Konten dari Pengguna

Pergerakan Seks Bebas di Sekolah Dasar: Tanggung Jawab Siapa?

Salma Luqyana Salsabila
Mahasiswa S1 Kebidanan Universitas Airlangga
13 Juni 2023 8:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salma Luqyana Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Seks Bebas yang Dilakukan oleh Anak-anak. Foto: ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Seks Bebas yang Dilakukan oleh Anak-anak. Foto: ShutterStock
ADVERTISEMENT
Pergerakan seks bebas yang merasuk ke dalam lingkungan sekolah dasar adalah kabar buruk yang seolah datang dari mimpi buruk orang tua manapun.
ADVERTISEMENT
Sekolah dasar, yang semestinya menjadi zona aman bagi tumbuh kembang anak, kini harus berhadapan dengan masalah yang mestinya berada jauh dari lingkup mereka. Lalu, siapa yang harus bertanggung jawab atas fenomena ini? Apakah orang tua? Sekolah? Atau masyarakat secara keseluruhan?
“Tidak ada anak yang lahir sebagai 'pelaku' seks bebas. Mereka belajar dari lingkungannya,” ujar Dr. Sari Setiogi, seorang psikolog anak terkemuka.
Mengutip penelitian dari Journal of Adolescent Health, 40% anak usia sekolah dasar di urban area besar Indonesia telah mengetahui tentang seksualitas, dengan sebagian besar informasi didapatkan dari internet dan teman sebaya.
Ilustrasi menonton film porno. Foto: Harnaka Harto / EyeEm/ Getty Image
Perkembangan teknologi yang semakin pesat memang tak terhindarkan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan pola pikir anak-anak. Internet, yang semestinya menjadi sarana edukatif, juga memungkinkan anak-anak terpapar dengan konten yang tidak sesuai usia mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No.35 tahun 2014 pasal 6 ayat (2) disebutkan bahwa setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan seksual dan informasi yang menyesatkan, termasuk dalam ruang maya.
Namun, permasalahan ini bukan hanya tentang kontrol dan pengawasan terhadap penggunaan teknologi oleh anak. Perlunya pendidikan seksual yang sehat dan sesuai usia juga menjadi perbincangan yang penting.
Orang tua dan sekolah memiliki peran penting dalam hal ini. Memilih untuk menghindari pembicaraan tentang seksualitas sama saja dengan membiarkan anak mencari informasi dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Seperti yang diungkapkan oleh Nelson Mandela, “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia”.
Ilustrasi kedekatan orang tua dan anak. Foto: LightField Studios/Shutterstock
Tentunya, sekolah dan orang tua tidak dapat bekerja sendiri. Masyarakat memiliki peran dalam membentuk nilai dan norma yang ada. Oleh karena itu, masyarakat juga harus aktif berperan dalam mengawasi dan mendidik generasinya.
ADVERTISEMENT
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 4 ayat (1), pendidikan dilakukan oleh keluarga dan masyarakat sebagai upaya yang sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lantas, bagaimana cara kita meredam fenomena seks bebas di sekolah dasar? Apakah cukup dengan pendidikan seksual yang lebih terbuka? Atau perlukah kontrol dan pengawasan yang lebih ketat terhadap penggunaan teknologi? Atau, mungkin, perubahan pada tingkat masyarakat secara keseluruhan? Mungkin jawabannya adalah semuanya.
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan seksualitas yang sesuai usia memang diperlukan. Orang tua dan sekolah harus mulai membuka diri dan merangkul topik ini sebagai bagian penting dari kurikulum pendidikan.
Ilustrasi Pendidikan Seks Sesuai Usia Anak Foto: Shutterstock
Tidak hanya berbicara tentang fisiologi, tapi juga tentang tanggung jawab, hak dan kewajiban, serta bahaya dan dampak dari seks bebas. Ini bukan berarti mempromosikan seks bebas, tapi justru memberikan pengetahuan yang benar dan menyeluruh sehingga anak dapat membuat keputusan yang bijaksana.
ADVERTISEMENT
Untuk melibatkan peran masyarakat, kita bisa memulainya dengan membentuk lingkungan yang sehat dan kondusif untuk anak tumbuh dan berkembang. Kita dapat mendorong peran komunitas, organisasi sosial, dan lembaga-lembaga lainnya untuk ikut serta dalam upaya ini.
Membuat kampanye edukasi, diskusi terbuka, atau bahkan mengadakan workshop yang membahas seksualitas dan bahayanya bisa menjadi langkah awal yang baik.
Kemudian, kontrol dan pengawasan terhadap penggunaan teknologi oleh anak-anak juga penting. Ini bukan berarti kita harus membatasi akses mereka terhadap teknologi, karena tentu ini tidak realistis dan malah bisa menghambat perkembangan mereka.
Ilustrasi video porno. Foto: Getty Images
Yang kita butuhkan adalah pengawasan yang bijaksana dan pemberian pengetahuan tentang penggunaan internet yang aman dan sehat. Orang tua harus aktif berdialog dan memberikan pemahaman tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka akses di internet.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dikatakan oleh Maya Angelou, penulis dan aktivis hak sipil Amerika, "Saya telah belajar bahwa orang akan lupa apa yang Anda katakan, orang akan lupa apa yang Anda lakukan, tetapi orang tidak akan pernah lupa bagaimana Anda membuat mereka merasa."
Ini berlaku juga dalam pendidikan anak. Anak-anak mungkin lupa tentang apa yang kita ajarkan kepada mereka, tetapi mereka tidak akan lupa tentang bagaimana kita membuat mereka merasa aman, dicintai, dan dihargai.
Tentu saja, semua ini bukan tugas yang mudah dan tidak bisa diharapkan terwujud dalam waktu singkat. Ini membutuhkan kerja sama, kesabaran, dan komitmen dari semua pihak.
Tapi dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, saya yakin kita bisa membuat lingkungan yang lebih baik dan lebih aman untuk anak-anak kita. Karena pada akhirnya, tanggung jawab atas fenomena seks bebas di sekolah dasar ini ada di tangan kita semua.
ADVERTISEMENT