentunya tidak akan datang berkali-kali.
ADVERTISEMENT
Mencari peruntungan dengan bekerja di Negeri Sakura, Jepang. Kesempatan yang besar namun juga menanggung resiko dan tantangan yang cukup besar juga. Seseorang yang baru saja menginjak masa remaja harus mengadu nasib di negara orang. Namun ia juga tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas itu.
Hingga pada akhirnya keputusan besar telah ia ambil, yaitu dengan mengikuti program kerja ke Jepang dengan segala konsekuensi dan tantangan besar yang harus dihadapinya. Keinginannya untuk membahagiakan orang tua menjadi kunci kekuatan karena dengan mengikuti program ini ia sangat berharap bisa membahagiakan orang yang ia sayangi yaitu orang tuanya.
Kegigihan dan semangatnya tak pernah padam sejak awal. Ia mengikuti setiap tahap demi tahap dengan sangat baik. Mulai dari tahap seleksi awal hingga tahap akhir. Sampai pada akhirnya, kerja keras dan semangatnya membuahkan hasil yang indah. Ia terpilih menjadi salah satu yang mendapatkan beasiswa program kerja tersebut. Satu dari tiga orang yang beruntung dan berhasil mengalahkan 30 orang lain dalam seleksi program kerja ini.
ADVERTISEMENT
Tentu rasa bahagia tidak terkira menyelimuti hati dan keluarganya. Namun tentu ada konsekuensi besar yang harus ia hadapi yaitu berpisah dengan keluarga selama beberapa tahun. Dan hidup seorang diri di negara orang dengan keterbatasan bahasa menjadi sebuah konsekuensi sekaligus tantangan besar yang harus ia hadapi.
Tahap pertama yang harus ia lalui adalah masa training yang dijadwalkan hingga tiga bulan. Masa training dilakukan salah satunya dengan proses pengenalan dan pembelajaran Bahasa Jepang. Namun belum genap tiga bulan, ia harus segera di berangkatkan menuju Negeri Sakura. Dengan berbekal ilmu seadanya ia berangkat ke Negeri Sakura itu.
Tidak lama berselang, ia akhirnya sampai di negara tersebut. Memulai kehidupan barunya sebagai seorang pekerja di Negeri Sakura. Keterbatasan waktu saat masa training ternyata cukup membuat ia sulit di hari-hari pertama saat ia berada di Jepang terutama dalam berkomunikasi. Setiap harinya ia harus membawa kamus kecil ke tempat kerja untuk menunjang proses komunikasi di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang, ia juga membuka-buka kamus hanya untuk belajar. Ternyata perjuangannya tidak sia-sia, selang beberapa bulan akhirnya ia mahir berbahasa Jepang. Namun ternyata tidak hanya bahasa yang menjadi kendala besar.
Kesulitan beribadah juga menjadi tantangan tersendiri baginya. Hingga seringkali ia mencuri-curi waktu untuk beribadah. Karena menurutnya, ibadah adalah kewajiban nomor satu yang tidak boleh ditinggalkan. Namun berkat kesungguhannya, kini beribadah bukan lagi menjadi hal yang sulit dilakukan.
Dan kini, ia telah mencapai kesuksesannya dan targetnya untuk membanggakan sekaligus membahagiakan orang tuanya. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia. Segala pengorbanannya terbayarkan dengan hasil yang lebih besar.