Astrologi: Pseudo atau Science?

SALMA WASFAH KAMILA
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
30 November 2022 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SALMA WASFAH KAMILA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Image by <a href="https://pixabay.com/users/gdj-1086657/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=7337040">Gordon Johnson</a> from <a href="https://pixabay.com//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=7337040">Pixabay</a>TAhukahPseudoscience merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki rumus yang terdorong logis namun sulit saat ditelaah kebenarannya, atau ilmu pengetahuan yang logis namun memiliki kelemahan tidak empiris. Pseudoscience juga dapat datang dari penilaian yang salah. Salah satu contoh pseudoscience adalah Astrologi.
Tahukah kamu apa itu Pseudoscience? Pseudoscience adalah ilmu yang memiliki rumus yang terdorong logis namun sulit ketika ditelaah kebenarannya. Dengan kata lain, pseudoscience adalah imu yang logis namnun memiliki kelemahan tidak empiris. Biasanya pseudoscience datang dari penilaian yang salah. Salah satu contoh dari pseudoscience adalah astrologi.
ADVERTISEMENT
Astrologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan yang berkaitan dengan kejadian di bumi terhadap benda langit. Astrologi telah ada sejak 4000 tahun yang lalu. Astrologi berdiri pertama kali di Timur Tengah tepatnya di Mesopotamia, yang kemudian berkembang ke Asia, Amerika, dan Eropa. Astrolog merupakan sebutan untuk seseorang yang mahir dalam astrologi. Menurut Cahyowati (2010), astrologi mengklaim bahwa kepribadian atau watak seseorang dapat diketahui melalui posisi benda langit ketika dia lahir. Klaim tersebut terdengar logis karena banyak peristiwa fisika ataupun biologi di bumi ini yang dapat dipengaruhi oleh benda langit. Contohnya adalah kondisi pasang surut air laut yang dipengaruhi dengan posisi dan jarak bumi, dan kondisi menstruasi perempuan yang dipengaruhi berdasarkan peredaran matahari dan bulan melalui bumi.
ADVERTISEMENT
Menurut Cahyowati (2010), astrologi mengklaim bahwa kepribadian atau watak seseorang dapat diketahui melalui posisi benda langit ketika dia lahir. Klaim tersebut terdengar logis karena banyak peristiwa fisika ataupun biologi di bumi ini yang dapat dipengaruhi oleh benda langit. Contohnya adalah kondisi pasang surut air laut yang dipengaruhi dengan posisi dan jarak bumi, dan kondisi menstruasi perempuan yang dipengaruhi berdasarkan peredaran matahari dan bulan melalui bumi.
Meskipun pernyataan tersebut telah mendapat penolakan dari para Scientist, namun masih banyak orang yang mempercayai keberadaan astrologi. Penolakan tersebut dilihat berdasarkan ketidakberadaan bukti empiris pada astrologi. Aspek pseudoscience dapat terlihat jelas dalam tidak terdapatnya konsensus antara Astrolog dengan metode interpretasi posisi benda langit dan sistem yang digunakan. Bahwa tidak terdapat sistem universal yang dapat digunakan oleh para Astrolog untuk melakukan ramalan karena setiap Astrolog memiliki interpretasi yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Astrologi juga tidak dapat memberikan ilmu baru sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut Karaman (2022) bahwa ilmu dalam astrology merupakan imajiner, peramalan, dan kepercayaan sehingga dapat dikatakan pseudoscience yaitu pengetahuan yang berdasar dengan mitos yang dikaitkan dengan fenomena alam yang terjadi. Menurut Andersson (2022) bahwa kepiawaian Astrolog dalam bermain kata lah yang membuat para pembaca tertarik sehingga ucapan yang dikeluarkan dianggap sebagai sebuah kebenaran, yang pada faktanya adalah bukan.
Dalam dunia psikologi istilah tersebut dapat dikenal sebagai Forer efek atau Barnum efek yaitu kontrol otomatis yang dapat membuat seseorang langsung percaya dengan pendapat orang lain. Hal tersebut sesuai dengan Gumati (2020) bahwa Forer efek dapat menimbulkan kepercayaan sehingga orang lain akan terpengaruh dan memercayai semua hal yang dikatakan. Perkembangan zaman merupakan faktor utama yang membuat astrologi tidak terbukti secara empiris. Astrologi tidak berprogres dalam pembangunannya. Dengan demikian muncul sebuah teori alternative dari masa kelam teori astrologi seperti teori tentang kepribadian (personality) dan perilaku (behavior) yang berkembang untuk menjelaskan teori astrology dari pengaruh benda langit.
ADVERTISEMENT
Referensi
Andersson I., J. Persson., dan P. kajonius. 2022. Even the stars think that I am superior: Personality, intelligence and belief in astrology.
Cahyowati L.,dan E.W. Sumirat. 2010. Aplikasi Ramalan Bintang Berbasis Multimedia. Journal Speed. Vol 2(1): 37-46.
Gumati R.W. 2020. Manusia Sebagai Subjek dan Objek Pendidikan (Analisis Semantik Manusia Dalam Filsafat Pendidikan Islam). Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol 1(2): 127- 145.
Karaman A. 2022. Teacher’s Conceptions About Science and Pseudoscience. Jornal Springer.