Apa Pertimbanganmu Memilih Jurusan Kuliah?

16 Mei 2017 10:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
SBMPTN 2017 (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SBMPTN 2017 (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Hampir 800 ribu siswa hari ini Mengikuti SBMPTN secara serentak. Mereka akan memperebutkan 128.085 kursi dari 85 PTN di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bila dinyatakan lolos 13 Juni nanti, mereka akan mendapatkan "kartu pass" untuk melenggang ke kampus impian dengan jurusan yang sudah dipilih masing-masing.
Memilih jurusan kuliah bisa jadi perkara pelik bagi sebagian orang. Butuh berbagai pertimbangan dan diskusi panjang dengan orang tua hingga akhirnya memilih jurusan yang diinginkan atau bahkan "terpaksa" memilih.
Ada beragam cerita menarik di balik pemilihan jurusan kuliah mulai dari "paksaan" orang tua, keinginan sendiri hingga hanya sekedar iseng semata.
Dewi, alumni Sastra UI ini misalnya. Dewi memang sudah sejak awal ingin kuliah di Jurusan Sastra Indonesia UI. Dia menempuh jalur SNMPTN Undangan- seleksi dari nilai rapor sekolah.
ADVERTISEMENT
"Dari masa sekolah saya memang sudah rajin dan berjuang terus untuk masuk universitas negeri," kata Dewi saat berbincang dengan kumparan.com, Selasa (16/5/2017).
Jurusan Sastra Indonesia dipilih Dewi karena dorongan dari orang tua. Ibunda Dewi merupakan dosen Bahasa Indonesia dan berharap ada anaknya yang menjadi pengajar sepertinya.
"Dia menginginkan saya mengikuti jejaknya untuk mengajar," kata Dewi.
Dewi mengaku senang bisa diterima di jurusan Sastra Indonesia. Setelah lulus, Dewi memutuskan bekerja di media dan tidak berniat untuk mengajar.
"Saya tidak memiliki keinginan untuk mengajar karena kepribadian saya yang pemalu di depan banyak orang dan tidak pede," ungkapnya.
Ilustrasi dokter (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter (Foto: Pixabay)
Senada dengan Dewi, Saleh juga memilih jurusan kuliah karena dorongan dari orang tua. Saleh diterima di Fakultas Kedokteran jurusan Ilmu Gizi Universitas Diponegoro tahun 2009 lalu.
ADVERTISEMENT
"Dipilihin sama mama," katanya.
Sebelum mendaftar di Undip, Saleh pernah mencoba mengikuti tes SIMAK UI. Dia diterima di jurusan Politik UI, namun akhirnya memutuskan mengambil Kedokteran Gizi Undip.
Berbeda dengan Dewi dan Saleh, Dewin alumni Komunikasi UI ini mengaku memilih jurusan komunikasi karena terpengaruh teman.
"Milih jurusan ini awalnya tau juga dari temen kalau Komunikasi UI bisa belajar marketing dan PR juga.," ungkap alumni angkatan 2012 ini.
Meski sempat tak mendapat restu orang tua, Dewin bersikukuh agar diizinkan ambil jurusan tersebut. "Setelah negosiasi sama orang tua akhirnya diperbolehkan," katanya.
Dewin harus belajar ekstra untuk bisa masuk di jurusan favorit itu. Dia mengikuti bimbel sejak kelas 1 hingga 3 SMA.
ADVERTISEMENT
"Pas kelas 3 ikutan yang intensif. Belajarnya dari pagi-malam, terus kaya gitu tiap hari," kenangnya.
Institut Teknologi Bandung (ITB). (Foto: Facebook @institutteknologibandung)
zoom-in-whitePerbesar
Institut Teknologi Bandung (ITB). (Foto: Facebook @institutteknologibandung)
Senada dengan Dewin, Novi juga terpengaruh teman saat memilih jurusan Teknik Lingkungan di ITB. "Soalnya temen-temenku mayoritas pada mau melanjutkan kuliah di ITB. Karena waktu itu masih labil dan belum punya tujuan hidup mau kemana, jadi ikut temen-temen aja," katanya.
Novi mengaku tak mudah untuk bisa diterima di ITB. Dia harus belajar keras dan ikut bimbingan belajar (bimbel) selama 6 bulan penuh.
"Ikut bimbel nya sampe lebay gitu. Tiap hari dateng ke tempat bimbel. Padahal kalau di pikir-pikir dateng ke tempat bimbel itu karena merasa insecure. Rasanya itu kalo nggak dateng ke tempat bimbel berarti gak belajar. Padahal di tempat bimbel juga main ga belajar terus-terusan," katanya sambil tertawa.
ADVERTISEMENT
Kalau kamu, pilih jurusan kuliah karena alasan apa?