Nenek Solimah 3 Tahun Hidup dengan Kanker Payudara

21 April 2017 12:34 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kondisi Nenek Solimah saat ini (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Solimah tidak pernah menyangka benjolan kecil di payudara sebelah kanannya membuat ia menderita berkepanjangan. Di usia senja ia harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya menderita kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Ketika kumparan.com berkunjung ke rumah Solimah, keadaannya sungguh memprihatinkan. Luka yang terlihat di sekitar dadanya menjadi gambaran betapa pilunya nenek dengan tiga cucu ini menjalani kehidupannya di tiga tahun terakhir.
Solimah menceritakan awal mula ia terkena kanker payudara. Di payudara kanannya terdapat sebuah benjolan kecil. Ia mengira hal itu adalah sebuah bisul. Lalu, benjolan itu pecah. Ia mengira permasalahan selesai sampai di situ. Kenyataan berkata lain, benjolan tersebut justru merupakan awal penyakit kanker payudaranya.
"Awalnya benjol (kecil seperti) bisul gitu yak. Bisul itu lama-lama pecah. (Saya) kirain sembuh kali, nggak tahunya merembet, melebar," ujar Solimah di rumahnya, Kamis (20/4).
Kondisi Nenek Solimah saat ini (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Pecahan benjolan kecil itu menjadi luka yang awalnya hanya di payudara sebelah kiri namun lama-lama menyebar ke payudara sebelah kanannya.
ADVERTISEMENT
Keadaan luka itu sekarang terlihat membengkak di sekitaran payudara serta dadanya. Luka itu di bagian sisinya terlihat menghitam. Sementara pada bagian lain luka itu terlihat basah.
Ia mengaku sering terganggu dengan luka yang sudah bersarang di tubuhnya selama tiga tahun. Mulai rasa gatal, perih sampai rasa panas seperti terbakar harus dirasakannya.
"Ya ampun ampe nangis. Panas, perih, sampai tolong-tolong panasnya. Kaga tahan, kaya kebakar," ucap Solimah sambil merintih.
Kondisi Nenek Solimah (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Solimah, sudah tiga tahun menderita kanker payudara. Wanita yang tinggal di Desa Pahlawan Setia, Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ini mengungkapkan sangat menderita karena penyakitnya tersebut. Rasa gatal, perih serta panas yang membakar seakan enggan menjauhi di sekitar dadanya.
ADVERTISEMENT
Dirinya mengaku tidurnya tak pernah nyenyak karena kanker payudaranya itu. Bahkan, dia pernah terjaga selama 24 jam karena rasa sakit yang terus mengganggu.
Sehari-hari, Solimah memakai penutup kepala, celana panjang dan bagian tubuh lainnya hanya dipakaikan sarung. Hal itu dimaksudkan agar luka di sekitaran dadanya tidak mendapat banyak gesekan.
Dirinya mengaku sering menggunakan kipas yang terbuat dari anyaman bambu untuk sekedar mengusir rasa perih dan panas dari luka di dadanya.
Sebenarnya di rumahnya ada kipas angin yang bisa digerakkan melalui tenaga listrik. Namun, sayangnya bila menggunakan kipas angin listrik, dirinya menjadi kesulitan bernafas.
"Megang kipasan (anyaman bambu) aja paling. Kebut (digerakkan) sekenceng-kencengnya dah dari pada sakit. Itu ampe beli kipas angin tuh. (Tapi pakai) kipas angin (membuat) nyesek (nafas saya)," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi rumah Nenek Solimah (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Solimah menyatakan bahwa untuk berobat ia biasanya diantar menggunakan motor oleh anaknya. Di motor ia harus tetap berjuang karena tak jarang rasa perih akibat gesekan baju dan lukanya membuatnya harus bersabar dengan segala cobaan ini.
"Berobat naik motor, (lukanya) kegesek (baju). Panas, perih, kipas bambu kita nggak lepas", ujarnya.
Mari bantu Nenek Solimah untuk berobat agar dia bisa kembali menikmati hidup seperti sedia kala. Bila Anda ingin membantu, bisa disalurkan memalui tautan berikut: