Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Menunggu Waktu Salat di Langit China
30 Mei 2017 11:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Salmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengalaman salat di mana saja yang pernah saya alami adalah waktu perjalanan tugas kantor ke China.
ADVERTISEMENT
Saya menumpang maskapai China di mana sebagian besar penumpangnya memang orang China. Saya duduk di bangku dekat koridor. Sesekali saya melihat ke arah jendela dan mengecek jam di tangan. Pemandangan di luar terlihat indah. Langit berwarna jingga dengan perpaduan awan putih yang menggumpal. Saya sempat agak bingung menentukan waktu salat karena posisi pesawat yang bergerak melintasi awan. Akhirnya saya memutuskan untuk salat berdasarkan waktu yang ditunjukkan oleh jam di tangan.
Berwudhu menggunakan debu alias tayamum jadi pilihan. Saya ber-tayamum dari debu yang ada di bangku pesawat. Saya tak menggunakan mukena karena sudah mengenekan jilbab dan celana panjang.
Memulai salat dengan takbir, lalu ruku, sujud, dan salam tak lebih dari 10 menit. Penumpang di samping saya yang kebetulan orang China sepertinya tidak terlalu peduli dengan yang saya lakukan. Saat saya salat dia tetap asyik dengan kegiatannya.
ADVERTISEMENT
Saat tiba di China saya juga sulit mencari masjid. Salat lebih sering dilakukan di mobil atau di hotel. Bila sudah begini, rasanya bersyukur bisa hidup di Indonesia, kalau mau salat banyak masjid yang bisa disinggahi.