Konten dari Pengguna

Jurusan Tidak Linear: Kebingungan dalam Memilih Prodi

Salman Alfarizy
Mahasiswa S1 Sastra Ingris UIN Sunan Gunung Djati
7 Oktober 2024 10:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Salman Alfarizy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by: https://pixabay.com/photos/question-doubt-problem-3385451/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by: https://pixabay.com/photos/question-doubt-problem-3385451/
ADVERTISEMENT
Memilih jurusan adalah proses yang memerlukan waktu dan pemikiran matang. Dengan mempertimbangkan minat, melakukan riset, dan berkonsultasi dengan orang lain, calon mahasiswa dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih percaya diri dalam memilih jalur pendidikan mereka.
ADVERTISEMENT
Tetapi memilih jurusan saat akan memasuki universitas juga adalah hal yang sulit bagi sebagian orang karena keputusan ini tidak hanya mempengaruhi jalur pendidikan yang akan diambil, tetapi juga dapat berdampak pada karier dan kehidupan di masa depan. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti minat pribadi, kemampuan akademis, prospek pekerjaan, dan tuntutan pasar kerja. Selain itu, tekanan dari lingkungan sekitar, seperti harapan orang tua dan teman-teman, juga dapat menambah kompleksitas dalam proses pengambilan keputusan ini.
Tidak sedikit pelajar yang setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), mengalami kesulitan dalam memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Bahkan, banyak pelajar yang mengalami kesalahan dalam memilih jurusan studi yang sesuai dengan minat dan potensi mereka, yang dapat berdampak negatif terhadap motivasi belajar, kinerja akademik, dan kepuasan karier di masa depan. Fenomena tersebut menyebabkan banyaknya mahasiswa yang merasa tidak cocok dengan jurusan yang diambilnya atau biasa disebut "Salah Jurusan". Sehingga, saat mahasiswa memulai karir mereka di dunia kerja, banyak di antara mereka yang mendapati bahwa pekerjaan yang dijalani tidak sejalan dengan jurusan yang telah mereka ambil.
ADVERTISEMENT
Menurut Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menyatakan bahwa 80 persen mahasiswa Indonesia bekerja tidak sesuai dengan program studinya sedangkan hanya 20 persen mahasiswa yang bekerja sesuai dengan program studinya.
"Bapak (dan) Ibu tahu tidak, berapa persen lulusan kita yang mengikuti prodinya pada saat kerja? Maksimal 20 persen," ujar Nadiem dalam dialog yang diunggah kanal YouTube Universitas Sumatra Utara.
Terdapat juga anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) cenderung berkarir sebagai pegawai bank setelah menyelesaikan pendidikan mereka. Hal ini juga dibuktikan oleh pernyataan dari seorang guru besar IPB
"Ya, memang kenyataannya seperti itu. Dulu saja waktu di (angkatan) kami, 50 persen lebih kerja di perbankan," ujar Dwi saat dihubungi oleh salah satu media, Rabu.
ADVERTISEMENT
Hal ini menunjukan betapa pentingnya bimbingan karier dan memahami minat dan bakat diri kita sendiri karena dengan demikian, kita dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan strategis dalam memilih jalur pendidikan dan karier yang sesuai dengan potensi dan aspirasi kita. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan peluang kesuksesan akademik dan profesional, serta mencapai tujuan karier yang diinginkan. Selain itu, bimbingan karier yang efektif juga dapat membantu mengurangi stres dan kebingungan yang sering dialami oleh pelajar saat memilih jurusan, sehingga mereka dapat lebih fokus dan produktif dalam mencapai tujuan pendidikan mereka.